Baru-baru ini, surat kabar Amerika The Washington Post menerbitkan artikel tentang vaksin COVID-19, Sputnik V. Sang penulis mengakui bahwa Barat, khususnya AS, telah berprasangka buruk terhadap keberhasilan vaksin tersebut dan perkembangan sains Rusia pada umumnya.
“Kini makin jelas bahwa Sputnik V, sebuah vaksin yang dinamai menurut satelit buatan pertama yang diorbitkan, berkat Uni Soviet yang semula melampaui Amerika dalam kompetisi antariksa, dapat mencapai kesuksesan global,” tulis sang jurnalis. Sampai sekarang, kisah kesuksesan vaksin Rusia amat positif. Tulisan tersebut mengutip pendapat Stephen Morrison, Direktur Pusat Kebijakan Kesehatan Global di Pusat Penelitian Strategis dan Internasional di Washington, AS.
“Kami biasa mengeklaim bahwa ilmuwan-ilmuwan terbaik telah meninggalkan Rusia untuk mencari pekerjaan dengan bayaran lebih baik di Eropa dan AS. Namun, perkembangan baru-baru ini sepenuhnya membantah pandangan tersebut. Kami melihat argumen yang mendukung kualitas sains Rusia dan kepatuhannya pada prinsip-prinsip moral, meski banyak yang memperlakukannya dengan jijik dan arogan,” kata sang menyimpulkan.
The Washington Post percaya bahwa vaksin Rusia menjadi salah satu faktor diplomasi soft power (kemampuan menarik perhatian dan menyertai dengan cara selain koersi, persuasi menggunakan paksaan, atau memberi uang) Moskow sehingga berhasil menembus pasar Uni Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel bahkan secara pribadi mendukung vaksin tersebut jika disetujui Badan Obat-obatan Eropa.