Per Tahun, Indonesia Kirim 30 Orang ke Rusia untuk Belajar Nuklir

Dua orang pekerja tengah memeriksa pembangunan reaktor di unit daya BN-800 di PLTN Boyarskaya.

Dua orang pekerja tengah memeriksa pembangunan reaktor di unit daya BN-800 di PLTN Boyarskaya.

Pavel Lisitsyn/RIA Novosti
Indonesia telah menjalin kerja sama dengan BUMN Nuklir Rusia Rosatom.

Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengirimkan sekitar 20 hingga 30 orang Indonesia ke Rusia per tahunnya untuk mempelajari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Peserta yang dikirim tak hanya dari Batan, tapi juga perwakilan dari berbagai perguruan tinggi Indonesia, demikian dilaporkan Liputan6.com.

Kepala Batan Djarot Wisnubroto menjelaskan langkah tersebu diambil untuk meningkatkan pemahaman terkait pengembangan PLTN. Hal tersebut disampaikan Djarot dalam dalam lokakarya "Teknologi Nuklir: Workshop untuk Media" di Jakarta, Selasa (11/10), tulis Liputan6.com.

Saat ini, pemerintah Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Rusia, khususnya bersama perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom. Namun, kerja sama tersebut baru sebatas peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) karena pemerintah Indonesia belum memutuskan untuk membangun PLTN.

Rusia dipilih sebagai 'guru' karena sangat berpengalaman di bidang ini. Sementara mengenai kesiapan Indonesia membangun PLTN, Djarot mengakui Indonesia sudah punya modal dari segi SDM, karena beberapa perguruan tinggi ternama Indonesia seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Indonesia (UI) telah membuka jurusan Teknik Nuklir. Selain itu, Batan juga sudah melakukan beberapa studi wilayah di Indonesia. Namun, Indonesia harus mengadopsi teknologi pembangunan PLTN dari negara lain, salah satunya Rusia.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki