Tujuh Model Kumis yang Mengubah Sejarah Rusia

Sejarah
TOMMY O'CALLAGHAN
Kualitas kumis bisa menciptakan atau menghancurkan seorang pemimpin.

Bulu wajah telah menjadi topik perbincangan sepanjang sejarah Rusia. Bagi Ivan yang Mengerikan, pria tanpa janggut sama seperti seorang penganut ajaran sesat. Sementara bagi Pyotr yang Agung, seorang pria berjanggut dianggap sebagai laki-laki yang tak tahu etika.

Di sisi lain, kumis baru mencapai puncak popularitas pada suatu masa antara Tsar Nikolay II yang berjanggut tebal dan Presiden Vladimir Putin yang bersih tanpa bulu wajah.

November adalah waktunya Movember (kampanye tahunan sepanjang November untuk meningkatkan kesadaran atas kesehatan laki-laki; gabungan dari “moustache” [kumis] dan November -red.). Artinya, tak ada waktu yang lebih baik selain bulan ini untuk sejenak mengagumi bulu-bulu halus di atas bibir para pria. Melalui tujuh tokoh berikut, lihatlah bagaimana model kumis orang Rusia berubah dari waktu ke waktu. Salah satunya bisa jadi menginspirasi Anda.

Pyotr yang Agung (1672 – 1725)

Mengambil peran sebagai panutan masyarakat Rusia modern dalam berpenampilan, sang tsar menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan memelihara kumis tipis. Pyotr tergila-gila dengan gaya pemerintahan dan penampilan orang Eropa. Karena itu, sang tsar memaksa para bangsawan Moskow yang berjanggut untuk bercukur. Ia bahkan menjatuhkan pajak sebesar seratus rubel pada mereka yang menolak mengikuti peraturan itu karena alasan tradisi dan membiarkan janggutnya tumbuh. Sebagai gantinya, kumis ditawarkan sebagai suatu kompromi “beradab” yang bergaya. Tak hanya itu, ia pun melarang personel militer memiliki rambut panjang di bawah bahu. Peraturan ini memang dimaksudkan untuk menciptakan citra militer yang lebih terhormat. Para boyar (anggota kelas bangsawan Rusia) menganggap penampilan baru ini sangat buruk. Namun, Pyotr tetap pada pendiriannya dan membuka jalan bagi para pemimpin Rusia pencinta kumis lainnya di masa depan.

Nikolay I (1796 – 1855)

Banyak yang bilang bahwa sang tsar dari pertengahan abad ke-19 ini terkenal dengan penampilan dan keagungannya. Sejarawan Constantin de Grunwald bahkan menyebut Nikolay sebagai “pria paling tampan di Eropa.” Penyair ternama Rusia Pushkin bahkan membandingkannya dengan Musa.

Elemen kunci paras Nikolay adalah kumisnya yang kecil dan rapi. Kumisnya itu tampak melengkapi kepercayaan diri sang autokrat yang mengesankan, yang menghancurkan Pemberontakan Polandia pada 1830 – 1831 dan menolak untuk menghapus perbudakan. Citra sang tsar sangat identik dengan gaya hidup yang sangat memperhatikan tubuh dan penampilan — sungguh metroseksual!

Aleksandr II (1818 – 1881)

Tak jelas apakah bulu wajah Aleksandr yang berantakan ini bisa dibilang sebagai janggut atau kumis. Kombinasi cambang dan berewok gaya walrus sang tsar memang sangat mengesankan. Sayangnya, ia kurang melakukan perawatan. Kami bahkan tak yakin di mana ujung kumisnya dan dari mana janggut mutton chop-nya bermula. Penampilannya yang seperti seorang kakek, ditambah dahi yang lebar dan mata cokelat yang lembut, memberikan aura rentan yang sesuai dengan kepribadian Aleksandr sebagai “tsar pembebas”, yang membebaskan budak-budak pada masa pemerintahannya. Namun, bisa jadi karena gaya jangut dan kumis sang tsar yang kurang garang itulah, ia tewas di tangan teroris revolusioner yang dikenal sebagai Narodnaya Volya (Kehendak Rakyat) pada 1881.

Aleksandr Borodin (1833 – 1887)

Pengarang opera Pangeran Igor adalah seorang pria multitalenta. Ia adalah seorang kimiawan terhormat, bintang musikal, dan sekaligus pemilik kumis tapal kuda yang pasti membuat Hulk Hogan bangga. Namun, nama keluarga Borodin sepertinya kurang cocok karena secara harfiah ia berarti “berjanggut”. Nyatanya, kumis Borodin yang menawan itu sudah pasti diakui Movember. Sang penyair juga kerap berpartisipasi dalam acara amal serta mendirikan Sekolah Kedokteran untuk Perempuan di Sankt Peterburg pada 1875.

Pyotr Stolypin (1862 – 1911)

Meskipun kombinasi kumis dan janggut ini secara teknis berada di luar peraturan Movember, model kumis Stolypin mungkin adalah yang paling bergaya dalam daftar ini. Lucunya, perdana menteri ketiga kekaisaran Rusia ini sempat menghebohkan istana karena gaya kumisnya mirip dengan gagang sepeda, tapi lebih panjang.

Sebagai salah satu tokoh terpenting dalam pemerintahan Nikolay II, Stolypin mengawasi serangkaian reformasi hak tanah dan berperan penting dalam memadamkan Revolusi 1905, sambil mempertahankan penampilan hipster ala Brooklyn.

Maxim Gorky (1868 – 1936)

Sang raksasa kesusastraan Soviet ini sangat bangga menunjukkan kumis walrusnya yang tebal, yang secara volume hanya dapat ditandingi oleh Stalin. Warna kumis tebal Gorky juga unik. Wartawan Inggris Ella Winter menggambarkannya sebagai “kertas kuning, seperti perkamen tua.” Namun, kumis Gorky memang benar-benar tampak menonjol pada tubuhnya yang kurus dan rapuh, yang semakin lemah di kemudian hari.

Selama masa mudanya, Gorky juga bisa terlihat seperti aktor Hollywood James Franco degan kumisnya yang terpisah, bersama topi bowler dan sedosis eksistensialisme. Sepertinya, mahasiswa seni belum banyak berubah.

Josef Stalin (1878 – 1953)

Model kumis khas sang pemimpin tertinggi Soviet berubah antara gaya walrus dan setang, dengan bulu tebal dan lebat yang bertengger di atas mulutnya. Setelah berpenampilan bak aktor Amerika James Dean pada masa mudanya, Stalin kemudian memelihara kumis dengan model yang dipelopori Friedrich Nietzsche yang menyiratkan pemberontakan dan mengubahnya menjadi simbol otoritas seorang ayah yang keras.

Stalin dikatakan sangat bangga dengan kumisnya, yang ia lihat sebagai cara untuk memisahakan diri dari tokoh komunis berjanggut penuh lainnya, seperti Lenin dan Marx. Penampilannya itu juga cocok dengan pakaian militer dan sepatu bot kulitnya, berbeda dengan setelan sipil yang dikenakan Lenin dan Trotsky. Untuk memastikan citranya itu tergambarkan dengan baik, Stalin diduga telah membunuh para pelukis yang gagal melukiskan kemegahan kumisnya.