Seorang tentara Soviet saat berada di Kabul, beberapa minggu sebelum penarikan pasukan Soviet dari Afganistan.
Getty ImagesResimen tank Soviet di Afganistan.
Aleksandr Graschenkov/SputnikMeskipun masuknya pasukan Soviet ke Afghanistan pada Desember 1979 terkadang disebut sebagai 'invasi Soviet ke Afghanistan', pada kenyataannya itu adalah kerelaan setengah hati dari otoritas Soviet terhadap pemangku jabatan pemerintah Afganistan, yang pada waktu itu mengirim banyak permintaan bantuan militer dalam perang yang sedang berlangsung melawan Mujahidin — sebutan bagi pemberontak Islamis Afganistan.
Seorang pejuang Mujahidin memegang stinger di Jalalabad, 15 Maret 1989.
Getty ImagesDemonstrasi pendukung Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan (PDPA) yang pro-Soviet di Kabul.
Getty ImagesYang mengejutkan, para pemimpin Soviet tidak terlalu senang dengan kudeta pada April 1978, yang menjadikan Partai Demokrasi Rakyat Afganistan yang pro-Soviet berkuasa di negara berpenduduk mayoritas Islam itu. Mereka jauh lebih menyukai daratan netral yang menyediakan penyangga antara republik Soviet selatan dengan Pakistan, Iran, dan Tiongkok.
Mujahidin, pemberontak Islamis Afganistan. V. Kiselev
SputnikNamun, keadaan telah memaksa Soviet untuk menyesuaikan diri. Moskow menjadi semakin khawatir tentang serangan pemberontak Islamis dan ketidakmampuan pemimpin Afganistan Hafizullah Amin untuk mengendalikan situasi. Pemerintah Soviet juga memiliki keraguan tentang gaya kepemimpinan Amin, karena mencurigainya memihak musuh-musuh Soviet.
Satuan pasukan khusus Soviet mendarat di Afghanistan untuk menjalani operasi tempur di daerah Provinsi Nangarhar.
Andrei Solomonov /SputnikAkhirnya Moskow beralasan akan menyetujui permintaan berulang Amin untuk campur tangan, tetapi juga berniat menyingkirkan Amin. Pada 27 Desember 1978, pasukan Soviet bergerak cepat mengambil kendali penuh ibu kota Afganistan, Kabul. Pasukan khusus Soviet menyerbu Istana Presiden Tajbeg, yang pada saat itu Amin tengah berada di sana.
Tentara Soviet di dekat Kabul.
Getty ImagesPagi keesokan harinya, 28 Desember, operasi berhasil diselesaikan dan Presiden Hafizullah Amin pun terbunuh. Namun, perjuangan berdarah berikutnya melawan pemberontak Islamis pun dimulai dan berlangsung selama satu dekade, hingga Februari 1989.
Seorang pejuang Mujahidin memegang stinger di Jalalabad, 15 Maret 1989.
Getty ImagesLawan-lawan Perang Dingin Soviet dengan cepat mengutuk intervensi Soviet dan membantu Mujahidin. AS menyalurkan senjata-senjata ke Mujahidin, terutama peluncur rudal darat ke udara ‘Stinger’, yang membuat kewalahan pasukan udara Soviet.
Tentara Soviet menggiring tahanan.
Getty ImagesMeskipun beberapa orang percaya bahwa pasokan rudal Stinger yang diterima Mujahidin adalah pengubah permainan dalam perang, tetapi tidak ada bukti kuat seberapa besar skala bantuan yang disumbang senjata itu bagi pasukan anti-Soviet.
Tentara Soviet memeriksa peluncur rudal Stinger yang direbut dari musuh.
Andrei Solomonov /SputnikMeskipun pada awalnya lawan-lawan Perang Dingin Soviet memprotes intervensi Soviet di Afganistan, hal itu sangat menguntungkan mereka. AS dengan senang hati memberikan “Perang Vietnam” kepada Uni Soviet Vietnam.
"Kami tidak mendorong Rusia untuk campur tangan, tetapi kami dengan sadar meningkatkan kemungkinan mereka akan melakukannya," ujar Zbigniew Brzeziński, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Jimmy Carter 1977 –1991, bertahun-tahun kemudian.
Tentara Soviet bersiap untuk meninggalkan Afganistan.
V. Kiselev/SputnikDi puncak konflik, pasukan Soviet hanya memiliki 108.800 tentara di Afganistan. Singkatnya, AS memiliki 543.000 tentara di Vietnam pada puncak keterlibatannya. Namun, dalam satu hal, Perang Afganistan adalah pengalaman traumatis bagi Soviet, sama halnya dengan perang Vietnam bagi AS.
Seorang tentara Soviet saat berada di Kabul, beberapa minggu sebelum penarikan pasukan Soviet dari Afganistan.
Getty ImagesSelain mencemarkan nama Soviet di mata internasional, intervensi itu juga telah membebani perekonomian Soviet dan meningkatnya jumlah korban telah memicu ketidakpuasan rakyat Soviet.
Pawai kendaraan lapis baja Soviet saat melintasi perbatasan Afganistan-Soviet melalui Jembatan Persahabatan yang terbentang di atas sungai Amu Darya.
V. Kiselev/SputnikAkhirnya Soviet menarik tentaranya dari Afganistan pada Februari 1989, sekitar satu dekade sejak pertama kali menginjakkan kaki negara itu. Karena ini adalah perang melawan pemberontakan, tidak ada dan tidak pernah ada kemenangan konvensional yang bisa dicapai.
Pasukan Soviet mengerjakan pembuatan jalan di Afganistan.
Andrei Solomonov/SputnikAlih-alih berakhir setelah penarikan pasukan Soviet, perang Afganistan tetap bergulir. Jihad keras di dalam dan luar negeri itu terus menambah kekuatannya, yang pada akhirnya mengarah pada organisasi politik dan militer fundamentalis Islam. Pada akhir 1990-an, sebagian besar wilayah Afganistan akhirnya dikuati oleh Taliban.
Mujahidin tengah melancarkan serangan di wilayah Jalalabad.
Getty ImagesPada Oktober 2001, AS dan sekutunya menyerbu Afganistan untuk membasmi Taliban, menghadapi musuh yang pernah menjadi sekutu mereka.
Operasi anti-Soviet CIA berlangsung selama puluhan tahun, baik terlibat secara langsung maupun dengan meminjam tangan negara lain yang sedang berseteru dengan sang musuh, seperti dalam Perang Soviet di Afganistan. Inilah lima operasi top CIA melawan Soviet.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda