Akibat Konflik di Aleppo, AS Akan Tunda Kerja Sama dengan Rusia di Suriah

AS menuduh Rusia menggunakan bahan peledak dan bom bunker-buster di area perkotaan Aleppo.

AS menuduh Rusia menggunakan bahan peledak dan bom bunker-buster di area perkotaan Aleppo.

AP
Washington dan AS saling menyalahkan atas memburuknya situasi di Aleppo.

AS akan menunda kerja sama bilateral dengan Rusia di Suriah jika Moskow tidak segera mengambil langkah untuk mengakhiri pertikaian di Aleppo dan mematuhi kembali gencatan senjata, demikian disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby seperti dikutip Sputnik.

Kirby menjelaskan pernyataan tersebut telah disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Dituturkan Kirby, Kerry mengungkapkan “keprihatinan atas situasi yang memburuk di Suriah” dan menyebut Washington beranggapan Moskow bertanggung jawab atas situasi tersebut.

“Kerry mengabarkan bahwa AS sedang menyiapkan penundaan kerja sama bilateral AS-Rusia di Suriah — termasuk terkait pembentukan Pusat Implementasi Gabungan — jika Rusia tidak segera mengambil langkah untuk mengakhiri serangan di Aleppo dan mematuhi kembali gencatan senjata,” papar Kirby.

Kerry juga menuduh Rusia menggunakan bahan peledak dan bom bunker-buster di area perkotaan Aleppo. Ia juga menyalahkan Moskow dan Damaskus atas serangan terhadap bangunan-bangunan sipil di Aleppo.

Selama beberapa hari terakhir, gencatan senjata di Suriah makin mendekati ambang kehancuran. Pertempuran di Aleppo semakin intens setelah tentara Suriah menyatakan gencatan senjata dibekukan selama seminggu pada Jumat (23/9). Mereka menyalahkan kelompok pemberontak atas terjadinya pelanggaran yang membuat gencatan senjata tidak dapat dipertahankan.

Pada Minggu (25/9), Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan luar biasa yang diusulkan oleh AS, Prancis, dan Inggris untuk mengatasi meningkatnya aksi kekerasan di Aleppo, Suriah. Selama pertemuan berlangsung, diplomat negara-negara Barat mengkritisi Rusia dan Iran dengan tajam, menuduh Moskow dan Teheran mendukung pemerintah Suriah dalam memperpanjang peperangan.

Pada Selasa (27/9), pasukan pemerintah Suriah membebaskan sebagian besar distrik al-Farafira yang terletak di sebelah barat laut Aleppo dan maju ke barisan terdepan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Di hari yang sama, Kementerian Luar Negeri Rusia merilis salinan lengkap kesepakatan Rusia-AS mengenai Suriah yang diprakarsai oleh Kerry dan Lavrov pada awal September lalu, menyebut Washington gagal mengimplementasikan tanggung jawabnya yang tercantum dalam kesepakatan tersebut.

Pihak Rusia mengaku telah mengusulkan agar dokumen tersebut dirilis ke publik, namun Washington menolak ide tersebut yang kemudian menimbulkan “beberapa pertanyaan mengenai kesungguhan AS.”

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki