Kajian mengenai pembangunan PLTN di Indonesia masih terus digarap.
Press photoPLTN merupakan energi yang ramah lingkungan dan sangat efisien dibanding pembangkit tenaga listrik lain, demikian disampaikan profesor dari Universitas Nasional Riset Nuklir Russia (MEPhI) yang sekaligus menjabat sebagai perwakilan Rosatom Dmitry Samokhin, dalam kunjungan ke Jakarta, Selasa (11/10).
Menurut sang profesor, satu unit PLTN mampu menghemat 36 persen biaya produksi energi normal. Oleh karena itu, meski saat ini Indonesia masih menggodok ide untuk membangun PLTN, BUMN Nuklir Rusia Rosatom telah menyatakan kesiapannya untuk membantu Indonesia dalam hal itu.
Kajian mengenai pembangunan PLTN di Indonesia masih terus digarap. Dilaporkan Kontan, Presiden Indonesia Joko Widodo telah memerintahkan Kementerian ESDM untuk membuat cetak biru dalam terkait pengembangan tersebut.
Sementara, Kepala Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) Indonesia Djarot Sulistio Wisnubroto mengakui Indonesia memiliki potensi uranium yang sangat besar, yakni mencapai 74 ribu ton. Sebagai perbandingan, penggunaan 20 gram uranium setara dengan 400 kg batubara, 410 liter minyak, dan 350 meter kubik gas. Namun, hal itu tak membuat Indonesia terburu-buru menggandeng Rusia untuk membangun PLTN. "Kerja sama Rosatom dengan Batan lebih mengarah pada pengembangan kapasitas, belum kami belum berniat membangun PLTN," terang Djarot seperti dikutip Kontan.
Rosatom mulai melirik pasar Asia Tenggara, setelah sebelumnya perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir asal Rusia tersebut mengerjakan proyek PLTN di 12 negara di Eropa, Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dan Asia Timur.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda