Kenapa Uni Soviet Mengembangkan Senjata Nuklirnya Sendiri?

View of the radioactive plume from the bomb dropped on Nagasaki City, as seen from 9.6 km away, in Koyagi-jima, Japan, August 9, 1945. The US B-29 superfortress Bockscar dropped the atomic bomb nicknamed 'Fat Man,' which detonated above the ground, on northern part of Nagasaki City just after 11am.

View of the radioactive plume from the bomb dropped on Nagasaki City, as seen from 9.6 km away, in Koyagi-jima, Japan, August 9, 1945. The US B-29 superfortress Bockscar dropped the atomic bomb nicknamed 'Fat Man,' which detonated above the ground, on northern part of Nagasaki City just after 11am.

Getty Images
Jerman adalah negara pertama yang membangun landasan teoretis terkait program nuklir yang lebih canggih, namun AS yang memonopoli penggunaan bom nuklir di era awal. Uni Soviet, yang terlambat mengembangkan nuklir mereka sendiri, akhirnya mampu menghancurkan monopoli AS tersebut.

AS mendemonstrasikan kekuatan senjata nuklir yang mematikan ketika mereka menjatuhkan dua bom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Sumber: Getty ImagesAS mendemonstrasikan kekuatan senjata nuklir yang mematikan ketika mereka menjatuhkan dua bom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Sumber: Getty Images

Dewasa ini, senjata nuklir adalah masalah yang serius bagi umat manusia. Namun, penciptaan senjata ini puluhan tahun lalu berhasil mengakhiri perang-perang skala besar di dunia. Doktrin kepastian saling menghancurkan atau mutually assured destruction (MAD) memaksa negara-negara adikuasa untuk menurunkan ketegangan dan berdialog satu sama lain sekalipun mereka dapat dengan mudah memenangkan peperangan.

Kepastian saling menghancurkan adalah doktrin strategi militer dan kebijakan keamanan nasional yang menyatakan bahwa penggunaan senjata penghancur massal berskala besar oleh dua pihak yang bertentangan atau lebih akan mengakibatkan kehancuran total seluruh pihak, baik pihak penyerang maupun pihak yang bertahan.Doktrin ini didasarkan pada teori deterensi yang menyatakan bahwa ancaman pemakaian senjata canggih terhadap lawan membuat lawan tidak bisa memakai senjata canggih yang sama.

AS selangkah lebih maju dalam mengembangkan bom atom pada tahun-tahun awal dimulainya era nuklir. Pada Agustus 1945, AS mendemonstrasikan kekuatan senjata nuklir yang mematikan ketika mereka menjatuhkan dua bom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Serangan ini pun menjadi peringatan bagi negara-negara di luar Blok Barat. Namun, situasi ini berubaha pada 29 Agustus 1949 ketika Uni Soviet menguji coba senjata nuklir buatannya sendiri.

Kompetisi Dimulai

Para ilmuwan dan pekerja berusaha mengangkat bom atom ke puncak bangunan di Alamogordo, New Mexico, AS, pada Juli 1945. Sumber: APPara ilmuwan dan pekerja berusaha mengangkat bom atom ke puncak bangunan di Alamogordo, New Mexico, AS, pada Juli 1945. Sumber: AP

Gagasan bahwa atom uranium dapat menghasilkan energi luar biasa untuk tujuan militer pertama kali dicetuskan oleh fisikawan Jerman pada akhir 1930-an. Orang-orang Jermanlah yang merintis pengembangan energi ini. Mereka berhasil mengembangkan landasan teoretis terkait program nuklir yang lebih canggih melebihi negara-negara lain. Proyek atom mereka bahkan sudah berjalan pada pertengahan tahun 1939. Setelah kebangkitan rezim fasis Adolf Hitler, para fisikawan yang minggat dari Jerman langsung menyadari apa yang dapat terjadi dari proyek ini. Karena itu, harus ada pihak yang segera melampaui teknologi nuklir Jerman — lebih cepat, lebih baik.

Pada Agustus 1939, ilmuwan ternama asal Jerman, Albert Einstein, mengirim surat kepada Presiden AS Franklin D. Roosevelt. Sang penerima Nobel Fisika itu mengatakan kepada Roosevelt bahwa Nazi Jerman sedang melakukan penelitian pengembangan senjata nuklir. Karena itu, ia menyarankan agar AS segera melakukan program serupa. Dalam dua tahun berikutnya, AS meluncurkan proyek skala besar dengan investasi yang melimpah dan dibantu ahli-ahli terbaik kala itu, termasuk Niels Bohr dan Edward Teller.

Proyek yang tengah dikerjakan AS ini tentu tak lepas dari perhatian Uni Soviet. Para fisikawan Soviet tahu persis proyek apa yang tengah dikerjekan kolega luar negeri mereka. Intelijen Soviet juga tidak duduk diam. Pada Juni 1940, mereka memberitakan program penelitian awal terhadap uranium-235 yang sedang dikerjakan AS.

