Mengapa Kaum Difabel Teraniaya di Uni Soviet?

Anatoliy Golembievsky, dokter hewan penyandang disabilitas pada Perang Dunia II.

Anatoliy Golembievsky, dokter hewan penyandang disabilitas pada Perang Dunia II.

Ivan Kurtov/TASS
Orang-orang yang tumbuh di Uni Soviet tidak ingat jalur landai kursi roda atau toilet khusus yang dirancang untuk penyandang disabilitas di kota-kota Soviet. Para difabel pada era itu sebenarnya ditakdirkan, minimal untuk "tahanan rumah" dan, paling buruk, untuk pekerjaan tidak dibayar dalam kondisi yang mengerikan.

Selama Perang Dunia II, sekitar empat juta warga Soviet di demobilisasi karena cedera dan terjangkit penyakit; sekitar 2,5 juta dari mereka adalah veteran perang yang menjadi penyandang disabilitas, di mana 500 ribu di antaranya kehilangan anggota badan. Apakah negara Soviet merehabilitasi dan membantu orang-orang — yang dengan putus asa merusak kesehatan mereka atau sebagian kehilangan kemampuan mereka mempertahankan tanah air mereka — berintegrasi kembali ke dalam masyarakat? Secara tertulis dan di atas kertas, ya. Namun pada kenyataannya, situasi penyandang disabilitas di Uni Soviet sangat mirip dengan situasi orang sakit jiwa atau narapidana.

“Kami baru saja mengeluarkan perintah eksekusi, dan begitu saja!”

Penyandang disabilitas di sumur. Cabang Barat dari House of Emperor Aleksandr II untuk karyawan kereta api yang difabel. 1901.

Sebelum revolusi, sebuah struktur negara khusus, Departemen Institusi Permaisuri Maria, yang diciptakan oleh istri Kaisar Paul I, Maria Feodorovna, ikut serta dalam perawatan para penyandang disabilitas di Kekaisaran Rusia. Setelah kematian sang permaisuri pada tahun 1828, departemen tersebut menjadi bagian dari kantor Kaisar, berarti berada di bawah yurisdiksi pribadi mereka. Institusi Permaisuri Maria mengelola semua kegiatan amal kekaisaran dan bertanggung jawab atas panti asuhan, panti jompo dan tunanetra, serta sekolah amal dan sekolah kejuruan. Pendanaan sistem ini utamanya berasal perbendaharaan kekaisaran, tetapi juga menerima sumbangan pribadi.

Setelah Revolusi Bolshevik, "amal dan sedekah" dinyatakan sebagai "peninggalan masa lalu". Negara Soviet, menurut rencana Lenin, tidak menerima sumbangan dari orang kaya, tetapi tetap memberikan bantuan sosial secara teratur kepada orang-orang dari berbagai tingkat kekayaan yang membutuhkan.

Oleh karenanya, dibentuklah Komisariat Rakyat (menteri) Jaminan Sosial. Namun pada 1920-an - 1930-an, hanya penyandang disabilitas Tentara Merah yang menerima bantuan tersebut. Penyandang disabilitas "biasa" alias warga biasa harus mengatasi kesulitan dalam kondisi yang sama dengan warga Soviet lainnya.

Setelah Perang Saudara, Soviet Rusia dipenuhi dengan anak-anak jalanan dan orang-orang yang kehilangan sanak saudara serta kehilangan tempat tinggal. Seperti yang ditulis Dmitry Sokolov dalam artikelnya 'Cross out of life: The Fate of Disability in the USSR': “Banyak dari orang-orang ini menjadi korban tindakan 'pembersihan' kota. Pihak berwenang menangkap orang-orang dari jalan-jalan Moskow, Leningrad, Kharkov dan Sochi. Kemudian mengirim mereka ke pemukiman khusus di daerah yang kurang beradaptasi untuk hidup.” Polisi Soviet yang sudah diciptakan sedari awal pada masa itu lebih suka membawa orang tanpa dokumen dari jalan, memenuhi rencana kerja yang diberikan. Selama musim semi tahun 1933 saja, sekitar 39.000 orang dikirim ke Siberia, menurut cabang keamanan negara Omsk diantaranya ada yang penyandang disabilitas, orang tua, wanita, dan anak kecil. Penyandang disabilitas bekerja di tambang dan hidup setara dengan pemukim lain di tenda dan barak.

Leonid Zakovsky, pria yang terkenal bertanggung jawab atas ratusan eksekusi para difabel di Uni Soviet.

Sikap terhadap penyandang cacat di ibu kota digambarkan dengan sempurna oleh ungkapan salah satu komandan "Teror Besar", Leonid Zakovsky. Pada tahun 1938, Zakovsky dipindahkan dari Leningrad dan menjadi kepala departemen Moskow di Kementerian Dalam Negeri. Ada banyak tahanan difabel yang menunggu untuk dikirim ke kamp penjara Moskow pada waktu itu. “Di Leningrad, kami baru saja mengeluarkan perintah eksekusi untuk penyandang disabilitas. Mengapa repot-repot dengan mereka yang di kamp?” kata Zakovsky.

Pada tahun 1937 di Leningrad, dengan partisipasi Zakovsky, 34 orang penyandang disabilitas pendengaran ditembak dengan tuduhan palsu menciptakan organisasi fasis. Pada bulan Februari 1938, di Moskow, 170 pasien difabel, buta dan menderita TBC serta jantung dihukum mati atas perintah Zakovsky, untuk memberi ruang bagi tahanan baru di penjara. Parahnya, seringkali ketidakmampuan penyandang disabilitas dan sakit parah menjadi “kesalahan” mereka di hadapan rezim yang tidak mau membayar rehabilitasi mereka.

“Kesejahteraan sosial mengirimi saya bantuan”

Seorang pria difabel di sebuah pasar di Novokuznetsk, Siberia.

Di sekitar jalanan Uni Soviet pasca perang, sering kali menemukan orang-orang difabel di "brankar". Itu adalah papan sederhana di atas empat roda yang terbuat dari bantalan. Orang difabel tanpa kaki mengendarainya, mulai dari berjalan dengan potongan kayu, dilengkapi dengan pegangan dan dibungkus dengan kain. Tidak ada kursi roda yang memumpuni untuk semua orang yang membutuhkan. Selain itu, produksi kursi roda dan kereta bayi yang nyaman di Uni Soviet belum ditetapkan.

Valeriy Fefelov adalah seorang pekerja difabel dan pejuang terkemuka untuk hak-hak penyandang disabilitas di Uni Soviet. Dia kehilangan mobilitas anggota tubuh bagian bawahnya akibat patah tulang belakang pada usia 17 tahun. Valeriy yang saat itu menjadi pemasang listrik, jatuh dari kabel listrik karena kesalahan rekan-rekannya yang tidak mematikan daya listriknya ketika itu.

Valeriy dalam sebuah wawancara dengan surat kabar 'Korrespondent' Jerman: “Kereta Soviet berat, beratnya mencapai hampir 40 kilogram, besar dan tidak nyaman untuk digunakan. Mereka tidak bisa dilipat, jadi Anda tidak bisa membawanya di jalan. Mereka tidak masuk ke dalam lift, pintunya sempit untuk mereka dan bahkan beberapa langkah di pintu masuk sebuah rumah apartemen menjadi hambatan yang tidak dapat diatasi.”

Beberapa orang membantu dokter hewan yang difabel untuk menaiki tangga dengan kursi rodanya saat akan berangkat dalam perang di Afghanistan, 1990.

Standar perumahan Soviet tidak menyediakan fasilitas kehidupan seseorang yang menggunakan kursi roda — tidak ada landai kursi roda di pintu masuk dan di jalan-jalan, di klinik dan lembaga negara lainnya — bahkan perjalanan orang difabel ke kota lain dengan kereta api membutuhkan bantuan fisik dari beberapa pria dewasa. Perjuangan penyandang disabilitas untuk hak-hak sosial mereka diperumit oleh ketidakmampuan dasar penyandang disabilitas itu sendiri untuk mengunjungi lembaga perawatan sosial.

Pada 1950-an, pihak berwenang mulai "menyingkirkan" para penyandang disabilitas di era Perang Dunia II, mengangkut mereka ke sanatorium khusus. Paling terkenal adalah di Pulau Valaam. Tentu saja, banyak warga difabel dibiarkan tanpa kerabat sama sekali setelah perang. Sanatorium dan lembaga khusus sering kali menjadi satu-satunya tempat di mana mereka dapat menerima setidaknya bantuan dan perlindungan untuk diri mereka. Sementara, bagi penyandang disabilitas yang tinggal bersama keluarga mereka ditakdirkan untuk tinggal permanen di apartemen.

Valeriy Fefelov (kanan) dan sampul bukunya,

Akses penyandang disabilitas terhadap sarana untuk memfasilitasi kehidupan sehari-hari — misalnya prostesis (bagian tubuh buatan) sederhana dan mekanis, kursi roda dan mobil — sangat sulit. Kursi roda dengan kualitas yang sangat buruk secara resmi diberikan kepada penyandang disabilitas secara gratis selama lima tahun, tetapi Anda harus menunggu beberapa bulan, atau bahkan bertahun-tahun, untuk mendapatkannya. Tidak ada asisten rumah tangga mekanis dan prostesis di Uni Soviet dan pembelian dari luar negeri dilarang selama Perang Dingin. 

Pembayaran uang pensiun pekerja difabel selalu lebih rendah dari gaji rata-rata dan tidak memungkinkan mereka untuk hidup mandiri. Valeriy Fefelov menceritakan bahkan pada 1980-an, dana pensiun maksimum untuk kelompok disabilitas tertinggi adalah 120 rubel per bulan (sekitar Rp 24 ribu), dengan gaji rata-rata 170 rubel (sekitar Rp 34 ribu), sementara biaya mantel pria sekitar 150-200 rubel (sekitar Rp 30 ribu sampai Rp 100 ribu). Pada saat yang sama, anak-anak penyandang disabilitas memiliki "tunjangan" sebesar 20-30 rubel per bulan. “Kesejahteraan sosial mengirimi saya bantuan, sekantong biskuit basi. Tetapi sekarang saya punya masalah lain: saya tidak punya gigi palsu untuk mengunyahnya!” Orang-orang penyandang disabilitas Soviet sering kali memiliki selera humor yang buruk.

“Rumah penyandang disabilitas tidak tunduk pada pengadilan”

Penyandang disabilitas saat bekerja.

Dalam situasi tersebut, sejumlah besar penyandang disabilitas terpaksa tinggal di “rumah untuk penyandang disabilitas”, yang berada di bawah yurisdiksi Kementerian Jaminan Sosial. Penyandang disabilitas sebenarnya dikeluarkan dari sistem hukum Soviet.

Valeriy Fefelov, yang tidak ingin menerima posisi penyandang cacat yang kehilangan haknya di Uni Soviet, mulai melamar ke lembaga-lembaga negara dan memelihara korespondensi dengan orang-orang cacat lainnya. Dalam bukunya yang berjudul 'Tidak ada penyandang disabilitas di Uni Soviet!', yang diterbitkan di Jerman pada tahun 1986, Fefelov menggambarkan kondisi di mana penyandang disabilitas berada di lembaga-lembaga khusus Soviet.

“'Instruksi tentang peraturan internal rumah penyandang disabilitas' melarang mereka memiliki anak sendiri,” tulis Valeriy. “Dalam hal kelahiran seorang anak, diambil paksa dari ibunya dan ditempatkan dalam pemeliharaan negara. Oleh karena itu, ketika penyandang disabilitas dari kedua jenis kelamin saling mengenal secara dekat, mereka biasanya ditempatkan di lantai atau bangunan yang berbeda. 'Instruksi' yang sama mengatur penempatan penyandang disabilitas yang sehat mental bersama dengan yang sakit jiwa.”

"Perawatannya buruk, dingin seperti di ruang bawah tanah," kata salah satu korespondennya kepada Valeriy Fefelov. “Makanannya buruk. Ikan haring dan telur busuk, bubur tanpa minyak, membuat Anda berpaling dari makanan seperti itu. Orang difabel gantung diri, tenggelam ... ada sungai di dekat sini.”

Produksi kaki palsu buatan Soviet.

Apakah benar-benar tidak mungkin meninggalkan tempat seperti itu? Untuk penyandang disabilitas yang tidak banyak bergerak, seringkali secara fisik tidak memungkinkan. Sementara, mereka yang dapat berjalan secara mandiri tidak diberikan sepatu atau pakaian layak.

Pelanggaran hukum yang terjadi di "rumah untuk penyandang disabilitas" tidak dapat ditantang di pengadilan Soviet — ketika Valeriy menulis ke Pengadilan Rakyat Saratov Oblast dengan keluhan tentang pemukulan sahabat penanya Gennady Guskov di rumah lokal untuk penyandang disabilitas — ia menerima jawaban berikut: "Rumah orang penyandang disabilitas berada di bawah yurisdiksi Kementerian Jaminan Sosial dan tidak berada di bawah pengadilan." Pada saat yang sama, Kementerian Jaminan Sosial dijalankan sepenuhnya secara otoritatif, Domna Komarova adalah seorang menteri yang tidak dapat dilengserkan selama 21 tahun, dari 1967 hingga 1988.

Akibatnya, negara belajar bagaimana menghasilkan uang tanpa malu-malu dari para penyandang disabilitas yang sebetulnya bertentangan dengan slogan utamanya: "Dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk masing-masing sesuai dengan kebutuhannya", diabadikan dalam konstitusi Uni Soviet tahun 1936 dan 1977. Orang-orang difabel bekerja menempelkan tas dan amplop, mengumpulkan manik-manik, kait, engsel pintu dan jendela, sakelar listrik, tas anyaman tali dan karangan bunga pemakaman, pakaian wol rajutan.... Semua itu kemudian dijual oleh negara di pusat perbelanjaan.

Valeriy memberikan perkiraan statistik tahun 1980-an: “Di Federasi Rusia saja, 58 ribu orang buta bekerja di 200 perusahaan pendidikan dan produksi yang dibuat khusus. Perusahaan-perusahaan tersebut setiap tahun menghasilkan produk senilai rata-rata 540 juta rubel (sekitar Rp 108 jut). Jadi, setiap anggota masyarakat difabel menghasilkan produk senilai hampir 10 ribu rubel setahun.” Bandingkan dengan besaran pensiun orang-orang difabel, hak untuk menerima yang juga harus secara teratur dikonfirmasi oleh otoritas jaminan sosial. Pembayaran untuk pekerjaan para penyandang disabilitas itu sendiri adalah pengemis, misalnya: “Operasi (secara manual) memasang pasak logam ke gesper sepatu dibayar dengan tarif 47,3 kopeck per 1.000 buah.”

"Tidak ada orang difabel di URSS!"

Seorang penyandang disabilitas ikut serta dalam perlombaan di kursi roda, Krimea, 1989.

Adapun rehabilitasi olahraga penyandang disabilitas sama sekali tidak ada di Uni Soviet. Valeriy menuliskan tentang tanggapan pemerintah Soviet terhadap permintaan penyelenggara pertandingan olahraga di Stoke Mandeville (Inggris Raya) tentang apakah penyandang disabilitas Soviet dapat ikut serta dalam kompetisi internasional ini: “Tidak ada penyandang disabilitas di Uni Soviet.” Tanggapan yang sama diterima oleh penyelenggara Olimpiade untuk Penyandang Disabilitas di Toronto pada tahun 1976. “Dapatkah Anda bayangkan orang difabel dan olahraga?! Menyelenggarakan perlombaan kursi roda atau memaksa mereka untuk melempar bola tidak manusiawi dalam kaitannya dengan penyandang disabilitas dan penonton…” kata seorang kolonel KGB Vladimir Shibaev. Kata-kata "tidak ada orang difabel di Uni Soviet" menjadi judul buku karya Fefelov, yang pada tahun 1982, ia terpaksa meninggalkan Uni Soviet, karena penganiayaan yang dilakukan oleh KGB.

Pada tahun 1976, Grup Helsinki Moskow mendistribusikan sebuah dokumen berjudul: 'Tentang situasi penyandang disabilitas', yang mencoba menarik perhatian dunia dan publik Soviet pada situasi yang mengerikan: “Penyandang disabilitas sebenarnya dirampas haknya atas pekerjaan yang layak, pendidikan, rekreasi, nutrisi yang baik, pengobatan, kehidupan pribadi yang normal, kebugaran jasmani dan olahraga.” Ini hanya menarik perhatian pihak berwenang untuk pembangkang dari kalangan penyandang disabilitas. Kemudian pada tahun 1978, Valeriy dan para pendukungnya membentuk 'Kelompok Inisiatif untuk Perlindungan Hak-hak Penyandang Disabilitas di Uni Soviet' dan mulai menerbitkan buletin informasi. Kelompok tersebut menuntut indeksasi pensiun disabilitas, memulai produksi asisten mekanik dan kursi roda yang nyaman, pengorganisasian lingkungan perkotaan yang inklusif, serta reformasi sistem jaminan sosial untuk penyandang disabilitas.

Upacara Pembukaan Paralimpiade 2014. Tim Rusia.

Upaya kelompok ini untuk menjalin kontak dengan organisasi internasional penyandang disabilitas menghasilkan arus surat dan undangan yang mulai berdatangan dari luar negeri. Termasuk cerita tentang penganiayaan Valeriy dan para pendukungnya. Apartemen mereka digerebek dan digeledah, anggota keluarga mereka dipanggil KGB dan dibujuk untuk mempengaruhi para pejuang terkait tuntutan mendapatkan hak-hak mereka. Pada tahun 1983, Valeriy Fefelov diusir ke Jerman, di mana ia dan keluarganya menerima suaka politik, sementara pada tahun 1984, Elena Sannikova, anggota lain dari kelompok tersebut dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan empat tahun di pengasingan.

Pada tahun 1988, tim Paralimpiade Uni Soviet mengambil bagian dalam Paralimpiade untuk pertama kalinya — mendapatkan 55 medali — mengambil tempat ke-12 (21 emas, 19 perak dan 15 medali perunggu) di klasemen keseluruhan. Meskipun saat ini banyak masalah penyandang disabilitas Rusia yang masih menunggu penyelesaiannya dan banyak lembaga dukungan sosial yang masih mengingatkan kita pada masa Soviet, perjuangan para penyandang disabilitas Soviet tidak sia-sia. Pada tahun 2006, tim nasional Rusia menduduki puncak klasemen keseluruhan di Paralimpiade Musim Dingin 2014 untuk pertama kalinya. Valery Fefelov hidup untuk menyaksikan kemenangan ini dan dia meninggal dua tahun kemudian, pada tahun 2008.



Bagaimana kegiatan warga Uni Soviet yang wajib melakukan kerja bakti tiap hari Sabtu? Selengkapnya baca di sini.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki