Kadyrov Kecam Muslim yang Meninju Wajah Penganut Buddha

Presiden Republik Chechnya Ramzan Kadyrov

Presiden Republik Chechnya Ramzan Kadyrov

Pravda Komsomolskaya/Global Look Press
Kadyrov menekankan bahwa “seorang muslim sejati tidak akan menyakiti orang yang lemah dan tidak bersalah.”

Pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadyrov mengecam sebuah video yang menunjukkan seorang muslim meninju wajah seorang penganut Buddha. Kadyrov, sebagaimana yang dilansirTASS, menganggap bahwa orang semacam ini dapat merusak hubungan antarumat beragama dan memprovokasi konflik antaretnis.

Sebelumnya di jejaring sosial, muncul sebuah video yang menampilkan seorang pemuda yang bertanya pada seorang pria apakah dia penganut Buddha atau bukan. Saat pria tersebut mengofirmasi, pemuda itu langsung meninju pria tersebut tepat di wajahnya.

“Saya mendapat kiriman video yang menampilkan seorang pemuda yang menganggap dirinya muslim, tapi memukul wajah seorang penganut Buddha. Di Myanmar, banyak orang Buddha yang menyelamatkan umat Islam. Kejahatan kemanusiaan yang dilakukan pemerintah suatu negara, tidak seharusnya membuat kita berpikir bahwa kejahatan tersebut juga dilakukan oleh seluruh penduduk di negeri itu atau oleh seluruh penganut agama tertentu saja,” tulis Kadyrov dalam saluran Telegram-nya.

Kadyrov menekankan bahwa “seorang muslim sejati tidak akan menyakiti orang yang lemah dan tidak bersalah.”

“Tindakan pemuda ini jelas bukan tindakan pria sejati. Tindakannya hanyalah iklan murahan. Orang semacam ini hanya akan merusak hubungan antarumat beragama. Jika orang ini memang beragama Buddha, lalu apa hubungannya dengan mereka yang melakukan genosida terhadap umat Islam di Myanmar? Hukuman hanya patut dijatuhkan pada orang yang memang melakukan kejahatan layaknya setan, bukan pada mereka yang hidup damai dan bekerja dengan jujur demi keluarganya,” pungkas sang pemimpin Chechnya.

Konflik antara komunitas muslim Rohingya dan umat Buddha Myanmar telah berlangsung selama puluhan tahun. Namun, konflik ini memuncak sejak 2012 sehingga mengakibatkan jatuhnya banyak korban baik dari sisi masyarakat muslim maupun penganut Buddha. Pada 25 Agustus 2017, pihak militer Myanmar melancarkan operasi besar-besaran dalam melawan Tentara Pemebebasan Arakan Rohingya. Akibat meningkatnya permusuhan yang terjadi beberapa pekan terakhir ini, sebanyak 410 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh untuk mencari suaka.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki