Nadezhda Alliluyeva masih berstatus sebagai siswi sekolah saat menikah dengan Stalin yang berusia 40 tahun, ia tak menyangka bahwa suaminya kelak akan menjadi seorang "bapak bangsa". Ia dikenal sebagai seorang gadis yang sederhana, namun tegas dan memiliki banyak impian. Ia tidak haus kekuasaan dan tidak pernah bermimpi untuk menjadi Ibu Negara. Masih belum diketahui secara pasti apa yang menghancurkannya: apakah karena sifat suaminya yang keras, ketidakmampuan untuk hidup dengan seorang tiran, atau masalah psikologis dan kecemburuan yang sangat menyiksanya.
Orang tua Nadezhda Alliluyeva adalah anggota gerakan sosial demokrat yang terkenal. Mereka tak hanya mengenal Stalin, tapi juga Lenin, yang bahkan pernah berlindung di apartemen mereka untuk menghindar dari persekusi. Keluarga Alliluyev memiliki hubungan yang sangat bersahabat dengan calon pemimpin rakyat itu, bahkan Stalin sering mengunjungi rumah mereka di Baku. Sebuah kisah disampaikan bahwa pada 1903 Stalin pernah menyelamatkan Nadezhda yang saat itu berusia dua tahun, ketika ia bermain di tanggul dan jatuh ke laut, hingga kemudian Stalin berhasil menariknya keluar dari air.
Pada 1917, Stalin kembali dari pengasingan Siberia ke Petrograd dan berjumpa dengan Nadezhda yang sudah beranjak dewasa (keluarga Nadezhda telah pindah ke ibukota utara tersebut). Pada saat itu, Stalin sudah menjadi anggota partai yang terkenal dengan karier politik yang cemerlang, sementara Nadezhda belajar di gimnasium.
Nadezhda di tahun 1922.
Public DomainPutri Stalin dan Nadezhda, Svetlana Alliluyeva, kemudian menggambarkan penampilan ibunya sebagai berikut: "Penampilannya yang seperti orang-orang dari daerah selatan sehingga sering kali membuat mereka yang tak mengenalnya mengira ia adalah orang Georgia. Faktanya, memang seperti itu lah fitur kebanyakan orang Bulgaria, Yunani, Ukraina, yaitu wajah oval sempurna, alis hitam, hidung yang sedikit naik, kulit lebih gelap dan mata cokelat lembut dengan bulu mata lurus berwarna hitam. Benar, penampilan ibu saya memang seperti kaum gipsi, wajahnya sedikit oriental, mata yang terlihat sayu, dan jari-jari yang panjang dan kering". Nadezhda sebenarnya bukan orang Georgia, meski campuran darah gipsi, Rusia, Jerman, dan Georgia mengalir di nadinya.
Terlepas perbedaan usia yang terpaut cukup jauh, hubungan asmara Nadezhda dengan Stalin terus berlanjut. Tak pernah diketahui bagaimana cara Stalin memikat gadis muda itu. Namun, Irina Gogua yang mengenal keluarga Alliluyev secara dekat, pernah menyampaikan: "Suatu ketika, Sergei Yakovlevich (ayah Nadezhda Alliluyeva) berlari masuk dengan semangat, dan mengatakan bahwa dia (Stalin) telah membawa Nadezhda pergi. Pada saat itu Nadezhda bahkan belum berusia 16 tahun. Tampaknya itu terjadi setelah Revolusi Oktober. Stalin membawanya ke garis depan...". Mereka kemudian menikah pada 1918, (menikah secara resmi pada 1919), yaitu ketika Nadezhda masih berusia 17 tahun dan Stalin berusia 40 tahun.
Nadezhda Alliluyeva dan Joseph Stalin pada 1917.
Public DomainSetelah pindah ke Moskow, Nadezhda mulai bekerja di sekretariat Lenin, tetapi tak lama kemudian ia harus meninggalkan pekerjaan dan kegiatan sosialnya. Pada 1921, pasangan ini dikaruniai seorang putra yang diberi nama Vasily. Pada tahun yang sama, putra Stalin dari pernikahan pertamanya, Yakov, pindah ke keluarga Stalin. Nadezhda dengan penuh kasih sayang menerima anak laki-laki yang pendiam itu, meski hubungan Yakov dengan ayahnya sendiri tetap tak berjalan baik.
Nadezhda bersama putranya, Vasily, 1922.
Nikolay Svishev-Paola/SputnikNadezhda tidak menikmati pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Tak lama sebelum kelahiran putrinya, Svetlana, pada 1926, ia menulis surat kepada seorang temannya: "Saya sangat menyesal kembali mengikatkan diri dengan anggota keluarga baru. Ini tidak mudah, karena, secara umum, ada banyak persepsi baru. Anda harus memiliki spesialisasi yang memberi Anda kesempatan untuk tidak bekerja di bawah perintah, seperti yang biasanya terjadi dalam pekerjaan sekretaris, Anda hanya melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan spesialisasi itu." Ketika anak-anaknya sudah besar, Nadezhda kembali bekerja dan aktif di kegiatan politik, sambil belajar di akademi industri, di mana ia belajar bahasa Prancis, belajar musik dan mendalami fotografi.
Diketahui Nadezhda banyak menuntut dan bahkan tegas terhadap anak-anaknya. Svetlana Alliluyeva mengenang orangtuanya seperti ini: "Ibu jarang membelai saya, sementara ayah saya selalu menggendong saya, mencium saya dengan mesra, memanggil saya dengan kata-kata yang penuh kasih sayang, seperti 'burung pipit'. Suatu ketika, saya tidak sengaja memotong taplak meja baru dengan gunting. Ya Tuhan, betapa sakitnya ibu memukul tangan saya! Saya menangis begitu keras hingga ayah saya datang, memeluk, menghibur, mencium, dan menenangkan saya."
Joseph Stalin bersama putra dan putrinya, Vasily dan Svetlana, 1935.
SputnikJika membaca sekilas mengenai pasangan ini, orang mungkin berpikir bahwa hubungan mereka sangat ideal: Stalin memanggil istrinya 'Tatka', ia pun mendukung kesuksesan akademisnya, menyayangi anak-anaknya, dan mengakhiri setiap surat dengan 'ciuman'. Nadezhda pun menjawabnya dengan cara yang sama, ia kerap bertanya mengenai kesehatan dan urusan Stalin dengan hati-hati.
Namun nyatanya, Nadezhda tersiksa oleh rasa cemburu: "Tak ada kabar darimu [...] Kamu mungkin terbawa suasana dalam perjalananmu [...] Aku mendengar tentangmu dari seorang perempuan muda yang menarik bahwa kamu tampak hebat [...] kamu sangat ceria dan mencuri perhatian semua orang [...] Aku sangat senang," tulisnya kepada suaminya dalam salah satu surat. Menurut saudara perempuannya, Nadezhda bahkan pernah ingin meninggalkan Stalin, pada 1926 ia membawa anak-anaknya pergi ke Leningrad dan berniat untuk tidak kembali ke rumah bersama Stalin. Namun, pada akhirnya Nadezhda memutuskan untuk berdamai dengan suaminya.
Menurut Irina Gogua, Nadezhda tak tahan dengan kekasaran dan sifat temperamen yang dimiliki suaminya. "Nadezhda, di hadapan Joseph, tampak seperti seorang fakir yang tampil tanpa alas kaki di atas pecahan kaca dan tampil pada pertunjukan sirkus dengan senyuman palsu di hadapan publik namun dengan ketegangan yang mengerikan di matanya. Nadezhda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, dan ledakan apa yang akan terjadi. Stalin benar-benar pria yang menyebalkan."
Joseph dan Nadezhda bersama Kliment Voroshilov dan istrinya Ekaterina, 1932.
SputnikKemudian, sebuah pertengkaran fatal terjadi pada 8 November 1932. Saat perayaan Revolusi Oktober, Stalin berteriak kepada istrinya: "Hei, kamu, minumlah!" Nadezhda pun menjawab: "Jangan panggil aku dengan sebutan 'Hei'!". Sumber lain mengatakan bahwa Stalin melemparkan remah-remah roti ke arah istrinya, dan setelah itu Nadezhda pergi. Ada pula yang mengatakan bahwa Nadezhda duduk sendirian di meja makan, sementara Stalin pergi untuk bersama selingkuhannya.
Pada malam harinya, Nadezhda Alliluyeva menembak dirinya sendiri dengan senapan api. Tak seorang pun mendengar suara tembakan itu dan tubuhnya ditemukan tidak bernyawa pada pagi harinya, ketika pengurus rumah tangga ingin membangunkan Nadezhda. Svetlana Alliluyeva kemudian menulis dalam memoarnya bahwa Nadezhda diduga meninggalkan catatan yang penuh dengan celaan kepada suaminya, yang nyaris bersifat politis, namun tak ada bukti mengenai hal ini. Berdasarkan informasi yang didapat, Stalin terkejut dan mengatakan bahwa ia sendiri tak lagi ingin hidup dan, dua setengah tahun kemudian, ia memberi tahu kerabatnya: "Dia melakukannya dengan sangat buruk, dia melumpuhkan saya...melumpuhkan saya seumur hidup." Sementara itu, Svetlana menulis bahwa Stalin sangat marah pada istrinya, menganggap tindakan bunuh diri yang dilakukannya sebagai pengkhianatan, dan saat upacara peringatan, ia bahkan tak mau dekat-dekat dengan peti mati istrinya tersebut.
Komisaris Rakyat untuk Urusan Luar Negeri Vyacheslav Molotov membantah hal tersebut dan mengklaim bahwa Stalin justru menyalahkan dirinya sendiri atas kematian istrinya. "Stalin mendekati peti mati istrinya sesaat sebelum pemakaman dengan berlinang air mata. Dia berkata dengan sangat sedih, "Saya tidak menyelamatkannya." Saya mendengarnya sendiri dan ingat bahwa Stalin mengatakan hal tersebut berulang-ulang. Molotov juga mengatakan bahwa ini adalah pertama dan terakhir kalinya ia melihat Stalin menangis.
Surat kabar kemudian mengumumkan bahwa Nadezhda Alliluyeva meninggal akibat radang usus buntu. Sempat muncul desas-desus bahwa Nadezhda dibunuh atas perintah suaminya yang sangat berkuasa, tetapi para sejarawan sepakat bahwa ia meninggal karena bunuh diri.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda