Peragaan busana yang berlangsung di galeri seni “Na Kashirke” terasa berbeda. Alih-alih musik modern, alunan musik gamelanlah yang menyeruak mengiringi lenggak-lenggok para peraga. Istimewanya lagi, seluruh pemain gamelan yang tergabung dalam sanggar musik “Gamelan Dadali” adalah orang-orang Rusia, kecuali sang pelatih Ki Tri Koyo.
“Acara ini sangat spesial karena untuk pertama kalinya di Rusia, bahkan mungkin belum pernah ada di negara-negara lain, di mana alunan musik gamelan mengiringi langsung sebuah peragaan busana,” ujar Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M. Wahid Supriyadi seusai acara. Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa seni tradisional Indonesia dapat diterima dengan baik di Rusia, yang masyarakatnya dikenal sangat menghargai nilai-nilai seni dan budaya.
Tujuh lagu ditembangkan para pemain gamelan asuhan KBRI Moskow itu sebelum mengiringi para peraga. Di antaranya adalah Lancaran Hayu, Ladrang Ayun-ayun, dan juga dilengkapi suguhan Tari Golek Kenya Tinembe yang dibawakan Elisabeth Nur Nilasari, guru tari sanggar “Kirana Nusantara Dance” yang juga merupakan binaan KBRI Moskow.
Penampilan berlangsung sekitar satu jam dan berhasil memukau seratusan pengunjung yang terdiri dari berbagai kalangan, seperti pemerhati busana, dosen sekolah desain busana, politisi dan sejumlah pejabat pemerintah.
Peragaan busana ini merupakan bagian dari rangkaian proyek seni dan pameran Traektoria yang dipandu anggota The Creative Union of Artists of Russia, Vasily Bychkov, sang kurator. Proyek ini berfokus pada proses perancangan busana hasil kreasi para peserta proyek yang terdiri dari generasi muda, khususnya anak-anak dan remaja dengan rentang usia 7 – 19 tahun. Rancangan dan karya peserta mengambil tema tropis dan inspirasi teknik busana dari negara-negara Asia, di antaranya batik dan jumputan dari Indonesia. Tak hanya itu, terdapat pula karya yang mengambil inspirasi dari filosofi pewayangan.
Pamerannya sendiri tidak hanya menampilkan karya busana siap pakai, tetapi juga menampilkan berbagai karya sejak mulai tahap pengonsepan, seperti sketsa awal busana, konsep desain, sketsa dan desain di atas tekstil, pilihan bahan tekstil, dan pola busana. Tak ketinggalan juga komposisi pewarnaan, aksesoris dan motif busana, serta desain rangkaian koleksi karya busana.
Pada sambutannya, Olga Melnikova yang juga merupakan Direktur Pusat Pelayanan Sosial Kota Moskow menyampaikan apresiasi dan pujian atas beragam karya seni dan busana yang ditampilkan. Secara khusus, ia juga menyampaikan kekagumannya atas penampilan musik gamelan yang baru pertama kali didengarnya.
“Saya belum pernah mendengar alunan permainan alat musik gamelan sebelumnya. Hal ini merupakan pengalaman baru yang sangat unik bagi saya. Sebelum saya tiba di acara ini, saya mengalami sakit kepala. Tetapi, setelah mendengar lantunan beragam tembang gamelan di acara ini, sakit kepala saya mereda”, ujar Olga sambil tersenyum.
Gamelan Dadali dan Kirana Nusantara Dance pimpinan Tri dan Elisabeth yang sama-sama lulusan Institut Seni Indonesia memang menjadi senjata utama KBRI Moskow dalam menjalankan diplomasi seni dan budaya. Di kesempatan yang sama, Dubes Wahid juga menyampaikan undangan terbuka kepada seluruh hadirin untuk mengunjungi Festival Indonesia 2019 pada 2 – 4 Agustus di Taman Krasnaya Presnya, Moskow. Acara tahunan unggulan KBRI Moskow ini merupakan kegiatan terpadu promosi budaya, pariwisata, ekonomi dan perdagangan Indonesia yang telah memasuki tahun penyelenggaraan keempat.