Tujuh Pertanyaan Seputar Sputnik V, Vaksin COVID-19 Pertama Rusia

Sergei Malgavko/TASS
Berapa banyak negara yang membelinya dan apa efek sampingnya?

1. Bagaimana kampanye vaksinasi dilakukan di Rusia? 

Vaksinasi di Rusia dilakukan secara gratis menggunakan vaksin 'Sputnik V' yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya. Semua warga di seluruh wilayah Rusia dapat mendaftar untuk divaksinasi melalui situs layanan pemerintah Gosuslugi atau melalui telepon. Di Moskow, warga tidak hanya bisa menjalani vaksinasi di klinik, tetapi juga di pusat-pusat perbelanjaan, dengan sistem siapa cepat dia dapat. Untuk ini, warga hanya perlu membawa paspor domestik mereka. 

Menariknya, pada akhir Desember 2020, Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang bertanggung jawab dalam memproduksi vaksin ini, meluncurkan iklan video berbahasa Inggris Sputnik V di berbagai platform media sosial dengan mengusung slogan 'V is for Victory', yang berarti "V untuk Kemenangan"

Menurut Kepala Rospotrebnadzor (lembaga pengawas hak konsumen Rusia) Anna Popova, jumlah warga Rusia yang divaksinasi hingga musim gugur 2021 (September–November) akan mencapai 60 persen dari total populasi negara (146 juta orang). Para ahli mengatakan, perkiraan ini bisa dicapai jika semua orang siap untuk divaksinasi.

“Hal yang paling utama adalah masyarakat harus memahami kebutuhan untuk menjalani vaksinasi,” kata Direktur Institut Ekonomi Kesehatan HSE Larisa Popovich.

2. Apakah dosis yang tersedia cukup? 

Lokasi vaksinasi di salah satu pusat perbelanjaan, Moskow.

Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Denis Manturov, Rusia telah memproduksi 6,5 juta dosis Sputnik V dan akan menghasilkan lebih dari 33 juta dosis lagi pada akhir Maret 2021.

“Kami akan mengirimkan 2,1 juta dosis ke wilayah-wilayah Rusia pada akhir Januari, 5,7 juta dosis lagi pada Februari, dan hampir 9 juta dosis pada Maret,” jelas Manturov. 

Sementara itu, beberapa wilayah seperti Permskaya Oblast, Leningradskaya Obalst, dan Volgogradskaya Oblast, dilaporkan mengalami kekurangan pasokan. Pihak berwenang mengatakan, defisit itu disebabkan oleh wilayah Rusia yang sangat besar dan fakta bahwa produksi vaksin tersebut belum mencapai kapasitas penuh. Para ahli juga mencatat, jumlah staf medis di daerah tersebut tidak mencukupi.

Ketersediaan vaksin tertinggi ada di Moskow, Moskovskaya Oblast, Okrug Otonom Nenets dan Chukotka, serta Sakhalinskaya Oblast. Yang menarik, tiga daerah yang terakhir disebutkan adalah wilayah paling terpencil di Rusia dan berada sangat jauh dari ibu kota. 

3. Seberapa banyak orang Rusia yang bersedia divaksinasi?

Warga mengantri divaksinasi di salah satu lokasi vaksinasi di Moskow.

Menurut laporan kantor berita TASS, hingga 29 Januari 2021, sebanyak dua juta orang telah menerima vaksin. Namun, kepastian jumlah penerima vaksin menurut wilayah belum diungkapkan. Selain itu, tidak jelas apakah jumlah ini termasuk warga negara asing.

Pemerintah daerah membagikan catatan berikut: Sebanyak 300.000 vaksin telah disalurkan di Moskow, yang memiliki 12 juta penduduk, pada 31 Januari 2021. Sementara, di Moskoskaya Oblast yang berpenduduk 7,6 juta, telah disalurkan sebanyak 50.000 vaksin pada 25 Januari. Di Sankt Peterburg,  62.000 dosis vaksin telah diberikan kepada masyarakat di kota berpenduduk lima juta orang itu pada 30 Januari.  

Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh VTSIOM dan Levada Center, hanya 38 persen orang Rusia yang ingin mendapatkan vaksin dan kebanyakan dari mereka ingin menggunakan vaksin buatan Rusia. Sebagian besar responden yang mengharapkan vaksinasi adalah mereka yang berusia 55 tahun ke atas. Sementara, sebagian besar orang Rusia yang berusia di bawah 34 tahun tidak ingin divaksinasi.

Alasan utama dari penolakan di antaranya karena  ingin untuk menunggu sampai akhir uji coba selesai, takut akan efek samping, atau ketidak yakinan atas kemanjuran vaksin apa pun. Para ahli meyakini, masyarakat kurang memiliki motivasi yang kuat karena bahkan setelah divaksinasi mereka masih disuruh mengenakan masker dan mematuhi batasan lain.

4. Apakah Presiden Vladimir Putin telah divaksinasi? 

Belum, tetapi dia telah menyatakan kesiapannya untuk divaksinasi. Pada pertengahan Desember 2020, sang presiden mengatakan bahwa dia belum menerima vaksin karena alasan usianya. Pada saat itu, hanya orang berusia 18 hingga 60 tahun yang diizinkan untuk divaksinasi. Sementara, Putin berusia 68 tahun. Saat ini, Sputnik V juga telah disetujui untuk orang berusia di atas 60 tahun. Sekretaris Pers Putin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin akan memberitahukan sendiri ke semua orang tentang pelaksanaan vaksinasinya.

5. Di mana Sputnik V diproduksi?

Saat ini, vaksin Sputnik V sedang diproduksi di enam pabrik di Rusia, yang berlokasi di Moskow, Vladimirskaya Oblast, dan Sankt Peterburg. Pabrik ke-7 direncanakan segera dibuka di Yaroslavskaya oblast. Pada Desember 2020, Kepala RDIF Kirill Dmitriev mengatakan, Sputnik V juga akan diproduksi di India (5 pabrik), Korea Selatan (1 pabrik), Brazil (1 pabrik) dan Tiongkok (3 pabrik) untuk memenuhi permintaan ekspor. 

Pada akhir Januari 2021, produksi vaksin Rusia juga dimulai di Kazakhstan. Namun, ini hanya untuk penggunaan domestik negara itu. 

6. Negara mana saja yang menggunakan Sputnik V?  

Pegawai bandara membongkar pengiriman pertama vaksin Sputnik V COVID-19 Rusia setelah tiba di bandara internasional di El Alto, Bolivia, 28 Januari 2021.

Lebih dari 40 negara telah menunjukkan minat pada vaksin Rusia dan telah memesan 1,2 miliar dosis. Harga ekspor kurang dari $10 per dosis, yang setara dengan setengah harga vaksin Pfizer dan Sinopharm, dan 2,5 kali lebih murah dari vaksin Moderna.

Sementara itu, Sputnik V telah resmi terdaftar di 16 negara selain Rusia: 

  1. Belarusia 
  2. Argentina 
  3. Bolivia 
  4. Serbia 
  5. Aljazair 
  6. Palestina 
  7. Venezuela 
  8. Paraguay 
  9. Turkmenistan 
  10. Uni Emirat Arab 
  11. Hungaria 
  12. Pakistan 
  13. Iran 
  14. Kazakhstan
  15. Tunisia
  16. Guinea

Negara asing pertama yang menjalankan vaksinasi menggunakan Sputnik V adalah Belarusia, yang menandatangani kontrak untuk 170.000 dosis. Vaksinasi di sana saat ini hanya dilakukan di kalangan tenaga medis. 

Negara kedua adalah Argentina. Pada akhir Desember 2020, pemerintah Argentina menyetujui pembelian 10 juta dosis. Presiden dan Wakil Presiden Argentina — Alberto Fernandez dan Cristina Kirchner — mengeklaim bahwa mereka telah divaksinasi.

Negara ketiga adalah Bolivia, yang rencananya akan menerima 5,2 juta dosis vaksin pada akhir Mei mendatang. Namun, Presiden Bolivia Luis Arce sudah mengumumkan kesiapannya untuk divaksinasi dengan Sputnik V.

Sementara itu, Serbia telah memesan 6,5 juta dosis dari berbagai produsen, termasuk 2 juta dosis Sputnik V. Menurut Kementerian Kesehatan Serbia, 40 persen warga Serbia lebih suka divaksinasi dengan vaksin Rusia, sementara 28 persen memilih Pfizer, dan sisanya mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pilihan.

Pada 1 Februari 2021, vaksinasi massal juga dimulai di Kazakhstan. 

7. Efek samping apa yang dihasilkan Sputnik V? 

Sejauh ini, tidak ada laporan mengenai efek samping yang serius. Orang-orang yang telah divaksinasi paling sering mengalami gejala yang mirip dengan flu, seperti demam, lemas dan sakit kepala selama beberapa hari. Menurut Kementerian Kesehatan Argentina, hanya satu persen dari yang telah divaksinasi menunjukkan efek samping demam, sakit kepala dan reaksi kulit di sekitar area yang disuntik.

Di antara kontraindikasi (kondisi tubuh yang tidak diperbolehkan untuk penggunaan obat) resmi untuk vaksinasi adalah stroke, tuberkulosis, hepatitis B dan C, sifilis, serta HIV. Kementerian Kesehatan Rusia mengatakan, vaksinasi mungkin berisiko bagi penderita kanker, karena belum ada uji coba yang cukup. 

Klik di sini untuk mengetahui bagaimana proses vaksinasi COVID-19 dijalankan di Rusia.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki