Katedral Isaakievskiy: Mahakarya Menakjubkan, Permata Sankt Peterburg

Wisata
ALEXANDRA GUZEVA
Katedral terbesar di Sankt Peterburg akan dikembalikan kepada Gereja Ortodoks Rusia.

Pembangunan Katedral Isaakievskiy di Sankt Peterburg dimulai pada 1818 oleh Kaisar Aleksandr I, dan diselesaikan pada 1858 oleh adik laki-lakinya, Kaisar Nikolay I. Warga Prancis Auguste de Montferrand memenangkan kompetisi untuk menjadi arsitek utama dalam proyek tersebut. Sayangnya, ia meninggal enam minggu setelah katedral selesai.

Pada 1928, Katedral Isaakievskiy (atau yang dalam bahasa Inggris juga dikenal sebagai St. Isaac) dialihfungsikan menjadi museum. Pameran pertama yang digelar kala itu mengambil tema mengenai sejarah bangunan tersebut. Selama Perang Dunia II, katedral ini menampung karya-karya seni yang dievakuasi dari berbagai museum di kota-kota lain. Rusia tahu bahwa artileri Jerman menggunakan katedral sebagai titik referensi dan karena itu tak mengebom bangunan ini. Pada 1931, Katedral Isaakievskiy menjadi rumah bagi pendulum Foucault terberat di dunia, sebuah alat untuk menunjukkan arah rotasi Bumi. 

Katedral ini memiliki tiga altar. Altar pusat dipersembahkan untuk Isaakiy Dalmatskiy (Ishak dari Dalmatia), altar sisi kiri dipersembahkan untuk Santo Aleksandr Nevskiy, dan yang di sebelah kanan untuk Santa Ekatarina. Ikon Bunda Maria dari Tikhvin adalah salah satu harta karun katedral yang paling berharga.

Saat ini, pelayanan gereja hanya diadakan di salah satu kapel katedral, sementara altar utama hanya digunakan untuk pelayanan pada hari-hari raya keagamaan. Prioritas diberikan untuk para turis.

Katedral Isaakievskiy akan diserahkan kembali kepada Gereja Ortodoks Rusia pada 2019, dan diberikan bebas sewa selama 49 tahun. Setelah serah terima, masuk ke katedral pun akan digratiskan. Penentang keputusan ini percaya bahwa baik kota maupun katedral akan kehilangan sumber pendapatan utama. Saat ini, biaya masuk katedral ialah 250 rubel (sekitar 60 ribu rupiah), sementara tur dengan bahasa asing berkisar antara 1.000 sampai 3.000 rubel (Sekitar 250 ribu hingga 750 ribu rupiah) tergantung pada jumlah wisatawan.

Orang-orang yang menentang penyerahan katedral ke Gereja Orthodox juga khawatir bahwa ibadah keagamaan akan membuat wisatawan lebih sulit berkunjung. Namun, kantor uskup Sankt Peterburg dan juru bicara gubernur Sankt Peterburg mengonfirmasi bahwa katedral tersebut akan tetap dibuka untuk tur dan akan tetap menjadi museum.

Menurut situs Persatuan Museum Rusia, pada 2016, Katedral Isaakievskiy menyambut 2,3 juta wisatawan dan meraih pendapatan sebesar 783 juta rubel (sekitar 191 miliar rupiah). Dari jumlah tersebut, lebih dari 100 juta rubel (24,4 miliar rupiah) dihabiskan untuk restorasi, sementara 100 juta rubel lainnya masuk ke pendapatan kota. Secara resmi, katedral tersebut tetap menjadi properti kota. Setelah kembali ke Gereja Ortodoks, kota ini akan tetap menanggung biaya restorasi, dan gereja akan menanggung biaya operasional harian.

Dengan ketinggian hampir seratus meter, Katedral Isaakievskiy adalah bangunan tertinggi kedua di kota ini, setelah Katedral Petropavlovskiy. Terdapat akses ke barisan tiang dan dek observasi, salah satu tempat wisata yang paling banyak dikunjungi. Dekorasi interior katedral ini terdiri dari 408 kg emas, 16 ton malasit, 498 kg lapis lazuli, dan 1.000 ton perunggu.

Katedral tersebut didekorasi dengan patung-patung besar malaikat, penginjil, dan rasul. Ada 24 patung malaikat dan rasul di langkan kubah utama.

Katedral Isaakievskiy adalah salah satu tempat pertunjukan cahaya multimedia 3D selama Festival Cahaya pada November 2016.

Setelah ini, Anda mungkin berniat untuk mengunjungi Katedral Isaakievskiy dan mememasukkannya ke dalam daftar tempat-tempat yang harus dikunjungi di Sankt Peterburg. Meski masih berstatus museum, tak ada salahnya untuk mengetahui tata krama saat mengunjungi Gereja Ortodoks.