Bagaimana Awal Kemunculan Lapangan Merah di Moskow?

Sejarah
GEORGY MANAEV
Lapangan ikonik itu dulu pernah disebut “pasar” dan “lautan api”, dijadikan kandang macan, serta dilewati jalur trem. Kini, sebuah pusat perbelanjaan bersejarah berdiri megah tepat di seberang kuburan elite Soviet yang juga berada di lapangan itu.

Kenapa alun-alun terindah seantero Rusia disebut Lapangan Merah? Apakah karena area itu dikelilingi bangunan dan tembok berwarna merah? Jika Anda berpikir begitu, Anda salah. Apalagi, bangunan di sekitar Lapangan Merah, seperti dinding dan menara Kremlin, tak selalu berwarna merah.

Anda pun mungkin pernah mendengar teori yang menyebutkan bahwa Lapangan Merah (dalam bahasa Rusia: Krasnaya Ploshchad) dinamai demikian karena kata krasnaya ‘merah’ merupakan turunan kata krasivaya ‘cantik’ dalam bahasa Rusia kuno. Karena itulah, banyak orang meyakini bahwa pada zaman dahulu, Krasnaya Ploshchad tak berarti “Lapangan Merah”, melainkan “Lapangan Cantik”. Ternyata, teori itu pun tidak tepat.

Bagaimana ‘Lapangan Merah’ Muncul?

Benteng Moskow, yang kemudian dinamai Kremlin, didirikan di Bukit Borovitsky. Di sebelah timurnya, tempat Lapangan Merah berada sekarang, terdapat tanah lapang yang luas. Ketika benteng dan kota Moskow kian makmur dan berkembang, muncullah sebuah posad atau area permukiman di dekat dinding benteng.

Warga posad memilih bermukim di sana karena alasan keamanan. Jika sewaktu-waktu terjadi perang, mereka bisa segera bersembunyi di balik dinding benteng. Seiring waktu, posad itu membutuhkan pasar. Terletak di dekat Kremlin dan Sungai Moskow (yang membuat pendistribusian barang lebih mudah), tanah lapang yang di kemudian hari menjadi Lapangan Merah itu awalnya adalah sebuah pasar dan karena itu dalam bahasa Rusia disebut torg ‘pasar’.

Alun-alun itu sendiri telah ada setidaknya sejak 1434. Para sejarawan masih memperdebatkan apakah alun-alun itu sengaja “dibuat” atau memang dengan sendirinya menjadi pasar dan tempat berkumpul. Namun, ada beberapa alasan yang menguatkan dugaan bahwa alun-alun itu terbentuk dengan sendirinya.

Pozhar ‘lautan api’ adalah nama umum lainnya untuk tempat itu. Kenapa? Itu bukan karena alun-alun itu sering terbakar. Sebelum abad XVI – XVII, area itu sebagian besar berisi bangku dan tenda para pedagang, dan tidak ada bangunan besar yang bisa “terbakar”. Pozhar tak hanya berarti lautan api, tetapi juga tanah kosong yang biasanya ditinggalkan setelah kebakaran. Kata itu juga bisa berarti keramaian dan hiruk pikuk pasar yang sibuk.

Pada awal abad ke-16, alun-alun itu telah menjadi tempat utama untuk menyebarkan berita, gosip, dan berpolitik di Moskow. Jika ada yang ingin tahu apa yang sedang terjadi di kota, ke sanalah orang itu akan pergi. Pada 1508, sebuah parit diciptakan di sekeliling Kremlin. Parit itu dirancang oleh seorang arsitek Italia bernama Aleviz Novyi atas permintaan Ivan III dari Rusia. Dengan lebar lebih dari 30 meter, panjang 206 meter, dan kedalaman 12 – 13 meter, parit yang kemudian dinamai Parit Alevizov tersebut mengubah Kremlin menjadi sebuah pulau, dengan Sungai Neglinnaya dan Sungai Moskow sebagai pelindung ketiga sisi (jika dilihat dari atas, Kremlin tampak berbentuk segitiga) yang dibentuk oleh benteng Kremlin.

Sebagian parit (dekat Gerbang Voskresensky) kemudian dijadikan kandang hewan liar. Di sini, tsar menyimpan harimau dan singa, hadiah dari raja-raja Timur. Di dekat parit, ada pula sebuah kandang untuk gajah tsar!

