Benarkah Rudal Stinger AS Menjadi Alasan Penarikan Pasukan Soviet dari Afganistan?

Sejarah
ALEXÉI TIMOFÉICHEV
Ketika perang di Afganistan hampir berakhir, AS mengambil langkah yang merugikan Uni Soviet. Amerika memasok kelompok mujahidin dengan rudal pertahanan udara portabel yang disebut Stinger. Soviet kehilangan tajinya di udara dan terpaksa menciptakan senjata tandingan untuk melawan ancaman baru.

Tiga dekade telah berlalu sejak Uni Soviet menarik pasukannya dari Afganistan. Namun, kisah penarikan itu sendiri sering kali disangkutpautkan dengan keperkasaan rudal Stinger AS yang membuat pasukan Tirai Besi keok.

Pada pertengahan 1980-an, kelompok mujahidin Afganistan, yang bertempur bersama Pakistan dan AS melawan pasukan Tirai Besi dan pemerintah yang dibela Soviet, berada dalam situasi yang sulit. “Pada April 1986, terjadi pertempuran besar di sepanjang perbatasan Pakistan ... Saya menggunakan segala cara supaya tuntutan saya (memasok para mujahidin dengan Stinger) dikabulkan …. Saya memperkuat argumen saya dengan pendapat para analis AS yang mengatakan para mujahidin kemungkinan tak bisa melanjutkan pertempuran karena mereka kelelahan sehingga generasi muda tidak mau bergabung dengan para ‘pejihad’,” tulis Mohammad Yousaf, seorang perwira tinggi intelijen Pakistan. Akibatnya, Amerika memasok senjata kepada kelompok mujahidin untuk mendorong mereka menggulingkan rezim yang didukung Moskow.

Senjata yang Kuat

Keputusan untuk mendukung para mujahidin tak dianggap enteng oleh pemerintah Reagan. Amerika tak mau teknologi senjata mereka jatuh ke tangan Uni Soviet atau Iran. Jika Soviet memperoleh rudal buatan AS, itu akan menjadi bukti bahwa Washington memasok para mujahidin dengan senjata canggih. Pakistan pun mengambil sikap yang sama. Namun pada 1986, AS menyetujui pengiriman 250 peluncur Stinger ditambah 1.000 rudal kepada kelompok pejuang gerilyawan Afganistan.

Stinger adalah senjata yang ringan, kuat, dan mudah dioperasikan. Senjata itu hanya memerlukan 30 detik untuk memuat rudal. Ketika proyektil mengunci target, sangat sulit untuk menghindarinya dengan suar panas. Itulah yang membuat Stinger sangat efektif melawan jet tempur.

Perangkat portabel tersebut dilaporkan digunakan di Afganistan untuk pertama kalinya pada 25 September 1986. Sekelompok mujahidin menembak jatuh dua helikopter serang Mi-24 (berdasarkan pengakuan tentara Soviet) ketika mereka mendarat di Bandara Jalalabad. Ada desas-desus bahwa para “pejihad” memberi Presiden AS Ronald Reagan sisa-sisa rudal yang digunakan dalam serangan itu.

Menurut Yousaf, berita tentang senjata baru dan kapasitasnya yang menghancurkan disambut penuh euforia oleh para gerilyawan. Kenyataan ini tentu membuat para komandan Soviet sakit kepala. Pada November 1986, tentara Soviet kehilangan empat jet tempur Su-25, dan satu skuadron pesawat setahun kemudian. Tak sedikit pula helikopter Uni Soviet yang ditembak jatuh.

Perubahan Taktik

Setelah kerugian ini, Bandara Jalalabad ditutup selama sebulan. Ketika bandara itu dibuka kembali, aturan terbang yang lebih ketat diberlakukan. “Kami harus mengubah taktik secara mendasar. Angkatan udara harus terbang di ketinggian yang lebih tinggi, tak kurang dari 5.000 meter,” jelas pakar militer Mikhail Khodarenok.

Helikopter dan pesawat juga tidak diizinkan mendarat di lintasan yang panjang. Saat lepas landas dan mendarat, mereka dikawal oleh helikopter yang melepaskan panas untuk mengalihkan rudal potensial. Sementara, semua penerbangan kargo dijadwal ulang ke malam hari.

Penghargaan Pahlawan untuk Stinger

Untuk memerangi rudal baru, insinyur-insinyur Soviet perlu memeriksa mereka dari dekat. Dari situlah, perburuan Stinger dimulai. Siapa pun yang menemukan senjata itu dijanjikan penghargaan tertinggi Soviet — Pahlawan Uni Soviet.

Selama berbulan-bulan, pencarian layanan-layanan khusus Soviet tak berbuah manis. Mereka hanya bisa mendapatkan potongan-potongan Stinger. Namun pada Januari 1987, sebuah unit pengintai melihat sekelompok pria bersenjata mengendarai tiga sepeda motor. “Ketika mereka melihat helikopter kami, mereka berhenti dan mulai menembaki kami dan menembakkan dua rudal …. Pilot segera bermanuver dan menurunkan helikopter …. Mi-24 melindungi kami dari atas dan kami mulai bertempur setelah meninggalkan helikopter,” kenang Letnan Vladimir Kovtun. Dia dan empat tentara lainnya memenangkan pertempuran melawan mujahidin berkat dukungan udara. Setelah itu, mereka mencari musuh dan menemukan Stinger dan dokumentasi teknisnya. Selama bertahun-tahun, peristiwa ini diyakini sebagai awal mula Soviet memiliki peluncur rudal tersebut.

Stinger dan Penarikan Pasukan Soviet

Beberapa tahun yang lalu, sekelompok mantan tentara Soviet lainnya, kali ini dipimpin oleh Letnan Igor Ryumtsev, mengklaim sebagai yang pertama kali mendapatkan Stinger — pada akhir 1986. Secara total, unit layanan khusus Soviet berhasil mendapatkan delapan set senjata. Namun, kala itu tak ada seorang pun yang mendapatkan penghargaan Pahlawan Uni Soviet sebagaimana yang dijanjikan. Ketidakadilan ini baru menemukan titik terang pada peringatan 30 tahun penarikan Soviet. Kovtun mendapatkan gelar Pahlawan Rusia atas keberanian dan kegigihannya selama konflik di Afganistan.

Setelah mempelajari rudal Amerika, para perancang memodifikasi jet Su-25 Soviet, meningkatkan kemampuan pertahanan mereka dan fitur suarnya. Langkah-langkah ini berhasil membantu mengurangi korban dari sisi Uni Soviet.

Namun, satu hal yang patut menjadi catatan, rudal Stinger bukanlah alasan yang memaksa Uni Soviet menarik diri dari Afganistan, sebagaimana yang biasa dikait-kaitkan. Keputusan ini sebetulnya diambil di Moskow jauh lebih awal.

Amerika membekali tentara Afganistan dengan senapan Kalashnikov tanpa melanggar larangan pembelian senjata Rusia. Namun, kenapa AS tidak memasok Afganistan dengan senjata buatan mereka sendiri?