'Vyzov': Film Bioskop Pertama di Dunia yang Difilmkan di Luar Angkasa

Tekno&Sains
NIKOLAI KORNATSKY
Film tentang kehidupan seorang astronot biasanya cukup difilmkan di dalam studio saja. Apakah benar-benar perlu mengirim aktor hingga ke luar angkasa?

Film baru Rusia yang bertajuk 'The Challenge' ('Vyzov') baru-baru ini ditayangkan di bioskop-bioskop di seluruh negeri. Dalam film ini, sutradara Klim Shipenko (yang juga bertindak sebagai juru kamera dan pendukung pencahayaan), bersama dengan aktris Yulia Peresild (yang merangkap sebagai penata rias), menghabiskan hampir dua minggu di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk memerankan sejumlah adegan-adegan penting dalam naskah. Film ini mengisahkan tentang seorang ahli bedah wanita yang terpaksa pergi ke ISS tanpa pelatihan khusus untuk menyelamatkan nyawa salah satu kosmonot.

Sebelumnya, film tentang luar angkasa — tentu saja — cukup difilmkan di Bumi. Jadi, apakah kali ini benar-benar perlu terbang begitu jauh untuk membuat film?

Penerbangan ke luar angkasa itu sangat mahal

Setiap sutradara akan mengonfirmasi bahwa sangat sulit untuk membuat efek nol gravitasi di Bumi. Tapi hal itu masih dapat diusahakan. Sebuah preseden yang menarik adalah film fiksi ilmiah klasik Soviet, "Per Aspera Ad Astra" (1980). Salah satu adegan luar angkasa dalam film ini difilmkan di kolam yang penuh dengan air — dan peran kosmonot dimainkan oleh para penyelam dengan mengenakan kostum futuristik. Kekurangan utama dari metode ini adalah gelembung udara yang tampak keluar dari para penyelam scuba. Tetapi setelahnya, industri perfilman menemukan cara lain, yaitu dengan mengambil gambar para aktor secara terbalik, sehingga tampak tidak terlalu mencolok.

Selain itu, sering kali para pembuat film mengajak kosmonot sungguhan untuk terlibat. Mereka menggunakan pesawat khusus untuk latihan nol gravitasi. Pilot pertama-tama akan lepas landas dengan tajam ke atas, kemudian turun ke bawah dengan tajam pula, pada saat itu lah gravitasi nol terjadi di dalam pesawat. Tetapi momen itu hanya berlangsung selama 25-30 detik saja. Itulah mengapa para pembuat 'Apollo 13' (1995) harus melakukan 612 kali peluncuran untuk mengambil rekaman selama empat jam.

Hukum fisika membatasi sudut pengambilan gambar sehingga juru kamera tidak memiliki banyak pilihan tentang cara memfilmkan aktor dan aktris yang digantung menggunakan kabel. Jika mengambil gambar dari sisi depan memang lebih mudah, tetapi jika gambar diambil dari atas atau dari samping — hal ini dapat menjadi masalah. 

Film 'The Challenge' berhasil mengatasi semua batasan ini dengan mengambil film langsung di luar angkasa. Sebanyak 12 shift penuh pengambilan gambar dilakukan di ISS dan hasilnya adalah rekaman sepanjang 78 jam dan 21 menit. Pada akhirnya, adegan yang dilakukan di luar angkasa ini hadir berdurasi lebih dari satu jam — dan sepanjang itu, kita akan melihat aktris Yulia Peresild dari sudut pandang yang paling tak terbayangkan, termasuk penerbangannya di stasiun orbital tanpa ada kabel yang menempel. Tidak hanya sang aktris saja, tetapi juru kamera (sutradara Shipenko) sendiri bergerak dalam gerakan mengambang bebas. Koreografi seperti itu — efek yang begitu nyata — mungkin tidak pernah diberikan kepada kita oleh film tentang luar angkasa lainnya.

