Pada akhir September 2021, produsen drone Rusia, Kronshtadt, mengumumkan bahwa pesawat nirawak terbarunya, Grom (berarti ‘petir’ dalam bahasa Rusia), siap untuk berpartisipasi dalam tender Kementerian Pertahanan Rusia untuk drone tipe medium-altitude long-endurance (MALE). Bagaimanapun, tanggal pasti tender tersebut akan diumumkan Kementerian Pertahanan Rusia pada kemudian hari.
“Pesawat udara nirawak memungkinkan tentara untuk menggunakan semua rudal dan bom jet tempur terbaru pada drone dan menghancurkan garis musuh di bawah tembakan berat dari sistem pertahanan udara,” kata perusahaan itu.
Kronshtadt hendak menciptakan pesawat nirawak yang kelak dapat menangkis serangan pertama rudal musuh dan “membersihkan” ruang udara bagi pesawat tempur generasi kelima dan pengebom.
“Ini adalah drone berkecepatan tinggi yang mampu menggunakan semua senjata aviasi modern. Kami siap memodifikasi pesawat nirawak demi memenuhi kebutuhan pelanggan,” tambah perusahaan tersebut.
Menurut laporan media, Grom siap menjadi pemimpin armada drone bunuh diri.
Kami sebelumnya telah melaporkan teknologi armada drone yang tengah aktif dikembangkan oleh Kalashnikov Concern dan mungkin dapat dipimpin oleh drone Grom. Klik di sini untuk mengetahui spesifikasi drone tersebut dan kemampuan tempurnya pada masa mendatang.
Apa yang kita ketahui tentang Grom
Grom kelak dapat mengendalikan pasukan yang terdiri dari sepuluh drone selama operasi pengintaian dan pertempuran di zona perang di seluruh dunia.
“Ini akan menjadi semacam hub ‘pusat/simpangan’ terbang, (yaitu) sebuah ‘otak besar’ dengan bom dan rudal besar nonkendali yang mentransmisikan informasi pertempuran ke drone bunuh diri yang lebih kecil ,yang meledak pada sasaran,” kata Ivan Konovalov, Direktur Pengembangan Yayasan untuk Promosi Teknologi Abad Ke-21.
Sebagaimana yang dicatat oleh para ahli, sistem elektronik dan kecerdasan buatan Grom juga dapat bekerja dan berinteraksi dengan jet tempur Su-35 dan pesawat generasi kelima Su-57, serta mendapatkan pembaruan terkait misi tersebut.
Drone ini dirancang untuk membawa hingga dua ton amunisi dan melakukan misi pada ketinggian hingga 12 kilometer.
Pesawat nirawak itu memiliki lebar sayap sepuluh meter dan panjang 13,8 meter. Ia juga mampu terbang hingga 700 kilometer tanpa mengisi bahan bakar.
“Drone ini akan dilengkapi teknologi siluman dengan geometri yang ramping pada semua elemen strukturalnya serta dengan penggunaan bahan penyerap sinyal radio pada bagian tubuhnya,” kata Konovalov.
Menurut sang ahli, kemunculan drone ini akan memungkinkan Rusia untuk bergabung dengan klub kekuatan elite, yaitu para pemilik drone tipe MALE.
“Ini akan menjadi kompleks nirawak multifungsi yang mampu melakukan misi pengintaian jangka panjang, serta dikerahkan dalam konflik dan serangan udara terhadap musuh bersenjata berat,” kata Konovalov.
Sebuah regu drone nantinya akan digunakan untuk menghancurkan kelompok kendaraan lapis baja musuh. Sang “abang” juga akan memiliki peralatan untuk menginterferensi peralatan radio elektronik guna “membutakan” pertahanan musuh dan melindungi drone berukuran kecil dari serangan pertahanan udara musuh.
Persenjataan
Selain drone bunuh diri, Grom akan dapat menggunakan kompleks rudal jarak pendek modular supersonik universal X-38 terhadap target darat. Amunisi ini dirancang untuk menghancurkan target yang sulit dikalahkan dengan mudah pada jarak 3—70 kilometer.
Rudal tersebut dilengkapi dengan hulu ledak seberat 250 kilogram tipe berdaya ledak tinggi atau penembus lapis baja. Akurasi penghancuran yang tinggi oleh senjata ini dicapai berkat pencitraan termal dan sistem panduan laser semiaktif. Peluncuran X-38 dilakukan dengan kecepatan dari 54 hingga 1.620 km/jam. Pada saat yang sama, kecepatan terbang amunisi itu sendiri dapat melebihi Mach 2.
Persenjataan Grom kelak mencakup rudal KAB-250 dan KAB-500 yang dirancang untuk mengalahkan berbagai target, termasuk fasilitas infrastruktur musuh.