Keunggulan Utama
Dalam wawancara eksklusif dengan RT, pilot militer Rusia menyebut Su-57 sebagai satu-satunya pesawat tempur multifungsi generasi kelima yang mampu menggunakan rudal dengan kecepatan dan ketinggian berapa pun. Hal itu tidak bisa dilakukan rival Amerikanya, F-35 Lightning II.
"Banyak informasi tentang Su-57 yang dirahasiakan secara ketat. Namun, saya dapat mengatakan bahwa tidak ada batasan pada pengoperasian pesawat dan penggunaan fitur tempur dalam berbagai rentang kecepatan dan ketinggian," kata Wakil Komandan tim akrobat 'Strizhi' pada 2001 – 2006, pilot militer kelas pertama Vladlen Russanov.
Menurut sang pilot, kecepatan Su-57 dapat mencapai Mach 2, atau dua kali kecepatan suara pada mode normal, sementara pada mode pembakar tambahan (afterburner) bisa mencapai Mach 2,45. Pada saat yang sama, F-35 memiliki sejumlah keterbatasan saat terbang dengan kecepatan supersonik (di atas kecepatan suara).
Media Amerika Serikat (AS) Defense News baru-baru ini melaporkan, ketika terbang dengan kecepatan supersonik pada ketinggian yang sangat tinggi, pesawat tempur F-35 (lebih tepatnya versi B dan C) memiliki masalah serius, antara lain menghancurkan antena ekor dan baja rangka pesawat, serta merusak lapisan penyerap gelombang radar.
"Orang Amerika belum berhasil membuat pesawat mereka mampu berakselerasi dengan kecepatan lebih tinggi dari Mach 1,4 dan dapat terbang dengan stabil pada kecepatan seperti itu — yang sangat penting dalam melaksanakan misi tempur. Su-57 Rusia tidak diragukan lagi memiliki keunggulan signifikan atas F-35 Amerika," jelas Russanov.
Sang pilot menggaribawahi, batas kecepatan pesawat Amerika tidak cocok dengan konsep dominan pertempuran udara hari ini. Hal ini melibatkan pendeteksian dan penyerangan musuh dari jarak jauh, serta kemampuan menghindari zona jangkauan rudal musuh. Kualitas kecepatan adalah salah satu faktor kunci keberhasilan semacam itu, yang memungkinkan pesawat mencapai garis deteksi target dan peluncuran rudal, serta melakukan manuver defensif. Su-57 mampu melakukan tugas-tugas seperti itu, lebih efisien daripada F-35.
Menurut Russanov, pertemuan kedua pesawat dalam jarak dekat tetap harus diperhitungkan, meski skenario seperti itu tidak mungkin. Sederhananya, kualitas senjata rudal, sistem elektronik pesawat (avionik), dan peperangan elektronik saat ini telah mengurangi secara signifikan kemungkinan untuk memasuki pertempuran udara klasik.
Keunggulan Lainnya
Keunggulan Su-57 lainnya adalah dapat membawa beban tempur yang lebih berat daripada F-35. Pesawat Rusia dapat mengangkat 10 ton amunisi ke udara, sedangkan sang rival hanya mampu membawa hingga 8 ton.
Selain itu, Russanov juga mengatakan, penggunaan senjata rudal pada Su-57 sulit dideteksi oleh musuh. Hal ini adalah hasil dari konstruksi geometrik spesifik pesawat dan material komposit yang digunakan, terutama pada bagian pesawat tempat rudal jarak pendek berada. Sementara untuk rudal jarak menengah dan jauh, diluncurkan dengan pelontar khusus.
"Keunggulan luar biasa dari Su-57 adalah sudut pencarian yang lebih luas dari stasiun radar udara. Ini memungkinkan penggunaan rudal yang lebih aman, yang dilengkapi dengan hulu ledak mandiri," kata Russanov.
Menurutnya, pilot Su-57 wajib mengarahkan rudal ke arah musuh dengan bantuan sinar radar. Namun dalam kondisi ini, pesawat akan kehilangan kemampuan untuk melakukan manuver apa pun. Pilot juga harus memandu rudal menuju target. Namun, radar canggihnya memungkinkan pengalihan jalur tembak rudal hingga beberapa puluh derajat dari garis tembak semula. Russanov mengatakan, F-35 tidak memiliki kemampuan seperti itu. F-35 harus diam dalam satu posisi sepanjang waktu selama penembakkan berlangsung, dan baru bisa merubah posisi setelah rudal mencapai target.
Pengoperasian F-35 Tidak Aman
Pada akhir April lalu, Defense News mengutip penyataan layanan informasi pusat koordinasi program pengembangan F-35 di bawah yurisdiksi Pentagon, yang mengatakan bahwa waktu maksimum yang diizinkan untuk penerbangan kecepan tinggi F-35 telah dikurangi. Alasannya adalah kerusakan pada elemen-elemen bagian ekor pesawat pada kecepatan tinggi. Departemen Pertahanan AS dikatakan menolak untuk mengirim F-35 menjalani modifikasi, dan lebih memilih untuk mengurangi karakteristik operasionalnya.
"Pengoperasian F-35 pada kecepatan supersonik tidak aman untuk pilot, karena berpotensi menyebabkan kerusakan mekanis. Namun, saya ingin menekankan, meski cacat ini ditemukan jauh lebih awal, bahkan ketika pesawat ini sedang dibuat, hal itu tetap tidak dihilangkan," jelas instruktur penerbang dan master olahraga untuk aerobatik pesawat jet, Mayor Angkatan Udara Andrei Krasnoperov, kepada RT.
Menurutnya, masalah itu diabaikan oleh industri pertahanan AS dan Pentagon karena ketergesa-gesaan untuk menunjukkan kekuatan dan "keunggulan teknologi absolut" dari penerbangan Amerika kepada seluruh dunia dan Rusia.
"Konsep F-35 melibatkan misi terbang dan melakukan pertempuran dalam kecepatan supersonik yang meliputi pendeteksian target, intersepsi, menyerang, dan kembali dengan cepat ke lokasi yang aman. Namun, ada keraguan besar bahwa pesawat Amerika ini dapat melakukannya," terang Krasnoperov.
Sang intruktur penerbang itu menyimpulkan, dengan mengoreksi parameter operasional F-35, Departemen Pertahanan AS berusaha menghindar untuk mengakui secara defacto bahwa banyak kesalahan yang dihadapi proyek ini. Pentagon ingin melindungi Lockheed Martin (perusahaan kedirgantaraan, pertahanan, dan teknologi global Amerika), yang produk terbarunya (dan terlalu mahal) jelas tidak memenuhi standar pesawat tempur generasi kelima.
Belajar dari Kesalahan Amerika
Pilot terhormat Rusia Mayor Jenderal Vladimir Popov mengatakan kepada RT dalam sebuah wawancara, F-35 memang memiliki kelemahan signifikan dibandingkan Su-57, termasuk dalam hal kecepatan. Pada saat yang sama, Popov yakin bahwa pesawat Amerika memiliki banyak keunggulan yang diperlukan dalam pertempuran, terutama dalam hal avionik dan material yang menyerap radiasi.
"Kita dan AS memiliki sekolah desain pesawat terbang dan pandangan umum tentang pengembangan penerbangan yang berbeda. Rusia sangat beruntung pada kemampuan manuver dan kecepatan, sedangkan fokus utama AS terletak pada peralatan yang canggih dan visibilitas yang rendah. Dalam hal ini, AS mencapai kesuksesan yang signifikan, tetapi kualitas peralatan dan bahan Su-57 juga tidak kalah darinya," ujar Popov meyakini.
Menurutnya, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang keberhasilan program pesawat generasi kelima Amerika. Namun, berdasakan informasi yang tersedia, Popov percaya bahwa Su-57 terlihat lebih disukai daripada F-35.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh pendiri portal Military Russia Dmitry Kornev. Ia meyakini bahwa potensi tempur Su-57 dan F-35 belum terungkap. Sejauh yang ia tahu, Su-57 masih menggunakan mesin pesawat generasi keempat AL-41F1, sementara mesin terbaru ("produk 30") masih dalam proses pengujian.
Kornev menilai, pesawat-pesawat tempur Barat memiliki kekurangan dalam hal keandalan dan perangkat lunak, yang menjadi dasar komponen elektronik pesawat tempur.
"Siapa yang lebih kuat selalu menjadi penentu pertempuran sebenarnya. Namun, mari kita berharap bahwa duel antara Su-57 dan F-35 hanya akan terjadi dalam bentuk simulasi matematika. Keduanya adalah pesawat berteknologi canggih. Keunggulan utama dari pesawat tempur Rusia terletak pada usianya yang lebih muda dan proses penyempurnaan yang panjang. Namun, perancang dan militer kita jelas memperhitungkan kesalahan yang telah dibuat oleh Amerika. Dengan demikian, potensi kesalahan dapat dikurangi seminim mungkin," jelas Kornev.
Menurut Kornev, proyek F-35 adalah korban dari keinginan tak terpuaskan AS untuk membuat pesawat tempur unik yang mengedepankan pencapaian teknologi terbaik. Namun, Amerika menganggap remeh kompleksitas tugas ini dan membuat kesalahan dalam merencanakan sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek.
"Karena kebutuhan untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan pesawat ini, Amerika menggagalkan penyediaan F-35 kepada pasukannya. Tak jelas ke arah mana semua ini berjalan: haruskah berinvestasi dalam modernisasi pesawat ini, memodernisasi pesawat generasi keempat, atau mulai mengembangkan pesawat tempur yang benar-benar baru?" ujar Kornev.
Kornev menyimpulkan, para ahli Rusia melihat situasi dengan lebih bijaksana dan berhasil membuat pesawat tempur ketika kualitas kuncinya jauh lebih seimbang, yang pada akhirnya menghasilkan peningkatan efisiensi tempur.
Pesawat tempur generasi kelima Rusia awalnya bernama T-50 dan baru resmi disebut Su-57 pada Agustus 2017. Bacalah selengkapnya!