Mengapa Pemerintah Soviet Lamban Mengakui Kebenaran Tragedi Chernobyl?

Sejarah
YEKATERINA SINELSCHIKOVA
Nikolai Ryzhkov, kepala pemerintahan Soviet yang menjadi ujung tombak operasi pembersihan setelah bencana Chernobyl, bercerita pada Russia Beyond mengenai bagaimana ia dan rekan-rekannya terbang di atas lubang menganga reaktor dengan helikopter biasa, bagaimana mereka menjadi pionir pencegah kecelakaan nuklir, dan bagaimana Partai Komunis Uni Soviet diadili akibat kecelakaan tersebut.

Dulu, Pripyat dianggap sebagai kota percontohan Soviet. Kota ini merupakan tempat yang bergengsi untuk ditinggali karena ia dirancang sebagai lokasi yang menguntungkan secara ekonomi. Terdapat 15 taman kanak-kanak, 25 toko, lima sekolah, sejumlah cafe dan restoran, sebuah rumah sakit, hotel, pelabuhan pinggir sungai, bioskop, dan kolam renang. Namun di sisi lain, ia juga memiliki sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang merupakan salah satu yang tercanggih dan menyediakan lapangan pekerjaan terbanyak bagi penduduk setempat.

Pada malam 26 April 1986, saat fasilitas tersebut tengah ditutup untuk perawatan dan percobaan terjadwal, dua ledakan mengguncang PLTN itu. Ledakan pertama menghancurkan sebuah pelat beton berbobot seribu ton, sedangkan ledakan kedua melepaskan 190 ton materi radioaktif ke atmosfer.

Kepala pemerintahan Soviet Nikolai Ryzhkov memimpin satuan tugas untuk membersihkan konsekuensi mengerikan dari kecelakaan tersebut. Pada 1992, dalam periode ‘mengadili Partai Komunis Uni Soviet’, ia harus menjawab sejumlah keputusan yang dibuat pada April 1986 dan beberapa minggu berikutnya. Banyak pihak masih berdebat mengenai hal tersebut hingga hari ini.

Sangat Serius

“Saya masih ingat hari itu dengan jelas. Itu hari Sabtu, dan saya bersiap untuk berangkat kerja. Saat itu, Menteri Energi Anatoly Mayorets menghubungi saya melalui telepon pemerintah dan mengatakan bahwa telah terjadi kecelakaan di PLTN Chernobyl, tapi ia tak tahu secara detail. Saya menyuruhnya mencari tahu apa yang terjadi saat saya tiba di kantor.”

“Sejujurnya, saya sama sekali tak berpikir bahwa reaktornya meledak. Sebelum itu juga sudah pernah terjadi kecelakaan — generator rusak, turbin rusak — semua hal semacam itu sudah pernah terjadi. Jadi, saya menduga ini sesuatu semacam itu. Namun, saat saya diberi tahu bahwa yang meledak adalah unit energinya, jelas situasi ini sangat serius dan tak biasa. Saya segera mengambil langkah.

“Pendapat mereka adalah sebagai berikut: karena kota Pripyat berada sangat dekat dari pembangkit nuklir, dan ada 50 ribu orang yang tinggal di sana, kota tersebut harus segera dievakuasi. Saya memerintahkan evakuasi. Persiapan untuk itu berlangsung semalaman, dan sekitar pukul dua atau tiga sore pada Minggu, 27 April, saya diberi tahu bahwa tak ada orang yang tersisa di Pripyat dan hanya anjing yang berkeliaran.”

Pada Sabtu, 26 April, sejumlah pernikahan digelar di Pripyat. Pada 24 jam pertama, warga setempat tak tahu apa yang terjadi. Pernyataan resmi pertama mengenai kecelakaan tersebut muncul di media lokal pada 28 April. Di titik itu, negara-negara Barat sudah melaporkan bahwa sesuatu telah terjadi, tapi Pemerintah Soviet tutup mulut. Radio Moskow menyinggung kejadian tersebut dalam laporan berita keempat, dan Radio Kiev memberitakannya dalam laporan ke-11. Di program televisi Vremya, Chernobyl menjadi laporan berita ke-21. Sekretaris Jenderal Mikhail Gorbachev merekam tanggapan untuk disiarkan di televisi 18 hari setelah kejadian.

Menghindari Kepanikan

“Swedia menjadi yang pertama mencatat (bencana itu). Pada malam 26 April, sensor mereka merekam peningkatan radiasi dan mereka menyimpulkan bahwa terjadi kebocoran di suatu tempat. Hal itu benar. Kami baru mengetahui itu di pagi hari. Namun, sisanya adalah cerita khayalan. Tak ada seorang pun yang membocorkan hal itu kepada masyarakat selama tiga hari. Ya, informasi yang disebarkan ke masyarakat sangat diperhitungkan dan dikontrol. Namun, apa yang harus kami lakukan? Berteriak ke seluruh negeri, ‘Wahai rakyatku, larilah dan selamatkan diri kalian!’?”

“Apakah kami terlalu bodoh untuk menciptakan kepanikan semacam itu, yang bisa membuat ratusan ribu orang panik dan berlarian ke segala penjuru, termasuk ke arah radiasi tersebut berasal? Tidak, kami tak sebodoh itu. Orang-orang harus dievakuasi secara teratur. Tak semua orang tahu apa itu radiasi. Terdapat banyak masalah dan pertanyaan mengenai apa yang perlu dilakukan untuk menangkalnya. Mereka yang tinggal di Pripyat kebanyakan bekerja di fasilitas nuklir dan mengerti dengan baik apa itu radiasi.”

“Dua atau tiga jam kemudian, sekitar pukul 11 pagi, saya sudah menandatangani dekrit untuk membuat komisi pemerintah yang dikepalai oleh mantan deputi saya, Boris Shcherbina. Pada pukul 3 sore, komisi tersebut sudah siap; terdiri dari spesialis-spesialis andal, termasuk para ilmuwan dan kepala kementerian. Pada hari yang sama, mereka terbang ke Chernobyl, dan pada Sabtu malam mereka melaporkan pada saya apa yang telah terjadi.”

“Saya datang ke sana pada 2 Maret, dan berkendara dengan mobil dari Kiev. Kami berhenti di beberapa desa di dekat area yang terkena dampak ledakan. Seorang perempuan tua datang dan bertanya pada saya apa yang terjadi. Saya sampaikan padanya, ‘Ada kontaminasi — ada radiasi. Anda harus menjaga diri.’ Lalu, ia menjawab, ‘Kontaminasi apa? Lihat betapa bersihnya kentang-kentang ini.’ Begitulah bagaimana orang-orang berpikir di sana, mereka tak sadar bahwa kematian telah menguar di udara.”

“Pada 2 Mei, kami sudah mengetahui besar wilayah yang terdampak dari sejumlah sumber. Lalu, pada sebuah pertemuan di Chernobyl, saya memutuskan bahwa semua orang dengan radius 28 km dari Chernobyl harus dievakuasi. Kami menempatkan sebuah kompas di peta dan menentukan radius titik terjauh. Pada tengah malam, saat saya meninggalkan Kiev dengan mengendarai bus, saya melihat ratusan bus sudah pergi dari arah berlawanan untuk mengevakuasi warga.”

Pada musim semi dan musim panas 1986, 400 ribu orang tinggal di zona ekskusi dan area ‘kontrol radiasi ketat’. Radiasi berdampak terhadap wilayah Rusia (hanya empat desa dengan populasi 186 orang), tapi kecelakaan tersebut terutama mengontaminasi wilayah Belarus dan Ukraina dan area yang terdampak ternyata sedikit lebih besar daripada area Moskow. Sebanyak 116 ribu orang berhasil dievakuasi dan 270 ribu lainnya direlokasi di tahun-tahun berikutnya.

Bertahan dan Berjuang

“Faktanya, kami bahkan tak punya helikopter dengan perlindungan antiradiasi. Sementara, kami harus terbang di atas reaktor. Jadi, kami menggunakan helikopter biasa, yang lantainya dilapisi dengan lembaran timah — timah menghambat penetrasi radiasi. Kami mengenakan pakaian terusan berwarna putih dan topi putih, dan kami memiliki alat penghitung radiasi Geiger di saku kami; hanya itu. Saat Anda terbang jauh dari reaktor, ia hanya berbunyi ‘klik-klik’, tapi tenang. Saat mendekat, ia mulai berdetak lebih kencang. Dan saat terbang hampir di atas lubang yang menganga, ia berteriak sungguh kencang.”

“Namun, apa yang harus kami lakukan — tak terbang? Kami sadar bahwa kami menghadapi risiko terpaan radiasi, tapi tak ada yang berpikir untuk kabur. Saya berada di sana selama dua jam dan pergi, tapi wakil-wakil saya bekerja bergantian di sana selama beberapa bulan. Dan tiap dua minggu kami merotasi mereka. Ada argumen. Ketika tiba waktunya untuk menarik mereka, mereka akan protes, Mengapa? Kami belum mati, bukan? Namun, kami tetap mengikuti aturan. Ada sejumlah rekomendasi medis, dan kami segera membawa kembali orang-orang secepat mungkin.”

“Setelah itu, kami dituduh bahwa kami memaksa orang untuk pergi ke sana. Tidak, malah sebaliknya. Sungguh sulit untuk menyingkirkan orang-orang. Di meja saja terdapat seribu aplikasi dari para sukarelawan yang menyatakan ‘Anda bisa mengirim saya’. Orang-orang sadar bahwa terjadi kecelakaan dan mereka perlu membantu.”

Di tahun pertama pascakecelakaan, 350 ribu orang membantu proses pembersihan. Dengan saran dari para ilmuwan, akhirnya diputuskan untuk mengisi lubang reaktor dengan pasir dan timah. Timah kemudian dibawa dari seluruh negeri dengan pengiriman khusus.

‘Tak Ada yang Berbagi Informasi dengan Kami’

“Kami membuka jalan ke dunia yang benar-benar tak dikenal. Pada 1979, Amerika mengalami peristiwa serupa di Pulau Three Mile, tapi mereka merahasiakan semua informasi. Tak ada yang berbagi informasi dengan kami, dan kami tak tahu apa-apa. Kami hanya dikritik. Kala itu sedang Perang Dingin. Dan tak ada yang menyediakan bantuan pada kami.”

“Pada 1 Mei, di rapat komisi, sudah diketahui bahwa kami tak punya cukup iodium untuk anak-anak demi melindungi kelenjar tiroid mereka, dan tak ada mesin derek dengan tangkai yang cukup panjang dan kapasitas yang cukup untuk menempatkan sarkofagus pelindung di atas reaktor. Hari itu, saya menandatangani dekrit untuk anggaran negara yang dialokasikan bagi perangkat dan makanan hingga lebih dari 120 juta dolar AS — demi menyelamatkan keadaan. Setelah itu, kami membagi semua pengalaman yang telah kami kumpulkan.”

“Saat Partai Komunis diadili, saya sudah terbiasa disalahkan karena tragedi ini. Saya diundang ke pengadilan sebagai saksi, dan saya berdiri di mimbar selama tujuh jam. Meski 2,5 bulan sebelumnya saya baru mengalami serangan jantung, tak ada seorang pun yang menawari saya kursi.”

“Salah seorang jaksa penuntut memiliki setumpuk kertas dengan 42 protokol yang saya tandatangani, dengan sejumlah penanda. Untuk waktu yang lama, ia bertanya pada saya seperti. ‘Kamerad Ryzhkov, di sini kami punya sebuah protokol yang Anda tandatangani yang menyebutkan bahwa di desa ini dan itu level radiasi yang tercatat mencapai sekian rem (roentgen equivalent man).”

“Dan kami punya data lain …. Saya berusaha sabar, tapi kemudian saya membentak. ‘Bagaimana mungkin saya, perdana menteri sebuah negara berpopulasi jutaan orang, tahu seberapa besar rem radiasi di sejumlah desa terpencil? Saya tak perlu tahu detail seperti itu. Saya membuat keputusan lain. Dan di mana Anda saat tragedi tersebut? Mengapa Anda, sebagai seorang Komunis, bergabung dengan kami seperti para perwira dan tentara, mengapa Anda tak mengajukan diri? Apa hak Anda untuk menanyai saya pertanyaan semacam itu?’ Ia lalu terdiam, dan tak lagi meluncurkan pertanyaan semacam itu. Tapi saya masih yakin bahwa semuanya telah dilakukan dengan benar kala itu.”

Sebagaimana yang disebutkan di atas, Pripyat dianggap sebagai kota percontohan Soviet. Kota ini dibangun khusus untuk para pekerja PLTN Chernobyl. Berikut dokumentasi kehidupan di Pripyat sebelum dan pada saat kejadian.