Masa-Masa Mesra Rusia dan Inggris sebagai Sekutu

Sejarah
BORIS EGOROV
Sejarah hubungan Rusia-Inggris bukan hanya sebatas permusuhan. Kedua negara berdiri bersama dalam dua perang dunia, dan selama hampir 20 tahun bersama-sama memerangi Napoleon dan Prancis yang revolusioner.

1. Perang Suksesi Austria (1740  1748)

Pada pertengahan abad ke-18, Prancis, Prusia dan Spanyol memutuskan untuk mencaplok bagian besar dari wilayah Kekaisaran Habsburg yang luas. Baik Inggris, maupun Rusia tidak bisa menjauh dan membiarkan Paris dan Berlin memperkuat posisi mereka.

Sementara Inggris berkonsentrasi pada Prancis, tentara Rusia menghadapi pasukan raja Prusia, Frederick yang Agung. Namun, pada akhir konflik di 1747, London dan Sankt Peterburg menandatangani sebuah konvensi di mana 37.000 tentara Rusia dikirim ke Rhineland untuk melawan Prancis. 

Keterlibatan militer Rusia dan Inggris membantu Habsburg menjaga status quo di Eropa. Meskipun ada beberapa kerugian teritorial, mereka mempertahankan sebagian besar tanah mereka dan tidak membiarkan Prusia dan Prancis meluas secara signifikan. Hal itu disambut lebih baik oleh Rusia dan Britania Raya.  

2. Perang Koalisi (1792  1815)

Selama hampir dua dekade kekaisaran Rusia dan Inggris bertempur bersama untuk menghancurkan Prancis yang revolusioner dan mencegah idenya yang “menular” menyebar ke negara mereka. Namun, ada jeda dalam kerja sama ini, ketika kedua kekuatan beralih dari kerja sama sekutu menjadi konflik (1800 1801), dan bahkan perang (1807 1812).

Pasukan kedua negara jarang bertindak bersama. Sementara Rusia berperang melawan Prancis di Jerman, Italia, dan di tanahnya sendiri, Pertempuran utama Inggris melawan pasukan Napoleon di Spanyol dan Portugal.

Operasi gabungan Inggris-Rusia terbesar dari perang ini terjadi pada 1799 di Belanda yang diduduki Prancis. Pasukan ekspedisi Inggris-Rusia dikalahkan oleh pasukan Prancis dan boneka mereka Republik Batavia, dan dipaksa untuk mengungsi. Namun bagi Inggris, operasi itu bukan bencana total, karena mereka berhasil menangkap sebagian besar armada Batavia.

3. Perang Kemerdekaan Yunani (1821 1830) 

Selama enam tahun, kekuatan Eropa mengamati bagaimana orang-orang Yunani dengan berani dan mati-matian memperjuangkan kemerdekaan mereka dari Kekaisaran Ottoman. Meski memberikan dukungan moral dan diplomatis kepada pemberontak, mereka tidak melibatkan diri di dalam konflik. 

Namun, pada tahun 1826, Utsmani dengan bantuan pengikut-pengikut Mesir mereka telah menduduki sebagian besar wilayah Yunani dan menempatkan revolusi mereka di ambang kehancuran. Rusia, Prancis, dan Britania Raya pun akhirnya turun tangan.

Dalam Pertempuran Laut Navarino pada 20 Oktober 1827, armada gabungan Rusia-Inggris-Prancis menghancurkan pasukan Ottoman-Mesir, yang kehilangan lebih dari 60 kapal. Kemenangan ini secara signifikan membantu orang-orang Yunani untuk merayakan kebebasan mereka tiga tahun kemudian.

4. Pemberontakan Boxer (1899 1901)

Pada akhir abad ke-19, Tiongkok mengalami masa sulit dan tertinggal secara teknis dan ekonomi di belakang Kekuatan Besar (Great Powers). Negara itu sudah sepatutnya diubah menjadi semi koloni.

Sebagai tanggapan, Pemberontakan Boxer diluncurkan. Pemberontakan massal ini, yang bertujuan melawan intervensi asing, berjalan seiring dengan pembunuhan brutal terhadap orang-orang Eropa dan Kristen, serta pembakaran gereja-gereja dan kedutaan besar. 

Untuk menyelamatkan situasi, Kekuatan Besar membentuk Aliansi Delapan Bangsa, yang, di samping Britania Raya dan Rusia, termasuk Jerman, Jepang, Amerika Serikat, Italia, Austro-Hongaria dan Prancis. Sekutu menghancurkan pemberontakan, menyeret Tiongkok ke dalam kondisi yang lebih putus asa dan tergantung.     

5. Perang Dunia I (1914 1918)

Pada awal abad ke-20, Rusia, Prancis, dan Britania Raya mengatasi (atau setidaknya mencoba) ketidaksetujuan mereka untuk bersama-sama menentang kekuatan yang semakin meningkat dari Aliansi Tiga (Triple Alliance) antara Jerman, Austro-Hongaria dan Italia. 

Entente Tiga (nama yang diberikan untuk persekutuan antara Britania Raya, Prancis dan Rusia) pada awalnya tidak dibentuk sebagai aliansi pertahanan bersama, melainkan sebagai asosiasi negara-negara yang memiliki vektor kebijakan luar negeri yang sama. Namun, selama Perang Dunia I, ia menjadi kesatuan militer yang kuat di lebih dari 20 negara.

Kegagalan intervensi di Rusia dan kegagalan mendukung gerakan Putih melawan Soviet adalah tindakan besar terakhir Entente, sebelum akhirnya dibubarkan. Prancis dan Inggris mempertahankan hubungan sekutu mereka, tetapi kali ini tanpa Rusia.  

6. Perang Dunia II (1939 1945)

Pada 22 Juni 1941, pada hari yang sama ketika Nazi Jerman meluncurkan Operasi Barbarossa melawan Soviet, pemimpin Inggris Winston Churchill berpidato, menjanjikan Rusia dan orang-orang Rusia "bantuan teknis atau ekonomi" yang ada dalam kekuasaan Inggris dan bisa melayani mereka.

Hubungan dingin sebelum perang antara kedua negara berubah menjadi kerja sama yang dalam, yang berlangsung selama empat tahun. Britania Raya secara aktif membantu Soviet melalui program pinjaman-sewa. Kedua negara bersama-sama menduduki Iran pro-Jerman pada 1941, dan secara efektif melawan Kriegsmarine dan Luftwaffe di Samudra Arktik.

Pada 3 Mei 1945, di dekat Wismar, Uni Soviet dan Inggris menyelenggarakan "Hari Elbe" mereka sendiri, ketika Angkatan Darat Kedua Inggris menjalin kontak dengan Korps Pengawal Tank Soviet ke-3. Segera setelah Perang Dunia II, hubungan kedua negara dengan cepat memburuk, mengantar era Perang Dingin.

Meskipun puluhan tahun terlibat konfrontasi dan persaingan geopolitik yang sengit, Rusia dan Inggris tercatat hanya pernah dua kali berperang secara terbuka. Meski demikian, ada banyak episode ketika ‘Beruang’ dan ‘Singa’ saling menerkam leher masing-masing. Inilah lima peristiwa yang hampir membuat Rusia dan Inggris berperang.