Pada 1561, Katedral St. Basil dibangun di Lapangan Merah untuk memperingati kemenangan Moskow atas Kekhanan Kazan. Sejak itu, Katedral St. Basil mendominasi komposisi arsitektur lapangan dan menjadi simbol utamanya.

Kapan Nama ‘Lapangan Merah’ Digunakan?

Nama “Lapangan Merah” muncul pada pertengahan abad ke-17 dalam dokumen-dokumen sipil selama masa pemerintahan Aleksey I dari Rusia, ayah Pyotr yang Agung. Pada 1658, sang tsar memerintahkan supaya beberapa jalan dan alun-alun kota Moskow diberi nama. Namun pada 1659, Lapangan Merah masih disebut pozhar dalam dokumen resmi. Nama “Lapangan Merah” baru muncul pada 1661.

Nama itu diyakini berasal dari Serambi Merah, sebuah tangga yang mengarah ke Granovitaya Palata, ruang resepsi utama dan sekaligus ruang perjamuan tsar-tsar Moskow. Merah adalah warna tradisional yang melambangkan kekuatan tsar (dinding kamar tsar bahkan berwarna merah). Sementara, Serambi Merah adalah tempat perintah tsar diumumkan kepada masyarakat. Tsar akan muncul dari Serambi Merah di acara-acara besar rakyat dan keagamaan. Jadi alun-alun yang menghadap serambi ini juga disebut “Merah”.

Sementara itu, Lapangan Merah kala itu masih merupakan pasar raksasa yang terbagi dalam banyak barisan pedagang. Mereka menjual pai, madu, pakaian, barang logam, barang pecah belah, daging, semuanya dijual di sana! Namun, seiring meningkatnya jumlah toko dan tenda, kebakaran menjadi lebih sering terjadi dan bahkan lebih ganas. Pada 1640-an, batu pertama Gostiny Dvor (Pengadilan Pedagang) diletakkan. Tidak terlalu rentan terhadap kebakaran, bangunan itu menjadi tempat untuk menyimpan dan menjual barang dagangan. Pada akhir abad ke-17, tidak ada lagi bangunan kayu yang tersisa di Lapangan Merah. Alun-alun ini juga mendapatkan pintu masuk yang indah dari Utara — Gerbang Voskresensky. Pada 1698, Pyotr yang Agung akhirnya melarang semua orang mendirikan kios dagang di Lapangan Merah.

Lapangan Merah Menjadi Persegi Panjang

Lapangan Merah tetap menjadi pusat kehidupan politik Moskow. Lobnoe mesto, semacam mimbar batu di dekat Katedral St. Basil, adalah tempat perintah terpenting pemerintah diumumkan. Eksekusi para penjahat paling terkenal juga dilakukan di sekitar tempat ini di Lapangan Merah. Tak banyak yang berubah hingga awal abad ke-19, ketika Parit Alevizov ditutup, lapangan dilapisi cobblestones (bebatuan kubus), dan kios-kios baru dibangun.

Pada 1875, bangunan-bangunan kuno di dekat Gerbang Voskresensky dihancurkan untuk membangun Museum Sejarah Nasional yang baru (1875 – 1883). Bangunan merah yang mengesankan dalam gaya arsitektur pseudo-Rusia itu sangat serasi dengan dinding Kremlin dan Katedral St. Basil, dan berfungsi sebagai “dinding keempat” untuk Lapangan Merah, yang akhirnya membuatnya menjadi persegi panjang.

Pada awal abad ke-20, Lapangan Merah mendapatkan penerangan listrik, toserba GUM yang baru, dan jalur trem yang melintasinya. Ketika kaum Bolshevik berkuasa, mereka menghancurkan Gerbang Voskresensky untuk membuka jalan bagi iring-iringan tank selama parade militer, membangun Mausoleum Lenin, dan membangun kuburan untuk elite Soviet — tepat di lokasi parit Alevizov dulu berada.

Menjejaki bebatuan kubus di Lapangan Merah memang menjadi suatu pengalaman tersendiri. Namun, meluangkan waktu untuk menjelajahi objek-objek wisata yang bertebaran di sekitarnya dijamin akan membekas dalam ingatan Anda selamanya!