Satu setengah tahun kemudian, ketika Perang Patriotik Raya dimulai, muncul berita yang lebih mengkhawatirkan. Inggris dapat mengembangkan senjata nuklir pada 1943. Ini berarti, Jerman, yang pasukannya sudah berada di dekat Moskow, setidaknya juga harus memiliki senjata nuklir berkualitas prima. Di lain sisi, Uni Soviet benar-benar tertinggal dalam kompetisi nuklir.

Kerja Sama Fisikawan dan Mata-mata

Segala informasi mengenai kesuksesan pengembangan senjata nuklir negara-negara Barat terdengar ke telinga Kremlin. Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin langsung menyadari bahwa nuklir merupakan hal penting untuk Rusia. Ia berterus terang dalam ucapannya: “Kita tidak punya bom; kita bekerja dengan buruk!” Para tentara Jerman sudah semakin dekat Moskow, dan perang pun terjadi. Tapi tidak ada jaminan hal tersebut tidak akan terjadi andaikan Jerman telah memegang senjata super mereka. Pencapaian AS dan Britania juga dianggap mengkhawatirkan: dengan bom atom, mereka dianggap dapat mengatasi Hitler dan kemudian turut menjadi ancaman untuk Uni Soviet.

Visitors at the presentation of a multimedia installation specially created by the Rosatom Corporation to mark the 65th anniversary of the RDS-1 Soviet atomic bomb. Source: Maksim Blinov/RIA NovostiBom atom Soviet RDS-1 dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-65. Sumber: Maksim Blinov/RIA Novosti

Pada September 1942, para pemimpin URSS membangun laboratorium khusus untuk proyek nuklir. Laboratorium itu diisi oleh fisikawan dalam jumlah sedikit namun berbakat di bawah pimpinan Igor Vasilyevich Kurchatov — yang nantinya dikenal sebagai bapak bom atom Uni Soviet. Para ilmuwan tersebut bekerja sama dengan layanan intelijen Soviet.

Jaringan mata-mata Soviet di AS punya gambaran jelas mengenai perkembangan proyek atom di sana, bahkan mereka tahu lokasi pusat penelitian utamanya. Beberapa fisikawan Amerika — yang berpihak pada URSS — turut berkontribusi dengan membocorkan blueprint bom nuklir AS ke URSS dua minggu setelah ia dibuat pada 1945.

Berakhirnya Monopoli Atom oleh AS

Jerman hancur tanpa menggunakan senjata nuklir. Bom atom yang AS jatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada Agustus 1945 adalah cara Washington mengumumkan bahwa mereka memiliki bom berkekuatan besar. Pesan itu terutama diberikan kepada Moskow. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, bekas aliansi di koalisi anti Hitler terpisah dalam barikade yang berbeda. Militer Amerika dan Britania menyusun rencana terkait potensi perang dengan URSS, di mana mereka mengusulkan pengeboman kota-kota besar di sana dengan senjata nuklir.

Ini dapat dicegah hanya melalui eliminasi monopoli nuklir milik AS. Dua minggu setelah menghancurkan Hiroshima, Stalin memerintahkan pembentukan sebuah badan khusus untuk mengkoordinasikan segala pekerjaan terkait proyek bom atom. Setelah itu, kementerian khusus dibentuk dengan jumlah pekerja dan kekuatan darurat yang sangat banyak. Kementerian ini dikepalai salah satu rekan terdekat Stalin, Lavrentiy Pavlovich Beria.

 The American and British military drew up plans for a possible war against the USSR. Photo: Yuly Khariton, a Russian physicist working in the field of nuclear power. Source: Valentin Cheredintsev/TASSYuly Khariton, seorang fisikawan Soviet yang turut mengerjakan proyek nuklir negara. Sumber: Valentin Cheredintsev/TASS

Di bawah kepemimpinan Beria, sebuah sektor industri baru lahir di URSS dalam beberapa tahun — industri atom. Pabrik uranium, pembangkit nuklir, serta pabrik mesin sentrifugal dibangun dalam jangka waktu pendek. Di Siberia dan Ural, kompleks-kompleks industri dibangun di pegunungan, tempat di mana mereka meremukkan ratusan ton batu. Hanya orang-orang terkait yang mengetahui pelaksanaan proyek ini.

Di lain sisi, AS yakin bahwa URSS akan membeli senjata nuklir mereka selambat-lambatnya pada 1954. Karena itu, ketika URSS mengadakan uji coba senjata nuklir di Semipalatinsk pada 1949, AS terkejut.

Melakukan segala cara untuk pulih dari Perang Patriotik Raya yang melelahkan, Uni Soviet mampu menghancurkan monopoli nuklir AS. Hal ini yang menjadi landasan keamanan internasional di tatanan dunia hingga saat ini.

Alexander Vershinin adalah doktor ilmu sejarah, dosen sejarah di Universitas Negeri Moskow, dan peneliti senior di Pusat Analisis Masalah dan Kepemerintahan. Artikel ini tidak merefleksikan opini resmi RBTH.

 

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki