Singgah di Biak, Bomber Tu-95MS dan Seluruh Kru Pesawat ‘Diserbu’ Warga

Pesawat pengebom strategis Tu-95 MS di Biak, Provinsi Papua, Indonesia.

Pesawat pengebom strategis Tu-95 MS di Biak, Provinsi Papua, Indonesia.

Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia/AP
Warga setempat “menyerbu” seluruh kru pesawat untuk berfoto dan berjabat tangan, seperti bertemu bintang musik rok.

Warga Biak berbondong-bondong ke lapangan udara demi melihat langsung pesawat pengebom strategis Tu-95 MS yang singgah di pulau itu pada Selasa (5/12). Situs berita Perviy Kanal menyebutkan, gemuruh yang dihasilkan “Beruang” Rusia, sebagaimana julukan bomber itu, seolah-olah berubah menjadi geraman.

“Ada banyak pesawat yang mendarat di sini, tapi yang satu ini adalah yang terbesar yang pernah saya lihat. Bagi kami, menyambut pesawat ini adalah pengalaman yang luar biasa,” kata Adrianus Vakum, salah seorang petugas keamanan bandara, kepada Perviy Kanal.

Pada saat yang sama, komandan kru mengungkapkan kegembiraan mereka begitu menginjakkan kaki di Biak. Sang komandang mengatakan, penerbangan yang menghabiskan sepuluh jam itu berjalan lancar. Seluruh kru pesawat disambut dengan ritual tarian selamat datang oleh warga yang menari bertelanjang kaki di aspal yang panas. Sementara, tubuh mereka dicat dengan penuh warna sehingga menimbulkan kesan yang meriah. Suasana Indonesia benar-benar mewarnai kedatangan bomber-bomber Rusia.

Warga-warga lain pun tak mau kalah. Mereka “menyerbu” seluruh kru pesawat untuk berfoto dan berjabat tangan, seperti bertemu bintang musik rok, tulis Perviy Kanal.

Selain itu, sebagai ucapan selamat datang, beberapa perempuan mengalungkan karangan bunga kepada sang komandan. Namun, sang pilot yang memakai setelan berbahan karet khusus tampaknya tak tahan dengan sengatan sinar matahari di Biak. Suhu di Baik yang pada siang itu mencapai 30 derajat Celcius membuat wajahnya bersimbah peluh.

Sementara, ketika mereka lepas landas dari lapangan terbang di wilayah Amur, penunjuk suhu pada termometer turun hingga ke angka -30 derajat Celcius. Dari sana, mereka terbang ke arah timur dan kemudian ke selatan. Pesawat-pesawat Rusia itu melintasi khatulistiwa dan mendarat di Biak, sebuah pulau kecil di sebelah utara pesisir Provinsi Papua.

“Misi damai ini dilakukan dalam kondisi cuaca yang sulit. Namun, seluruh kru melakukan tugasnya dengan sangat mengagumkan. Kami berhasil mengatasi hambatan cuaca dan mendarat dengan mulus. Ini bukan pertama kalinya kami menjalani tugas semacam ini,” kata Komandan Resimen untuk Penerbangan Pelatihan Vadim Kulkov.

Melatih Kemampuan Pilot

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dua pesawat pengebom jarak jauh Tu-95MS terbang melintasi Samudra Pasifik yang luas menuju negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di khatulistiwa. Pesawat-pesawat ini mendarat di Biak, Provinsi Papua. Kunjungan bersejarah ini dilakukan dalam rangka kunjungan internasional.

Meski demikian, Rambler menyebutkan bahwa kunjungan pesawat-pesawat Rusia ini mengindikasikan dua hal. Pertama, karena pesawat-pesawat ini merupakan pengangkut senjata nuklir, kehadiran mereka menunjukkan kepercayaan yang spesial dari militer Rusia kepada Indonesia. Kedua, kehadiran mereka bukan hanya sekadar ingin mengibarkan bendera di negara lain. Mereka ingin menguasai teknik pendaratan di daerah-daerah yang cukup sulit. Daerah-daerah di kawasan Pasifik menjawab kebutuhan ini dan bagi mereka hal ini sangat penting.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dua pesawat pengebom jarak jauh Tu-95MS terbang melintasi Samudra Pasifik yang luas dan singgah di Indonesia.

Sebelum tiba di Biak, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pesawat Tu-95MS sempat terlebih dulu melakukan pengisian bahan bakar di atas Samudra Pasifik. Setiap pesawat menghabiskan 20 ton bahan bakar. Pesawat-pesawat ini menempuh jarak sekitar 7.000 kilometer dari pangkalan mereka di Timur Jauh Rusia.

Selain Tu-95MS, ada pula dua pesawat angkut militer Il-76MD milik Pasukan Kedirgantaraan Rusia yang turut mendampingi dalam misi damai ini. Tak hanya personel militer, para teknisi, ahli meteorologi, dan dokter juga ikut dalam misi ini. Bagi para awak penerbangan tersebut, kunjungan ini merupakan suatu pengalaman baru.

“Kunjungan ini juga bertujuan untuk menguji kemampuan pilot pesawat jarak jauh, terbang melintasi Samudra Pasifik, dan terutama ke wilayah yang berada di garis lintang selatan. Artinya, kru harus melintasi khatulistiwa dan melakukan penerbangan ke selatan ekuator,” kata Navigator Senior Komando Penerbangan Jarak Jauh Inspektur Grigory Pavlyukovets menjelaskan.

Tu-95 merupakan pesawat baling-baling tercepat di dunia dan merupakan satu-satunya pesawat pengebom bermesin turboprop. Masa baktinya yang sangat panjang hanya tersaingi oleh pesawat pengebom strategis AS Boeing B-52.

Sementara, Il-76 adalah pesawat pengangkut strategis serbaguna yang diakui berperan penting dalam perkembangan aviasi nasional Rusia. Pesawat ini melakukan penerbangan perdananya pada 1971. Sejak saat itu, pesawat ini terus digunakan dalam dunia aviasi Rusia.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki