Sebelum Nikolay II dan seluruh keluarganya dieksekusi pada 1918, Rusia telah beberapa kali menyaksikan pembunuhan tsar. Meski begitu, sepanjang sejarah, hanya Tsar Aleksandr II-lah yang berkali-kali menjadi target pembunuhan. Setelah enam kali upaya pembunuhan, yang ketujuh berakhir fatal.
Tsar Aleksandr II selama percobaan pembunuhan.
Mary Evans Picture Library/Global Look PressPada sore hari, 1 Maret 1881, Aleksandr II tengah berkendara menuju Istana Musim Dingin dengan kereta kudanya. Saat melewati Tanggul Ekaterina (sekarang Griboyedov), seorang teroris melemparkan bom ke bawah kereta. Bom itu meledak, mengguncang kereta, dan melukai beberapa penjaga. Untungnya, sang tsar sendiri tak terluka. Tanpa rasa takut, Aleksandr II keluar untuk memeriksa pengawal-pengawalnya. Saat itulah, revolusionis Polandia Ignacy Hryniewiecki melemparkan bom kedua tepat ke kaki sang tsar. Meledak, Aleksandr II langsung dilarikan ke istana. Malang, nyawanya kali ini tak tertolong. Ia meninggal satu jam kemudian di kamarnya.
Atas permintaan Duma Kota Sankt Peterburg (semacam DPRD), Aleksandr III, putra sang tsar, mendirikan sebuah gereja di lokasi ledakan untuk mengenang sang ayah.
Kekaisaran kemudian mengumumkan tender untuk desain dan pembangunan gereja yang baru. Aleksandr III bersikeras bahwa bangunan itu harus mengikuti tradisi arsitektur gereja Moskow dan Yaroslavl abad ke-17. Sebetulnya, ini sesuatu yang sangat aneh bagi Sankt Peterburg. Kota itu sama sekali tidak memiliki gereja-gereja Rusia kuno karena baru dibangun pada abad ke-18.
Singkat cerita, tender dimenangkan oleh Alfred Parland, seorang arsitek keturunan Jerman-Skotlandia, dan pemuka agama Arkimandrit Ignatius. Upacara peletakan batu pertama berlangsung pada 1883.
Sekilas, katedral ini mirip Katedral St. Basil di Moskow (St. Basil sendiri dibangun pada abad ke-16). Gaya arsitektur semacam ini kemudian disebut “pseudo-Rusia”. Dibangun dari bata merah, gereja itu dimahkotai dengan kubah warna-warni, beremail, dan berlapis emas. Seluruh bangunan tampak menyerupai pakaian tradisional berwarna cerah. Di atas bingkai jendela yang diukir, terdapat serangkaian platina berbentuk kokoshnik (hiasan kepala perempuan Rusia).
Sementara itu, di dasar menara lonceng ada sebuah perapian keramik dengan caisson kecil. Pada tiap caisson terdapat lambang 134 provinsi Rusia yang menyumbangkan dana untuk pembangunan gereja tersebut (ini semacam koleksi heraldik yang unik di ruang terbuka).
Pembangunan Gereja ‘Penyelamat Kami Menumpahkan Darah’ memakan waktu 24 tahun. Penahbisan gereja bahkan sempat tertunda gara-gara kerumitan mosaik buatan Vladimir Frolov, yang penyempurnaannya menghabiskan sepuluh tahun.
Mosaik mewah ini mencakup sekitar 7.065 meter persegi. Inilah salah satu pameran mosaik terbesar di Eropa. Seluruh mahakarya ini dibuat oleh seniman-seniman terbaik Kekaisaran Rusia, seperti Viktor Vasnetsov, Mikhail Nesterov, Vasily Belyaev, dan banyak lainnya. Secara keseluruhan, ada 30 seniman yang bergotong-royong menghias interior gereja.
Setelah mosaik selesai, Gereja ‘Penyelamat Kami Menumpahkan Darah’ akhirnya ditahbiskan pada 1907. Upacara penahbisan dihadiri oleh kaisar baru, Nikolay II, cucu mendiang Aleksandr II.
Meski begitu, gereja tersebut tak memiliki jemaat dan tidak pula menggelar kebaktian atau misa. Pintu masuk gereja bahkan dijaga dengan ketat, sementara negara menggelontorkan uang untuk pemeliharaannya. Setelah Revolusi 1917, pemerintah memotong pembiayaan tersebut, memaksa gereja membiayai segela kebutuhannya sendiri dan mencari jemaat. Namun, para pastor setempat menolak bekerja sama dengan Pemerintah Soviet. Pada 1930, gereja ditutup dan kubahnya dilebur.
Pada 1930-an hingga 1940-an, kaum Bolshevik menghancurkan banyak gereja dan bahkan sempat menyasar Gereja ‘Penyelamat Kami Menumpahkan Darah’. Namun, Perang Dunia II meletus. Selama Pengepungan Leningrad (sekarang Sankt Peterburg), gereja itu dialihfungsikan menjadi kamar mayat untuk menampung jasad-jasad yang bergelimpangan di jalan-jalan kota.
Setelah perang, teater setempat menggunakan gereja itu sebagai gudang untuk menyimpan segala perlengkapan panggung dan alat peraga. Pada 1950-an, pemerintah kembali berupaya membongkar Gereja ‘Penyelamat Kami Menumpahkan Darah’ karena diduga menghambat lalu lintas di sepanjang Kanal Griboyedov (ada bagian kanal yang ditutup untuk membuat jalan ke gereja). Namun, masyarakat memprotes rencana tersebut dan gereja itu terselamatkan.
Selama Perang Duni II, pasukan Jerman berulang kali menembaki Gereja ‘Penyelamat Kami Menumpahkan Darah’. Serangan demi serangan menyebabkan kerusakan serius pada dinding-dinding gereja, sehingga mempersulit proses restorasinya di kemudian hari. Pada 1961, para pekerja menemukan proyektil 240 mm berdaya ledak tinggi di salah satu dinding gereja. Proyektil itu secara ajaib tidak meledak, terbengkalai tanpa ada yang tahu selama hampir dua dekade. Pemindahan proyektil itu bahkan melibatkan unit khusus.
Pada akhir 1960-an, gereja ini diakui sebagai monumen arsitektur. Bangunan bersejarah itu akhirnya direstorasi selama 27 tahun (tiga tahun lebih lama dari pembangunannya), dan dibuka kembali pada 1997.
Sekarang, Gereja ‘Penyelamat Kami Menumpahkan Darah’ berfungsi sebagai museum. Banyak wisatawan datang ke sini pada hari-hari kerja untuk melihat keindahan mosaik dan bagian jalan beraspal di dalam gereja tempat Tsar Aleksandr II terbunuh. Gereja ini melayani kebaktian, tetapi hanya pada akhir pekan dan hari-hari besar keagamaan.
Untuk mengikuti tur dengan pemesanan di muka, kunjungi situs web cathedral.ru.
Pembangunan Katedral Isaakievskiy di Sankt Peterburg dimulai pada 1818 oleh Kaisar Aleksandr I, dan diselesaikan pada 1858 oleh adik laki-lakinya, Kaisar Nikolay I. Kini, katedral terbesar di Sankt Peterburg itu akan dikembalikan kepada Gereja Ortodoks Rusia.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda