Hal itu menciptakan suatu keadaan yang dikenal sebagai syok kultur yang biasanya dialami oleh orang yang baru menginjakan kaki di tempat asing, contohnya seperti mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Rusia.
Pada mulanya, syok kultur biasanya menimbulkan rasa terkejut, aneh, tidak nyaman, dan berbagai perasaan kurang menyenangkan lainya. Bagi mereka yang mampu ‘menjunjung langit di bumi yang dipijaknya’, lambat laun akan terbiasa dan dapat membaur seiring bergulirnya roda waktu. Namun bagi mereka yang tak mampu, tentunya akan menjalani hidup yang cukup sulit.
Menurut data Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia (Permira) per 20 Oktober 2018, saat ini terdapat sekitar 500-an mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Rusia dan tersebar di 35 kota. Dari jumlah tersebut, 154 di antaranya merupakan mahasiswa yang baru tiba sekitar Oktober hingga November 2018. Baik yang baru tiba, maupun sudah lama di Rusia, semua mengalami fase syok kultur ketika tiba di ‘Negeri Salju’.
Rusia Beyond mewawancarai lima mahasiswa Indonesia untuk mengungkap syok kultur apa yang mereka hadapi, dan inilah beberapa hal yang lumrah bagi orang Rusia, tetapi tak biasa di mata orang Indonesia.
Tidak seperti orang Indonesia yang suka mengumbar senyum kepada siapa pun, orang Rusia jarang terlihat tersenyum.
Orang Rusia sering terlihat dingin, pelit senyum dan ngomong seperti orang marah.
Rusia Beyond pernah membahas tentang mengapa orang Rusia jarang tersenyum. Psikolog Pavel Ponomaryov menjelaskan, Rusia memiliki aturan budaya yang berbeda dengan masyarakat negara-negara Barat (dan sebagian negara-negara Timur). “Kami memiliki persepsi yang berbeda tentang tersenyum. Di Barat, misalnya, sebuah senyuman adalah hal yang biasa untuk memulai percakapan dengan orang asing. Mereka tersenyum secara ‘otomatis’. Reaksi orang Rusia terhadap orang asing adalah waspada: ‘Saya tidak tahu Anda, perkenalkan diri dulu.’ Jika sudah merasa nyaman saat berbicara, orang Rusia akan tersenyum.”
Seperti masyarakat lain pada umumnya, orang Rusia sama sekali tidak segan tersenyum kepada orang yang dikenalnya. Namun, tersenyum kepada orang asing ketika tak sengaja bertatap mata adalah hal yang aneh di Rusia.
Bagi orang Indonesia, cebok menggunakan air adalah keharusan. Namun, jangan harap hal itu dapat dilakukan di Rusia. Tak ada air, ember dan gayung, melainkan hanya tisu.
Meski banyak menggunakan tisu, orang Indonesia masih tidak merasa bersih.
Pemandangan orang berciuman di tempat umum bukanlah hal yang aneh di Rusia. Yang aneh justru memperhatikan orang yang sedang berciuman.
Bermesraan di ruang publik adalah pemandangan biasa.
Jam “karet” adalah hal biasa di Indonesia, tetapi tidak berlaku di Rusia. Anda bisa saja terlambat, namun anda harus siap menerima berbagai konsekuensi, seperti dicemberuti, ditinggalkan, tidak diperbolehkan masuk ke sebuah acara dan lain sebagainya.
Tidak tepat waktu memiliki berbagai konsekuensi.
Jangan heran kalau tidak ada orang yang membantu saat anda terpeleset dan terjatuh di jalan, atau tak ada yang berusaha memisahkan sebuah perkelahian, karena orang Rusia tidak senang mencampuri urusan orang lain.
Orang Rusia tidak senang mencampuri urusan orang lain.
Jika di Indonesia anda terbiasa bepergian menggunakan kendaraan meski hanya berjarak kurang dari satu kilometer, bahkan ke warung yang hanya berjarak seratus meter. Di Rusia, berjalan kaki berkilo-kilo meter adalah sesuatu yang lumrah.
Orang Rusia gemar berjalan kaki.
Bagi kebanyakan lidah Indonesia, rasa makanan Rusia terasa aneh. Selain itu, orang Rusia memakan apa pun dengan Roti. Berbeda dengan orang Indonesia yang memakan apa pun dengan nasi, hingga ada ungkapan bahwa orang Indonesia “belum makan,” sebelum memakan nasi.
Orang Indonesia memakan semua dengan nasi, namun orang Rusia dengan roti.
Kultur menghormati wanita dan orang tua masih sangat kental di Rusia. Misalnya mendahulukan mereka saat memasuki transportasi publik atau memberikan kursi kepada mereka adalah hal yang lumrah. Hal yang sama juga berlaku saat akan memasuki lift, kelas, dan sebagainya.
Kultur menghormati serta mendahulukan wanita dan orang tua masih cukup kental di Rusia.
Jika di Indonesia hanya wanita yang menggunakan balsam bibir, di Rusia lelaki juga menggunakanya. Tentu saja bukan sebagai kosmetik, melainkan untuk menjaga kelembaban bibir.
Lelaki menggunakan balsam bibir bukanlah hal yang aneh.
Rusia memiliki musim dingin yang panjang. Berdasarkan kalender, musim dingin berlangsung pada awal Desember hingga akhir Februari. Namun pada kenyataanya, salju sudah mulai turun sejak November dan bisa berlangsung hingga Maret, serta tak jarang hingga April. Di beberapa daerah di Siberia dan Timur jauh bahkan lebih panjang lagi.
Bagi orang Indonesia yang terbiasa dengan cuaca tropis tentunya harus menggunakan pakaian berlapis-lapis agar tak kedinginan mengahadapi cuaca dingin. Alhasil, waktu berpakaian pun menjadi 2-3 kali lebih lama ketimbang di Indonesia.
Bukan selapis atau dua lapis, tapi bahkan lima lapis.
Hampir sebagian besar mahasiswa asing di Rusia tinggal di asrama. Berikut delapan cara bertahan hidup di asrama Rusia.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda