Hidup Sehat, Generasi Milenial Rusia Mulai Tinggalkan Vodka

Mikhail Metzel/TASS
Pelan-pelan, orang Rusia mulai kehilangan salah satu cirinya yang paling menonjol: mereka berhenti minum alkohol! Dalam beberapa tahun terakhir, vodka dan minuman beralkohol lainnya yang pernah menjadi sahabat orang Rusia semakin tak diminati.

“Sudah dua minggu berlalu sejak saya memulai eksperimen sosial ’30 hari tanpa alkohol’,” kata vlogger Yuri Khovansky (28) di saluran YouTube-nya. “Dua minggu lalu, saya berhenti minum (alkohol).” Khovansky meraih popularitas berkat tingkahnya yang memalukan. Dengan segelas bir yang hampir sepanjang waktu berada di tangannya, ia dikenal sebagai seorang peminum berat.

“Pertama-tama, ini adalah dua minggu terberat sepanjang hidupku!” Melalui saluran YouTube-nya, Khovansky memulai ceritanya mengenai hidup tanpa alkohol. Saat itu, dia tidak tahu bahwa dia mampu menahan diri selama 90 hari — tiga kali lebih lama dari yang direncanakannya semula. Ceritanya itu hanyalah satu dari sekian banyak kisah lain yang dialami anak-anak muda Rusia.

Statistik

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat konsumsi alkohol di Rusia saat ini hampir 80 persen lebih sedikit daripada lima sampai tujuh tahun yang lalu. Menurut Kementerian Kesehatan Rusia dan hasil jajak pendapat, perubahan ini terjadi karena generasi milenial atau kaum muda Rusia yang lahir antara 1982 sampai 2000 mengurangi konsumsi alkohol mereka. Secara umum, minat pada alkohol terus menurun di semua generasi sejak 2008. Namun, dibandingkan dengan generasi yang lebih tua, penurunan paling signifikan (25 persen) berasal dari anak-anak muda Rusia.

“Mereka bukan beralih dari vodka ke bir atau anggur. Minat mereka terhadap alkohol memang telah menurun drastis.”

Awalnya, para sosiolog mengira bahwa generasi milenial belum mengonsumsi alkohol secara serius. Namun, penelitian menunjukkan bahwa puncak konsumsi alkohol generasi milienal justru telah berlalu. “Mereka bukan beralih dari vodka ke bir atau anggur. Minat mereka terhadap alkohol memang telah menurun drastis,” kata Vadim Radayev, seorang profesor di Sekolah Tinggi Ekonomi (HSE) yang mempelajari generasi milenial Rusia.

“Dulu, saya betul-betul hidup sesuka hati saya,” kata Yekaterina Isakova, seorang konsultan pemasaran berusia 32 tahun. “Setiap saya menerima gaji, saya langsung buru-buru membeli baju untuk pergi ke klub (malam). Lalu, saya akan berdandan dan pergi ke sebuah bar dan dengan bangga membeli sebotol anggur mahal.” Ia biasanya akan menghabiskan 5.000 rubel (sekitar 1,1 juta rupiah) dalam semalam untuk ongkos taksi bolak-balik, membeli alkohol, camilan, dan sarapan di kafe keesokan paginya. “Sekarang saya hanya menghabiskan 500 rubel (sekitar 110 ribu rupiah) untuk berdua. Itu sudah termasuk dua koktail nonalkohol dan kami menyetir sendiri.”

Tren Global

Meski begitu, alasan di balik penurunan konsumsi alkohol ini masih belum diketahui secara pasti, kata Leonty Byzov, seorang peneliti terkemuka di Institut Sosiologi Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia. “Seseorang bisa berasumsi bahwa ada semacam pragmatisme kolektif di sini. Ada perubahan generasi, zaman pun berubah, dan karena itu muncul strategi adaptasi yang baru. Banyak yang percaya bahwa dengan berhenti minum dan merokok, mereka dapat bersaing untuk mendapatkan posisi yang lebih baik di tempat kerja, menghasilkan lebih banyak uang, dan menjadi sosok yang lebih unggul.”

Seorang pemuda lain yang telah berhenti mengonsumsi alkohol mengenang masa sekolahnya pada 1990-an. “Kami minum di lorong-lorong (apartemen) komunal atau di mobil hampir setiap hari. Itu karena kami tidak punya uang. Kami kadang-kadang bernostalgia dengan teman-teman. Apa lagi yang harus kami lakukan saat itu? Kalau mau pergi ke klub komputer atau membeli bir, Anda membutuhkan uang tunai.”

Sejak saat itu, banyak yang telah berubah. Selama hampir sepuluh tahun terakhir, Rusia telah menerapkan reformasi antialkohol. Pemerintah meningkatkan cukai dan harga minuman beralkohol pun naik. Namun, para sosiolog masih belum bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya telah terjadi pada masyarakat Rusia.

telah berhenti mengonsumsi alkohol mengenang masa sekolahnya pada 1990-an. “Kami minum di lorong-lorong (apartemen) komunal atau di mobil hampir setiap hari. Itu karena kami tidak punya uang.”

“Saya tidak yakin ini ada hubungannya dengan ambisi karier, seperti … kalau saya mengurangi minum alkohol, performa saya di kantor akan lebih baik,” kata Radayev. “Hal ini belum terbukti. Apa yang kita lihat adalah bahwa budaya makanan dan minuman sebagai sebuah ritual telah menjadi bagian dari masa lalu, bukan lagi sebagai atribut komunikasi. Selain itu, kita melihat minat dalam menjalani gaya hidup yang sehat semakin berkembang luas. Pada masa Uni Soviet, semua orang berbicara tentang pentingnya berolahraga, tetapi semua orang masih minum alkohol. Baru sekarang inilah gaya hidup sehat itu betul-betul diterapkan.”

Mengurangi konsumsi alkohol bukan cuma terjadi Rusia. Ada kecenderungan serupa di kalangan anak-anak muda Swedia, Finlandia, Amerika, Inggris, Australia, dan penduduk negara-negara berkembang dan negara-negara dengan tradisi minum alkohol yang kuat lainnya. Jadi, ini adalah tren global. Hanya saja, tidak ada yang tahu pasti mengapa ini terjadi.

“Bahkan generasi millenial sendiri tidak tahu,” kata Radayev. “Ketika kami bertanya kepada mereka secara langsung, ‘Mengapa Anda tidak minum, sedangkan orang tua dan kakek-nenek Anda melakukannya,’ mereka tidak memberikan jawaban yang jelas. Mereka hanya mengatakan, ‘Kami tidak seperti itu, kami tidak membutuhkannya.’”

Minuman keras merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseharian orang Rusia. Namun, bagaimana sejarahnya hingga Rusia mendapat reputasi sebagai negara yang suka minum alkohol?

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki