Kadyrov percaya bahwa Macron mendukung penerbitan kartun Nabi Muhammad ketika sepuluh hari lalu dia mengatakan bahwa Samuel Paty dibunuh gara-gara “mengajarkan siswa kebebasan berpendapat, kebebasan untuk percaya atau tidak percaya.” Kadyrov juga mengkritik RUU pemberantasan gerakan separatisme Islam yang mulai digodok di Prancis awal bulan ini.
“Saya tidak tahu apa yang dia (Macron) pikirkan ketika melontarkan pernyataan ini, tetapi konsekuensinya bisa sangat fatal. Presiden Prancis sendiri kini menjadi semacam teroris. Ia mendukung provokasi, diam-diam ‘mendorong’ umat Islam untuk melakukan kejahatan,” kata Kadyrov melalui saluran Telegram miliknya.
Menurut Kadyrov, apa yang dilakukan Macron sama seperti “menyulut api, tetapi ogah memadamkannya” karena ia membutuhkan “kajadian menggegerkan yang berhubungan dengan dunia muslim.” Kadyrov dengan tegas meminta presiden Prancis menghentikan provokasi terhadap kepercayaan seseorang “sebelum terlambat”.
Kematian seorang guru di pinggiran kota Paris, tambah Kadyrov, terjadi akibat perundungan terhadap kepercayaan. Menurutnya, Paty “terus-terusan memprovokasi siswa-siswanya, menantang dan mengabaikan kemarahan serta permintaan mereka untuk berhenti menampilkan gambar-gambar yang menyinggung.”
“Sekarang, Anda menyebutnya (Paty) pahlawan Prancis, sedangkan orang yang ia provokasi disebut teroris. Macron, jika Anda menyebutnya teroris, dalam kasus ini, Anda seratus kali lebih buruk, karena Anda memaksa orang-orang melakukan tindakan terorisme, mendorong mereka melakukan tindakan tersebut, dan menyuburkan gagasan-gagasan ekstremis dalam benak anak-anak muda. Silakan sebut diri Anda pemimpin dan dalang terorisme di negara Anda,” kata Kadyrov
Pada 17 Oktober, sehari setelah pembunuhan Samuel Paty, Ramzan Kadyrov mengutuk kejahatan tersebut. Meski begitu, ia menegaskan supaya orang-orang tidak menyakiti perasaan umat Islam.
Senin lalu (26/10), Mufti Chechnya Salakh-Khadzhi Mezhiyev menyebut Emmanuel Macron “teroris nomor wahid” dan “musuh semua muslim” karena kartun Nabi Muhammad dipajang di gedung-gedung pemerintah di Prancis selama demonstrasi untuk mengenang Samuel Paty.