Hampir sudah tidak ada lagi saksi hidup tersisa di Rusia yang ingat betul tentang masa-masa penurunan harga barang konsumsi yang dilakukan Stalin, serta lonjakan optimisme yang luar biasa di antara penduduk yang menyertai perkembangan tersebut. Sementara dunia kapitalis telah terbiasa hidup dengan kenaikan harga yang konsisten dan melihatnya sebagai tanda pertumbuhan ekonomi, Uni Soviet justru melihat fenomena tersebut sebagai hal yang berbeda. Dengan ekonomi terencana, Moskow mengukur peningkatan kesejahteraan masyarakat bukan dengan kenaikan harga, melainkan dengan penurunan harga. Jadi, dengan apa yang terjadi di negara pada akhir 1940-an: apakah itu tipuan propaganda Soviet, atau keajaiban ekonomi yang nyata?
Bertahan hidup dengan kupon jatah makanan
Pada tahun 1929, pemimpin Soviet, Joseph Stalin, pernah berkata: "Kami memiliki pengaturan harga pasar, tidak seperti yang kerap terjadi di negara-negara kapitalis. Kami biasanya menentukan harga roti. Kami menentukan harga barang-barang konsumsi. Kami mencoba untuk mengejar kebijakan untuk mengurangi biaya produksi dan menurunkan harga barang-barang konsumsi, berusaha untuk menjaga stabilitas harga produk pertanian."
Pada awal 1930-an, Stalin menghimbau penghapusan kupon jatah makanan yang berlaku saat itu. Harga-harga menjadi tinggi, dan para petani yang menjual hasil panen mereka di pasar umum merasa situasi ini menguntungkan bagi mereka — mereka dapat menetapkan harga tinggi untuk barang-barang yang mereka jual. Penghapusan kupon jatah makanan pada tahun 1935 menyebabkan penurunan harga sementara, tetapi selama tahun-tahun perang, negara itu kembali ke sistem penjatahan makanan dan barang-barang konsumsi. Hal ini berlanjut hingga tahun 1947.
Pada 1947, lebih dari sepertiga populasi Uni Soviet (62,8 juta jiwa) berada di bawah jaminan kesejahteraan negara untuk menerima roti gratis. Sistem kupon makanan tersebar luas, tetapi ada juga pasar bebas. Dengan demikian, negara ini memiliki tingkat harga yang ditentukan oleh negara yang diterapkan melalui kupon jatah makanan, serta harga komersial di pasar bebas. Pada titik tertentu, pihak berwenang memutuskan bahwa sudah waktunya untuk menjauh dari kupon ransum makanan dan menetapkan harga terpadu untuk semua bahan makanan dan barang.
Reformasi moneter tahun 1947
Pada tahun 1947, baik penduduk desa yang menjual hasil bumi mereka di pasar umum, maupun spekulan makanan, telah menghasilkan dan mengumpulkan keuntungan dalam jumlah besar. Menurut data tahun 1943-1944, porsi pendapatan dari "pertukaran barang dan jasa antara kelompok-kelompok penduduk" mencapai 56 persen dari total pendapatan seluruh penduduk. Negara menyadari bahwa sebagian penduduk telah memperoleh uang dalam jumlah besar, dan kelompok yang makmur ini bukanlah mayoritas pekerja — yang kesejahteraannya paling diperhatikan oleh negara. Jadi, pihak berwenang menemukan cara untuk menurunkan biaya hidup bagi kebanyakan orang dengan mengorbankan tabungan rakyat yang lebih mampu.
Pada Desember 1947, reformasi moneter dimulai bersamaan dengan penghapusan kupon jatah makanan, transisi ke harga terpadu, dan penerbitan uang kertas baru. Negara mengeluarkan rubel baru, dengan harga tukar 1 rubel baru setara dengan 10 rubel lama.
Para nasabah Sberkassa yang memiliki deposito berjumlah di bawah 3.000 rubel — yang menjadi ciri khas lebih dari 80% populasi — ditukar dengan perbandingan 1 banding 1. Siapa pun yang memiliki simpanan lebih dari 3.000 rubel hingga 10.000 rubel akan mendapatkan dua rubel baru untuk tiga rubel lama. Jika simpanan Anda lebih besar dari 10.000 rubel, maka dua rubel lama ditukar dengan satu rubel baru. Dengan demikian, warga negara yang kaya menjadi pihak yang paling dirugikan dalam reformasi moneter tersebut.
"Untuk meredam emosi negatif warga Soviet yang tak terelakkan akibat hilangnya sebagian tabungan mereka, penghapusan kupon jatah makanan dan penurunan harga eceran secara massal dilakukan sebelum pertukaran moneter," demikian kesimpulan para penulis buku penelitian akademis Reformasi moneter 1947 dan perannya dalam memulihkan ekonomi nasional Uni Soviet (diedit oleh R. M. Nureev dan M. A. Eksindarov, Moskow, penerbit KNORUS, 2019).
Setelah penghapusan kupon jatah, sistem harga terpadu untuk barang-barang ditetapkan — dengan mematok harga menengah antara harga negara dan harga komersial. Harga roti, tepung, dan pasta diturunkan 10-12%, karena barang-barang tersebut sangat penting bagi penduduk. Harga-harga untuk banyak barang lainnya dipatok lebih tinggi dari harga sebelumnya yang ditetapkan oleh negara. Akibatnya — kecuali untuk beberapa kelompok produk makanan — harga makanan dan barang-barang konsumsi di toko-toko tetap tinggi, bahkan lebih tinggi dari harga sebelum perang.
Beberapa barang konsumsi pun terbengkalai di gudang hingga berdebu. Untuk mengubah situasi ini, pada bulan April 1948, pemerintah menurunkan harga mobil, sepeda motor, mesin jahit, jam tangan, pemutar musik, dan barang-barang lainnya sebesar 10-20%.
Bahkan setelah penurunan harga ini, secara moneter, harga-harga tersebut masih tetap tinggi bagi masyarakat biasa. Jadi, pada bulan Maret 1949, harga-harga tersebut diturunkan lagi. Selanjutnya, harga-harga diturunkan setiap musim semi — yang terakhir terjadi pada musim semi 1953 setelah kematian Stalin. Pada tahun-tahun yang berlainan, penurunan harga berdampak pada kelompok barang yang berbeda. Misalnya, pada April 1953, terjadi penurunan harga sayuran dan buah-buahan yang sangat mencolok bagi sebagian besar orang — bahkan hampir setengahnya. Harga daging diturunkan 15%, dan harga barang-barang konsumsi diturunkan 5-30%.
Apakah penurunan harga ini merupakan 'keajaiban ekonomi'?
Koran-koran Soviet mendedikasikan seluruh halamannya untuk membahas penurunan harga, memberi tahu warga tentang kesejahteraan ekonomi dan aksesibilitas barang. Pada 2 April 1953, halaman depan Pravda memuji penurunan harga yang keenam: "Penurunan harga kali ini — sama seperti semua penurunan harga sebelumnya — adalah hasil dari pencapaian yang diraih oleh rakyat kita di bawah kepemimpinan Partai dalam mengembangkan produksi industri dan pertanian; ini adalah hasil dari pertumbuhan sistematis produktivitas tenaga kerja dan pengurangan biaya produksi. Rakyat Soviet tertarik meningkatkan produktivitas tenaga kerja mereka, karena mereka tahu bahwa hal itu akan memperkuat kekuatan ekonomi Uni Soviet dan meningkatkan standar hidup rakyat pekerja."
Memang, salah satu alasan deflasi jangka panjang tersebut adalah rekonstruksi industri pascaperang, peningkatan produksi, dan penurunan harga barang yang sangat diharapkan oleh para pekerja Soviet. Pada periode ini, negara memiliki sistem pembayaran bonus untuk karyawan, dan tenaga kerja kolektif khusus yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja yang luar biasa yang dapat berkontribusi terhadap turunnya harga barang.
Produktivitas tenaga kerja di industri tumbuh 1,7 kali lipat dari tahun 1940 hingga 1953; sementara di bidang konstruksi tumbuh 1,5 kali lipat. Oleh karena itu penurunan harga juga tampak logis.
Namun, menurut Yakov Mirkin, Profesor Ekonomi, dasar utama dari penurunan ini adalah harga sebelum perang yang meningkat; serta penyitaan uang dari penduduk selama pertukaran rubel lama dengan yang baru, termasuk akibat kondisi pertukaran yang tidak menguntungkan saat menutup deposito.
"Penduduk keluar dari reformasi moneter dengan harga negara yang dipatok 2,56 kali lebih tinggi daripada harga sebelum perang — bersamaan dengan likuidasi 90% tabungan tunai yang dimiliki masyarakat, 16% deposito, dan lebih dari 60% tabungan dalam bentuk obligasi negara," ujar Mirkin.
Selain itu, seperti yang ia catat, pertumbuhan pendapatan nasional sebanyak tiga kali lipat pada masa ini — yang menentang hukum ekonomi — melampaui pertumbuhan industri. Namun, setelah reformasi moneter yang menguntungkan negara, mungkin bagi negara untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan nasional dengan meningkatkan gaji atau melalui pengurangan harga barang eceran secara langsung. Nikita Khrushchev naik tahta pada 1953, setelah kematian Stalin, dan ia memulai reformasi ekonomi baru dan mengakhiri praktik penurunan harga yang dilakukan Stalin.
Selanjutnya, apa saja yang bisa Anda beli dengan uang $100 pada zaman Kekaisaran Rusia dan sekarang? Simak selengkapnya!
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
- ikutilah saluran Telegram kami;
- berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
- aktifkan push notifications pada situs web kami.