Menariknya, pengambilan gambar langsung di luar angkasa bukan berarti membuat anggaran keseluruhan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan film luar angkasa yang diambil di studio. Bahkan, biayanya jauh lebih murah. Nyatanya, anggaran resmi 'The Challenge' kurang dari 1 miliar rubel (sekitar $12 juta).

Masalah rambut

Rambut yang tidak rapi, bahkan di era teknologi komputerisasi yang canggih sekalipun tetap merupakan masalah besar. Bahkan sutradara perfeksionis seperti Christopher Nolan pun memiliki masalah dengan hal itu. Salah satu dari beberapa kekurangan teknis dalam film 'Inception' dapat dilihat pada adegan tanpa gravitasi, ketika karakter Joseph Gordon-Levitt bergerak di menyusuri dinding dengan gerakan yang bisa dibilang lebih spektakuler daripada Spider-Man, tapi rambutnya terlihat tak bergerak sama sekali.

Meskipun, memang Gordon-Levitt memiliki potongan rambut yang sangat pendek dan ditata dengan penuh gaya. Tugas yang lebih sulit adalah mengambil gambar rambut panjang yang mengambang tanpa bobot secara realistis. Itulah mengapa kosmonot dan astronot wanita dalam film biasanya berambut pendek atau menguncir rambut mereka.

Dalam 'The Challenge', masalah ini terselesaikan dengan sendirinya. Tidak ada efek visual yang diperlukan — rambut Peresild tampil apa adanya sehingga menciptakan efek asli yang menakjubkan. Tatanan rambut yang berdiri tegak memang sepintas terlihat lucu. Biasanya, sebagian besar film tentang luar angkasa bersifat dramatis, sehingga lelucon yang tidak perlu dapat mengurangi ketegangan. Namun, dalam 'The Challenge', tatanan rambut luar angkasa Peresild begitu organik dan kita dapat terbiasa dengan cepat sehingga tidak merasa penampilan ini aneh. Sebaliknya, sensasi yang nyata justru dapat meningkatkan ketegangan.

Seperti apa pesawat ulang-alik yang sebenarnya

'The Challenge' membuktikan bahwa kita memiliki gagasan yang salah tentang luar angkasa. Kita mungkin sudah terbiasa dengan pemandangan ISS dari berita TV dan film dokumenter. Namun, ternyata stasiun ini terlihat agak berbeda, dibidik dengan kamera RED profesional oleh seorang juru kamera profesional — Shipenko belajar di sekolah film California dan mempelajari serta profesi ini.  Tentu saja, tetap fantastis dan mengagumkan. Tapi, tak secanggih dan futuristik seperti yang biasa kita lihat di film, melainkan lebih 'hidup' dan usang. Meski begitu, penampilan aslinya tidak berantakan seperti yang digambarkan dalam film seperti 'Armageddon' (1998).

Ternyata kita juga tidak tahu seperti apa warna dan cahaya di luar angkasa. Shipenko menggunakan tiga panel lampu LED di orbit, tetapi cahaya dari lubang intip terus berubah dan menyinari wajah Peresild dengan warna merah, biru dan hijau. "Kesalahan" estetika seperti itu tidak dapat direncanakan di Bumi.

Di era seperti sekarang ini ketika apa pun bisa digambar di komputer, anehnya perfilman dunia cenderung kembali ke efek buatan manusia. Contoh yang paling mencolok adalah film Christopher Nolan yang akan datang, 'Oppenheimer', di mana ledakan nuklir pun disimulasikan tanpa bantuan grafis. Film 'The Challenge' pun cocok dengan tren ini — efek asli jauh lebih mengesankan daripada yang dihasilkan oleh komputer. Tentu saja, film ini juga memiliki efek digital, seperti adegan perjalanan luar angkasa yang epik. Produser film ini jelas sangat berharap untuk dapat memfilmkannya secara langsung. Mungkin pada film berikutnya?

Selanjutnya, ingin tahu kenapa Soviet memilih terbangkan anjing ke luar angkasa?

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut: