Pada malam tanggal 6 – 7 Juli, banyak orang Slavia (kelompok etnis yang mayoritas tinggal di Eropa Timur) merayakan Ivan Kupala, sebuah perayaan paganisme yang menandakan kelahiran alam dan pertengahan musim panas. Menurut kepercayaan kuno, hari itu menunjukkan pergantian matahari ke musim dingin, ketika hari mulai lebih pendek.
Secara tradisional, muda mudi mencari calon suami dan istri pada perayaan ini — semua ini tentang perjodohan. Dewasa ini, Ivan Kupala tak lebih dari sekadar malam perayaan yang meriah. Namun, beberapa orang masih menjunjung tinggi tradisi ritual kuno.
Sebelum perayaan, orang-orang yang percaya pada tradisi ini akan membakar kayu wormwood. Konon, ini semacam ritual “penyucian dari roh-roh jahat”.
Setelah itu, tibalah waktunya untuk memanjatkan doa. Orang-orang mulai melantunkan pujaan untuk dewa-dewi dan leluhur mereka. Orang-orang Slavia kuno percaya bahwa pada malam itu para leluhur dapat memberi mereka isyarat tertentu dari dunia lain.
Api unggun kemudian dinyalakan dan “sesajen” (biasanya panekuk) dilemparkan ke api, sementara orang-orang terus melantunkan doa. Setelah itu, permainan dimulai!
Para gadis, yang dimahkotai karangan cabang pohon birch atau maple muda, mengenakan gaun dengan pita dan bunga. Gadis-gadis itu kemudian menyanyikan lagu-lagu ritual, sementara para pria berusaha mencuri hiasan kepala mereka. Melalui permainan inilah para gadis bisa “bertemu” dengan pujaan hati mereka.
Ketika malam tiba, orang-orang melakukan tarian ‘Khorovod’ di sekitar api, simbol matahari dan kelahiran kembali yang abadi. Semakin terang nyala api unggun, semakin cepat pula tarian itu.
Setelah menari, para pria berbaris dan para gadis akan menyentuh bahu laki-laki yang mereka sukai dan melarikan diri. Pria itu harus menangkap si “pengantin perempuan”, memegang tangannya, dan melompat bersamanya di atas api untuk menyucikan penyatuan mereka.
Ketika semua orang telah berpasangan, mereka harus menutup penyatuan mereka dengan ritual “pernikahan” air dan api. Mereka akan pergi ke sungai dengan karangan bunga dan api. Obor harus diletakkan di sungai — ini melambangkan “perkawinan” dan air harus “diberikan” karangan bunga. Konon, jika karangan bunga itu tenggelam, pernikahan itu tidak akan awet!
Malam itu berakhir dengan mandi telanjang — sampai matahari terbit!
Meski kebanyakan orang Rusia kini memeluk Ortodoks, ada beberapa tradisi paganisme yang masih dilestarikan. Tradisi ini telah mengakar kuat hingga Gereja Ortodoks sekalipun tak bisa melarangnya.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda