Dua Drone Tempur Terbaru Siap Perkuat Militer Rusia

Grigoriy Sisoev/Sputnik
Salah satu drone telah berlaga di Suriah, sementara yang lain menunggu debutnya.

Setelah diuji dalam pertempuran melawan kelompok militan di Suriah, drone Orion telah dikirim ke Tentara Rusia. Pada saat yang sama, drone Okhotnik buatan Biro Desain Sukhoi sedang dipersiapkan untuk beraksi di medan perang sungguhan.

Orion

Orion dipersenjatai empat buat peluru kendali dan nonkendali yang mampu menghancurkan target musuh pada jarak ratusan kilometer.

Kronstadt, perusahaan pengembang drone tersebut, belum mengomentari keberhasilan Orion baru-baru ini. Perusahaan itu pun enggan memberikan keterangan lebih rinci terkait pengiriman Orion ke pasukan Rusia. Selain mengutip “rahasia negara”, mereka masih harus menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia.

Menurut Viktor Murakhovsky, Pemimpin Redaksi Arsenal Otechestva, ada dua versi Orion yang digunakan di Suriah: satu untuk pengintaian, sedangkan yang lainnya untuk penyerangan.

“Pasukan Kedirgantaraan Rusia kini sedang mengembangkan program untuk drone jarak jauh berdampak besar. Para jenderal ingin unit-unit tentara baru dipersenjatai dengan pesawat tradisional dan UAV dengan senjata kelas serupa supaya bisa beroperasi bersama dalam satu kelompok,” kata sang ahli.

Drone baru ini dapat membawa empat rudal dengan bobot hingga 200 kg. Pada saat yang sama, Orion mampu mendaki ke ketinggian 7,5 km. Pesawat tanpa awak itu juga mampu melesat hingga 200 km/jam dan baterai yang tahan selama 24 jam. Setelah itu, drone perlu kembali ke hanggar untuk “mengisi bahan bakar”.

Okhotnik

Senjata mematikan lain yang akan segera memperkuat Tentara Rusia adalah drone tempur Okhotnik buatan Sukhoi.

Dibuat dengan teknologi yang sama dengan pesawat tempur generasi kelima Su-57, drone ini merupakan prototipe pesawat tanpa awak masa depan.

Sebagaimana “abangnya” (Su-57), Okhotnik adalah pesawat tipe sayap terbang (flying wing), yang keduanya melindungi pesawat dari sistem pertahanan udara musuh dan memungkinkan drone membawa lebih banyak senjata.

Selain itu, drone seberat 20 ton tersebut dapat meluncur mencapai target dengan kecepatan supersonik (hingga 1000 km/jam). Apalagi, Okhotnik juga dilengkapi dengan salah satu komputer pertama yang terintegrasi dengan kecerdasan buatan. Teknologi ini membuat si operator terbebas dari sebagian besar tugas pengoperasian kecuali keputusan untuk mengerahkan senjata.

Beberapa teknologi dan amunisinya bahkan disatukan dengan Su-57.

“Persenjataan Okhotnik termasuk rudal udara-ke-darat dan sejumlah bom (misil kendali dan bersayap) yang disembunyikan di dalam tubuh drone demi mengurangi visibilitas pada radar musuh alih-alih menggantungnya pada sayap,” ujar Profesor Vadim Kozyulin dari Akademi Ilmu Militer Rusia kepada Rusia Beyond.

Di antara bom yang diangkut Okhotnik adalah bom berdaya ledak tinggi OFZAB-500 dan bom udara ODAB-500PMV, yang keduanya telah digunakan dalam kampanye militer di Suriah.

Meningkatnya penggunaan drone oleh militan membuat para perancang senjata Rusia mengembangkan senjata canggih. Bacalah selengkapnya!

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki