Imigran Rusia sudah menjadi bagian dari AS sejak masa-masa awal berdirinya negara itu. Menurut sensus pertama AS, jumlahnya pada 1790 (14 tahun setelah deklarasi kemerdekan AS pada 1776), telah melebihi 10.000 orang.
Setiap guncangan sosial atau politik di Kekaisaran Rusia menyebabkan emigrasi massal ke luar negeri. Orang-orang pergi ke AS untuk mencari kebebasan atau kehidupan yang lebih baik: orang Polandia setelah pemberontakan Polandia yang ditekan, Yahudi, orang Armenia, dan, tentu saja, orang Rusia — petani, intelektual, dan banyak pengikut sekte agama yang dianiaya.
Meskipun hanya sekitar 7.550 orang Rusia yang datang ke negara itu selama setengah abad dari tahun 1820 hingga 1870, jumlah mereka meningkat tajam pada tahun-tahun berikutnya. Sensus AS 1920 mengidentifikasi 392.049 warga AS yang lahir di Rusia.
Pada paruh kedua abad ke-19, Rusia terjun ke dalam periode perjuangan politik dan terorisme sehingga meningkatkan jumlah emigran politik ke AS secara signifikan. Penuh dengan ide-ide revolusioner, para imigran politik Rusia, bersama saudara-saudara mereka yang sepaham dari Jerman dan Italia, memainkan peran besar dalam menyebarkan ide-ide radikal, anarkis dan sayap kiri di AS. Emma Goldman dan Alexander Berkman yang berasal dari Lithuania, bagian dari Kekaisaran Rusia, adalah dua di antara beberapa ideolog anarkis utama Amerika pada masa itu.
Pada 1908, salah satu asosiasi politik terbesar dan paling berpengaruh dari para imigran Rusia, Serikat Pekerja Rusia, didirikan di New York. Organisasi ini secara aktif mempromosikan ide-ide anarkis.
Pada akhir 1910-an, gerakan radikal di AS, di mana Rusia memainkan peran penting, begitu kuatnya sehingga negara itu dicengkeram oleh apa yang disebut Red Scare — kekhawatiran bahwa pemberontakan yang mirip dengan Revolusi Bolshevik 1917 dapat terjadi juga di Amerika.
Akibatnya, pemerintah memprakarsai penangkapan massal para “anarkis komunis” di seluruh negeri. Aksi yang disebut sebagai Palmer Raids (Penggerebekan Palmer) pada 1919 dan 1920 itu dipimpin oleh Jaksa Agung A. Mitchell Palmer dan rekannya Edgar Hoover, direktur FBI pertama masa depan. Sebagai salah satu imigran Rusia di AS, penulis Ivan Okuntsov mencatat dalam karyanya berjudul Russian Immigrants into North and South America: “Kehidupan orang Rusia setelah Penggerebekan Palmer menjadi sangat sulit. Kecurigaan ditimpakan pada setiap orang Rusia, tanpa peduli apa pun pandangan politik yang mereka dukung. Orang-orang Rusia dipecat dari pekerjaan mereka."
Ribuan orang dideportasi. Pada 21 Desember 1919, kapal penumpang USAT Buford dengan 249 orang radikal yang ditangkap, meninggalkan pelabuhan New York menuju ke Soviet, sebagai "hadiah Natal untuk Lenin dan Trotsky". Goldman dan Berkman termasuk di antara penumpang Bahtera Soviet , begitu pers menyebutnya.
USAT Buford
Library of CongressNamun, imigrasi Rusia ke AS pada paruh pertama abad ke-20 tidak hanya terdiri dari kaum revolusioner. Banyak seniman, penyair, penulis, dan ilmuwan terpaksa meninggalkan Rusia setelah Revolusi 1917 dan menetap di Amerika Utara. Para emigran kulit putih ini secara drastis mengubah opini orang Amerika tentang Rusia.
Tahun 1920-an menjadi sorotan bagi budaya Rusia di AS. Tokoh-tokoh terkemuka budaya Rusia, yang memilih Amerika sebagai tanah air baru mereka (seperti komposer terkenal Sergey Rachmaninov dan pelukis Nicholas Roerich), menyelenggarakan balet, pertunjukan opera dan teater serta pameran seni yang sukses.
Sergei Rachmaninov
Getty ImagesSelain budaya, Rusia membuat kontribusi yang signifikan bagi kehidupan ilmiah Amerika. Para ilmuwan terkemuka seperti pelopor penerbangan Igor Sikorsky dan pengembang teknologi televisi Vladimir Zworykin, tinggal dan bekerja di negara itu. Mereka juga membantu masyarakat Amerika untuk melupakan Russophobia (fobia terhadap segala hal berbau Rusia) pada tahun-tahun sebelumnya, setidaknya sampai dimulainya Perang Dingin.
Vladimir Zworykin
Getty ImagesSejak pilpres AS 2016, Russophobia di AS telah menginfeksi pembentukan politik dan media negara tersebut, yang mencapai dan bahkan melampaui level di era Perang Dingin. Padahal, orang Rusia tak begitu berbeda dari orang Amerika.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda