Mematikan, Drone Tempur Buatan Sukhoi Kelak Gunakan Senjata Su-57

Tekno&Sains
NIKOLAY LITOVKIN
Salah satu UAV pertama Rusia kelak dapat menggunakan senjata pesawat tempur generasi kelima dan menyediakan platform untuk menguji teknologi pesawat masa depan.

Foto-foto pertama drone terbaru Rusia, Okhotnik-B, yang diambil di lokasi uji coba di dekat Novosibirsk, dirilis di internet pada awal bulan ini.

Sebagaimana yang ditunjukkan foto-foto itu, drone tersebut adalah tipe drone bersayap yang dapat memberikan perlindungan lebih baik dari pertahanan udara musuh. Drone itu pun mampu membawa lebih banyak senjata.

Okhotnik tengah dikembangkan oleh Biro Desain Sukhoi, perusahaan yang menciptakan pesawat tempur generasi kelima Su-57. Inilah yang berhasil kami temukan dari sumber-sumber publik serta narasumber Rusia Beyond di industri pertahanan Rusia.

Okhotnik memiliki berat sekitar 20 ton. Kecepatan tertingginya mencapai 1.000 km/jam (hampir menyamai kecepatan suara).

Teknologi kecerdasan buatan membuat drone ini sangat mandiri. Terlebih lagi, beberapa teknologi dan amunisinya diambil dari pesawat tempur generasi kelima Su-57.

“Persenjataan Okhotnik termasuk rudal udara-ke-permukaan dan sejumlah bom. Persenjataan drone ini tidak akan digantung pada sayap-sayapnya, melainkan disembunyikan di dalam tubuhnya demi mengurangi visibilitas pada radar musuh,” kata Profesor Vadim Kozyulin dari Akademi Ilmu Pengetahuan Militer Rusia kepada Russia Beyond.

Drone itu kemungkinan besar akan dilengkapi bom berdaya ledak tinggi OFZAB-500 dan bom udara ODPM-500PMV, yang digunakan selama kampanye di Suriah.

“Ini bukan hanya salah satu drone tempur pertama yang dibuat di Rusia, tetapi juga sebuah platform untuk menguji teknologi tempur generasi keenam. Spesifikasinya memang masih dalam tahap penyelesaian, tetapi fitur utamanya sudah diketahui, yaitu sistem yang sepenuhnya berbasis robot,” ujar Kozyulin menjelaskan.

Dalam istilah militer Rusia, “sepenuhnya berbasis robot” berarti tidak ada pilot dan mampu untuk membuat keputusan secara independen dari awal hingga akhir. “Mesin itu sudah melakukan siklus penuh operasi tempur, dengan pengecualian mengerahkan senjata dalam pertempuran. Fungsi ini ada pada operator,” tambahnya.

Menurut Kozyulin, badan pesawat itu terbuat dari bahan komposit dengan lapisan radio reflektif berbasis teknologi siluman.

Rusia tengah mengembangkan teknologi baru untuk melawan sistem tempur berbasis drone. Senjata baru ini akan menggunakan prinsip elektromagnetik untuk melumpuhkan pesawat tanpa awak musuh.