100 Karya Sastra Rusia yang Patut Anda Baca

Discover Russia
GEORGY MANAEV, ALEXANDRA GUZEVA, VALERIA PAIKOVA
Dari kisah kuno hingga novel modern, kami membawakan Anda pilihan buku yang semuanya dapat dianggap klasik dan abadi. Banyak diantaranya merupakan bagian dari program sekolah, tidak hanya tentang Rusia.

1. ‘Slovo o pŭlku Igorevě’ (“Kisah Kampanye Igor”) (1185)

Novel ini adalah "Kisah tragis" tentang ekspedisi Pangeran Igor yang gagal melawan Polovtsians, seorang pengembara Turki. Buku tersebut merupakan salah satu karya sastra Rusia tertua yang masih ada — diyakini telah ditulis sekitar tahun 1185. Karya yang sangat terstruktur dan kompleks, mencakup beberapa genre: kisah heroik, syair, dan epik. Menurut Dmitry Likhachev, seorang pakar abad pertengahan dan ahli bahasa di abad ke-20, tujuan dari kisah ini bukanlah untuk menunjukkan secara rinci ekspedisi sang pangeran itu sendiri, tetapi untuk mengekspos kekurangan dari perpecahan kaum bangsawan di Rusia. Karya tersebut memengaruhi banyak penulis, dan sejak abad ke-19 para penyair Rusia telah menciptakan “terjemahan” yang semakin modern.

2. ‘The Life of Archpriest Avvakum’ (“Kehidupan Archpriest Avvakum”), ditulis oleh Dirinya (1672)

Pada dasarnya semua literatur Rusia kuno dimulai dengan genre hagiografi. Para biarawan penulis sejarah secara kanonik menggambarkan kehidupan orang suci yang saleh dengan mukjizat yang mereka miliki. Buku "Kehidupan Avvakum" berbeda karena ditulis selama hidupnya, dan oleh dirinya sendiri. Teks ini penuh dengan referensi ke orang-orang tertentu, nama tempat dan detail hidupnya. Avvakum juga menyebutkan keajaiban, daftar kasus ketika dia menyembuhkan orang atau menyelamatkan mereka dari setan. Konon, tema utamanya adalah reformasi gereja Patriark Nikon (yang dia sebut sebagai murtad) dan kelahiran Kaum Kepercayaan Lama orang Rusia, sebagai pemimpin perpecahan, pada akhirnya menyebabkan Avvakum dieksekusi. Biografinya dilarang selama hampir 200 tahun, dan ketika akhirnya diterbitkan, pada tahun 1861, itu menimbulkan sensasi. Itu mempengaruhi Tolstoy, Dostoevsky dan banyak penulis lainnya.

3. Dongeng rakyat Rusia

Dongeng rakyat Rusia telah diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi; bahkan orang dewasa pun mendengarkannya di malam hari sambil menenun, menjahit, atau melakukan pekerjaan lainnya. Cerita-cerita tersebut merupakan cerita moral sehari-hari, dongeng tentang binatang dan makhluk-makhluk fantastis, dongeng tentang putri dan pangeran. Dongeng-dongeng ini pada dasarnya membentuk karakter nasional dan unsur budaya.

Semua penulis dan penyair Rusia dibesarkan dengan cerita-cerita rakyat Rusia — banyak yang menggunakan kembali atau mengadaptasinya untuk digunakan dalam karya mereka sendiri. Beberapa kreasi mereka telah begitu mengakar dalam jiwa masyarakat sehingga tidak semua orang ingat mana cerita rakyat asli dan mana yang merupakan produk imajinasi seorang penulis. Kontribusi besar untuk pelestarian warisan cerita rakyat Rusia dilakukan oleh Aleksandr Afanasiev, yang menuliskan kisah-kisah utama dan menerbitkan koleksi paling komprehensif, berjudul ‘Narodnyye russkiye skazki’ (“Cerita Rakyat Rusia") (1855-63).

4. ‘Puteshestviye iz Peterburga v Moskvu’ (“Perjalanan dari Petersburg ke Moskow”) — Aleksandr Radishchev,  (1790)

Sebagai seorang pegawai negeri, Radishchev sering melakukan perjalanan antara dua ibu kota Rusia dan mengamati kehidupan para petani di sepanjang jalan. Dia menulis laporan yang suram dan jujur tentang kehidupan di pedesaan Rusia, dan mengungkapkan pandangan yang sangat berani tentang perbudakan dan kekurangan tatanan sosial. Setelah membaca karyanya, Ekaterina yang Agung sangat marah, memerintahkan agar karya itu dilarang (baru diterbitkan pada 1905), dan mencap penulisnya sebagai "pemberontak yang lebih buruk daripada Pugachev". Radishchev dipenjara dan dijatuhi hukuman mati, tetapi hukuman ini diringankan menjadi pengasingan di Siberia. Dia adalah salah satu penulis Rusia pertama yang menderita karena mengungkapkan kebenaran.

5. ‘Bednaja Liza’(“Liza yang Malang”) — Nikolai Karamzin, (1792)

Sebuah kisah yang menguras air mata tentang bagaimana seorang bangsawan menggoda seorang gadis petani dan meninggalkannya setelah malam penuh cinta. Karya ini dianggap sebagai model kisah sentimental Rusia. "Liza yang Malang" menarik perhatian pembaca dengan plotnya yang tidak biasa dan akhir yang tragis. Selain itu, Karamzin menghindari bahasa yang terlalu formal, dan menjadi salah satu penulis pertama yang menggunakan gaya penulisan sederhana.

6. ‘Gore ot Uma’ (“Kesengsaraan Akal”) — Aleksandr Griboyedov, (1822-24)

Komedi dalam syair ini menandai revolusi nyata dalam drama Rusia: ditulis dalam bahasa yang sederhana, komedi ini menghancurkan semua kanon klasisisme abad ke-18 dan menjadi drama realis pertama. "Kesengsaraan dari kecerdasan" masih menjadi langganan di teater-teater di seluruh Rusia, dan nama-nama karakternya telah menjadi kata kunci. Aksinya berlangsung di Moskow, sepuluh tahun setelah Perang Patriotik 1812 melawan Napoleon.

Seorang pemuda yang memiliki pandangan progresif, Aleksandr Chatsky, pulang dari luar negeri. Dia pergi mengunjungi kekasih mudanya, Sofia, dengan maksud meminta restu ayahnya. Namun, ternyata Sofia telah jatuh cinta dengan pria lain. Pria yang tidak sepenuhnya menyenangkan ini mencoba mengambil hati semua orang. Chatsky yang baru pulang merasa seperti orang asing di negerinya sendir,i dan bertengkar dengan semua orang.

7. ‘Yevgeniy Onégin’ (“Eugene Onegin”) — Aleksandr Pushkin, (1823-1830)

Novel dalam sajak ini dianggap bukan hanya puncak dari karya Pushkin, tetapi juga sebagai "ensiklopedia kehidupan Rusia". Sang penulis melukiskan gambaran tentang sebuah perkebunan provinsi dan kehidupan pedesaan, dengan penggambaran Sankt Petersburg yang sekuler dan Moskow kuno.

Onegin, seorang bangsawan muda dari ibu kota, tiba di desa. Dia dengan cepat merasa bosan dan mencari hiburan, akan tetapi dirinya terlibat dalam drama: putri tetangga, Tatyana, menyatakan cinta padanya. Di sisi lain, Lensky yang merupakan tetangga dan sahabatnya, menantang Onegin untuk berduel memperebutkan saudara perempuan Tatyana yang genit....

Karya ini hampir mustahil untuk diterjemahkan karena sihir puitis Pushkin dan penemuan “bait Onegin” dengan struktur dan rima yang tepat. Di luar Rusia, ia lebih dihargai sebagai opera, yaitu karya Pyotr Tchaikovsky pada tahun 1877–1878.

8. ‘Borís Godunóv’ — Aleksandr Pushkin, (1825)

Satu lagi karya Pushkin yang "di-opera-kan" – kali ini oleh Modest Musorgsky. Sebagai sebuah drama, karya ini telah dipentaskan berkali-kali dan diadaptasi untuk layar lebar. Dalam drama yang terinspirasi oleh sejarah Shakespeare ini, Pushkin menceritakan salah satu episode paling misterius dalam sejarah Rusia: pembunuhan Tsarevich Dmitry, putra kedua Ivan si Mengerikan, Masa Kesulitan, dan kemunculan penipu si Dmitry Palsu. Berkat Pushkin, Boris Godunov dikenang dalam kesadaran publik sebagai penghasut pembunuhan Tsarevich Dmitry, yang karenanya ia dihukum oleh takdir.

9. 'The Tales of Belkin' ("Kisah-kisah Belkin") — Aleksandr Pushkin, (1830)

Pushkin dihargai dalam sastra Rusia terutama sebagai penyair, tetapi ia juga unggul sebagai dramawan dan penulis prosa, seperti yang ditunjukkan dalam siklus lima cerita yang mencekam ini. Ada kisah sentimental tentang seorang wanita bangsawan yang berdandan seperti gadis petani untuk berkenalan dengan seorang tetangga yang tampan, sementara ayah mereka bermusuhan. Dan kisah romantis tentang duel di mana salah satu peserta menunda tembakannya dan mengundang lawannya setelah beberapa tahun kemudian untuk menyelesaikan masalahnya. Dan kisah luar biasa tentang seorang perwira yang secara tidak sengaja menikah....

10. 'Mednyy vsadnik' ("Penunggang Kuda Perunggu") — Aleksandr Pushkin, (1833)

Kisah dalam syair ini adalah pujian untuk Sankt Peterburg. "Aku mencintaimu, ciptaan Pyotr" adalah salah satu kutipan paling terkenal dari karya ini. Judul cerita ini berasal dari julukan monumen berkuda Pyotr yang Agung yang terkenal dan telah menjadi simbol kota. Meskipun karya ini memuji keanggunan arsitektur kota, tetapi plot utamanya berkisar pada peristiwa nyata yang tragis: banjir besar tahun 1824, yang menghancurkan kota. Sang protagonis, yang lagi-lagi bernama Eugene, mendapati rumah pengantin wanitanya telah tersapu arus banjir dan dia telah tiada. Eugene menjadi gila dan mengitari kota, mengamati kehancuran, serta mengutuk pendiri kota, yang tidak suka dikritik… 

11. ‘Pikovaya dama’ (“Ratu Sekop”) — Aleksandr Pushkin, (1833)

Kisah kegilaan lainnya, kali ini akibat perjudian. Untuk mempelajari rahasia kesuksesan sang ‘Countess’(“perempuan bansawan”) lama dalam bermain kartu, Hermann muda memasuki kamar tidurnya dan mengancamnya, dan kemudian ia mati ketakutan. Kemudian ia bertemu dengan hantunya, yang menyebutkan urutan kartu kemenangan yang harus ia mainkan: "Tiga, tujuh, kartu as..." Tiga dan tujuh adalah pemenangnya, tetapi kartu as secara ajaib berubah menjadi ratu sekop dengan wajah Countess tua, yang tampaknya mengedipkan mata padanya untuk mengejek. Karya ini sukses besar di Eropa, dan kembali menginspirasi Tchaikovsky untuk menulis opera dengan nama yang sama.

12. ‘Kapitanskaya Dochka’ (“Putri Kapten”) — Aleksandr Pushkin, (1836)

Kapitanskaya dochka (Putri Kapten) adalah novel sejarah tentang pemberontakan petani yang dipimpin oleh Yemelyan Pugachev yang melanda seluruh Rusia pada abad ke-18. Namun lebih dari itu, novel ini adalah kisah tentang kehormatan, tugas dan cinta..

Petya Grinev muda, pergi bertugas di benteng perbatasan yang terpencil. Dalam perjalanan, seorang asing membantunya menemukan jalan di tengah badai salju yang berat. Sebagai rasa terima kasih, Grinev memberinya mantel kulit domba, sebuah tindakan yang kemudian menyelamatkan hidupnya, karena orang asing itu ternyata tidak lain adalah Pugachev sendiri. Novel ini layak dibaca jika hanya karena kalimat profetik: "Tuhan menyelamatkan kita dari pemberontakan Rusia, begitu tidak masuk akal dan tanpa ampun."

13. ‘Gerój nášego vrémeni’ (“Seorang Pahlawan di Zaman Kita”) — Mikhail Lermontov, (1839)

Lermontov dianggap sebagai penyair kedua Rusia (setelah Pushkin), dihargai karena puisi dan syair romantisnya yang berlimpah dan indah. Mempertentangkan kebaikan dan kejahatan, keagungan dan kekejian, kebebasan dan penahanan.

‘Seorang Pahlawan di Zaman Kita’ adalah satu-satunya novel prosa Lermontov. Tokoh protagonis Pechorin sedikit mengingatkan pada Onegin karya Pushkin: dingin, tidak mampu mencintai, mempertaruhkan nyawanya demi hiburan. Novel ini terdiri dari beberapa bab, masing-masing episode menggambarkan kehidupan individu Pechorin. Dimulai dengan kita membaca tentang pahlawan dari sudut pandang orang ketiga, tetapi, seiring berjalannya novel, sudut pandang menyempit, yang berakhir pada pengakuan orang pertama.



14. ‘Vechera na khutore bliz Dikan'ki’ (“Sore Hari di Peternakan Sekitar Dikanka”) — Nikolai Gogol, (1829-1832)

Kisah-kisah ini berlatar di sebuah desa kecil di Ukraina modern, yang saat itu berada di tepi Kekaisaran Rusia. Gogol banyak menggunakan kata-kata Ukraina, bahkan menyediakan glosariumnya sendiri, serta gambar-gambar pengetahuan lokal. Dalam cerita-ceritanya, ia menggambarkan adat istiadat "Rusia Kecil" (Ukraina) dan pedoman hidup mereka. Ceritanya sangat beragam, mulai dari "Malam Sebelum Natal" yang ceria hingga "Pembalasan Dendam yang Mengerikan" yang menggetarkan. Pada saat yang sama, roh-roh jahat, setan dan penyihir, semuanya memiliki karakter yang terbentuk dengan baik, masing-masing dengan kepribadiannya sendiri. Koleksi ini diterima dengan hangat oleh orang-orang di zamannya: misalnya saat Pushkin memuji bahasa Gogol yang hidup dan imajinasi yang nyata.

15. Mirgorod — Nikolai Gogol, (1835)

Koleksi ini dianggap semacam sekuel dari ‘Evenings on a Farm’ (“Malam di Sebuah Peternakan”). Dari segi plot, keduanya tidak berhubungan, tetapi sama-sama didasarkan pada cerita rakyat Ukraina. Dari keempat cerita tersebut, dua di antaranya terkenal dan telah dibuat menjadi film: "Taras Bulba" bercerita tentang seorang Cossack Zaporozhian dan kedua putranya, sementara "Viy" mungkin merupakan karya paling menakutkan dalam literasi Rusia.

16. ‘Mjórtvyje Doshi’ (“Jiwa-Jiwa yang Mati”) — Nikolai Gogol, (1835)

Meskipun ditulis dalam bentuk prosa, Gogol sendiri menggambarkan karya ini sebagai puisi — dalam arti antik dari perjalanan Dantesque melalui "lingkaran setan", dengan lirik sesat yang panjang tentang Rusia dan rakyatnya yang telah lama menderita. Karya ini dianggap sebagai puncak kesenian Gogol dan salah satu kunci untuk memahami jiwa orang Rusia.

Plotnya berkisar pada bangsawan kecil Pavel Chichikov, yang tiba di sebuah kota provinsi, berpura-pura menjadi juragan tanah yang kaya untuk mendapatkan kehormatan. Satu-satunya halangan adalah bahwa ia tidak memiliki satupun "jiwa", yaitu budak. Jadi, ia menggunakan tipu muslihat, dibantu oleh birokrasi Rusia, yang pada saat itu memungkinkan untuk membeli "jiwa-jiwa yang mati" dari pemilik tanah lokal — petani yang sudah meninggal masih tercatat hidup dalam daftar negara (sensus penduduk pada masa itu jarang terjadi dan paling buruk). Para pemilik tanah, masing-masing lebih aneh dari sebelumnya, memiliki tanggapan yang berbeda-beda terhadap usulan Chichikov....

17. ‘Revizor’ (“Inspektur Pemerintah”)  — Nikolai Gogol, (1835)

Salah satu komedi Rusia yang paling terkenal tentang korupsi, penjilat, dan sikap pejabat terhadap rakyat biasa. Drama ini masih dipentaskan secara teratur di teater-teater di seluruh Rusia dan dunia. Dalam ceritanya, sebuah kota provinsi kecil mengharapkan kunjungan penyamaran dari seorang inspektur pemerintah dari Sankt Peterburg. Namun, seorang pejabat kecil yang kebetulan berada di kota itu salah diidentifikasi sebagai tamu penting. Dia memutuskan untuk mengeksploitasi walikota dan bawahannya dengan menerima suap dan bahkan menikahkan putri walikota....

18. ‘Kto Vinovat?’ (“Siapa yang Harus Disalahkan?”) — Aleksandr Herzen, (1841-1846)

Judul novel ini adalah pertanyaan abadi bagi Rusia. Ditulis oleh tokok dan revolusioner Herzen, karya ini dianggap sebagai salah satu contoh pertama realisme Rusia. Penulis mengeksplorasi pengaruh pendidikan terhadap pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Siapa yang harus disalahkan atas fakta bahwa orang-orang tidak bahagia? Selain itu, Herzen dengan tajam mengontraskan pemikiran, orang-orang berpendidikan dengan mereka yang menjalani gaya hidup menganggur. Pada saat yang sama, ini adalah novel tentang cinta, dan pentingnya saling pengertian.

19. Oblomov — Ivan Goncharov, (1847-1859)

Novel tentang kemalasan khas Rusia ini memperkenalkan konsep "Oblomovshchina" ke dalam bahasa Rusia sehari-hari. Tokoh anti-pahlawan Goncharov, Ilya Oblomov, tidak melakukan apapun kecuali bermalas-malasan. Dia adalah seorang bangsawan — yang berarti ia tak perlu bekerja... Teman masa kecil dan lawannya, Andrey Stolz yang giat bekerja, melakukan segala hal untuknya. Satu-satunya momen dalam hidup ketika Oblomov muncul sesaat dari tidurnya ialah ketika ia jatuh cinta. Tapi bisakah laki-laki seperti itu berkomitmen untuk menikah? Menariknya, sang penulis tetap tidak memihak, tidak memihak Oblomov yang malas, maupun Stolz yang rasionalis. Baca lebih lanjut tentang "kemalasan Rusia" di sini.

20. ‘Zapiski ohotnika’ (“Sketsa Seorang Olahragawan”) — Ivan Turgenev, (1847-1851)

Cerita-cerita karya Turgenev ini didasarkan pada episode nyata yang terjadi di perkebunan keluarga. Sang penulis memperkenalkan banyak sekali karakter dan kepribadian dari pedesaan Rusia dengan perjalanan sehari-hari mereka. Cerita-cerita tersebut pertama kali diterbitkan secara berurutan di majalah sastra Sovremennik, kemudian diterbitkan sebagai buku terpisah. Karya ini dianggap sebagai terobosan di zamannya: Turgenev adalah orang pertama yang melihat orang-orang Rusia secara luas.

21. ‘Муму’ (“Mumu”) — Ivan Turgenev, (1852)

Cerita pendek ini adalah salah satu yang paling menyedihkan dalam semua literatur Rusia. Karakter utamanya — petani Gerasim dan anjingnya ‘Mumu’ — adalah nama yang sudah dikenal luas. Tanpa basa-basi, ini adalah kisah tentang bagaimana pemilik tanah tiran di Rusia, Tsar menyiksa budak-budak mereka, dan memperlakukan mereka seperti sampah....

22. ‘Dvoryanskoye Gnezdo’ (“Sarang Bangsawan”) — Ivan Turgenev, (1856-1858)

Turgenev mengangkat isu-isu kaum bangsawan, konfrontasi antara Rusia dan Barat, serta pertanyaan tentang prinsip-prinsip moral.

Kecewa dengan kehidupan di Eropa, Lavretsky kembali ke tanah miliknya di Rusia untuk menjadi petani, di mana ia langsung jatuh cinta dengan putri tetangganya, Liza. Cinta mereka saling menguntungkan, dan setelah mengetahui tentang kematian istrinya yang tetap tinggal di Eropa, dia melamarnya. Namun, tiba-tiba terungkap bahwa sang istri masih hidup. Patah hati, Liza pergi untuk tinggal di sebuah biara ...

Novel ini membentuk sudut pandang yang disebut sebagai "Gadis Turgenev" — seorang perempuan muda yang berkemauan kuat, dibesarkan di "sarang orang-orang ningrat"; judulnya telah menjadi pepatah.

23. ‘Otcy i deti’ (“Ayah dan Anak”) — Ivan Turgenev, (1860-1861)

Arkady Kirsanov muda pulang ke rumah ayahnya, ditemani oleh temannya Yevgeny Bazarov — seorang mahasiswa nihilis. Bazarov sedang belajar menjadi dokter dan berniat untuk membantu kaum tani. Dia menolak semua otoritas, berdebat dengan ayah pemilik tanah dan paman aristokrat Arkady, yang keduanya memegang pandangan liberal. Namun, bahkan seorang yang nihil sekali pun tak kebal terhadap cinta....

Para penulis Rusia sebelumnya telah menyentuh topik konflik generasi — Griboyedov yang disebutkan di dalam ‘Gore ot Uma’ (“Kesengsaraan Akal”) — tetapi novel Turgenev-lah yang benar-benar memicu topik tersebut. Dia juga mengejek kaum bangsawan yang terlalu halus, memperkenalkan pahlawan progresif baru, dan mencatat bahwa kehidupan nyata terletak pada kerja keras, bukan pada kemalasan.

24. ‘Détstvo’ (“Masa Kanak-Kanak”) — Leo Tolstoy, (1852)

Salah satu karya sastra Rusia pertama yang sangat psikologis. Tolstoy dengan terampil menyampaikan peristiwa dan perasaan dari sudut pandang anak kecil. Bagian pertama dari trilogi otobiografi ini, merupakan sebuah upaya penulis untuk mengulik dirinya sendiri dan sifat alami dari banyaknya perasaan. Tolstoy menempatkan kebencian, rasa malu dan kegembiraan — perasaan yang dialami setiap anak — dengan detail. Pahlawan dalam kisah ini adalah Nikolay kecil, yang harus meninggalkan ibu tercintanya dan pergi ke Moskow bersama ayahnya. Kemudian, ibunya meninggal, dan masa kecilnya yang bahagia pun berakhir.

25. ‘Voyna i Mir’ (“Perang dan Damai”) — Leo Tolstoy, (1863-69)

Karya terbaik Tolstoy, sebuah novel epik empat jilid yang dikenal dan dicintai di seluruh dunia. Novel ini menceritakan kisah beberapa keluarga Rusia dengan latar belakang peristiwa bersejarah yang krusial, terutama perang Kekaisaran Rusia dengan Prancis Napoleon. Narasinya mencakup cinta dan pengkhianatan, perang dan perdamaian yang diraih dengan susah payah, baik secara politis maupun emosional. Tolstoy berbicara atas nama ratusan karakter (termasuk Napoleon sendiri), masing-masing dengan suara unik mereka sendiri, dalam dan berwarna. Bagi mereka yang merasa gentar dengan novel ini seperti halnya orang Prancis terhadap musim dingin Rusia, kami merekomendasikan adaptasi film Soviet pemenang Oscar yang disutradarai oleh legenda mendiang Sergey Bondarchuk.

26. Anna Karenina — Leo Tolstoy, (1873-77)

Novel agung lainnya dari Tolstoy. Tetapi tidak seperti dalam ‘Voyna i mir’ (“Perang dan Damai”), fokus penulis di sini bukan pada peristiwa sejarah yang menentukan zaman, tetapi pada bahagia dan kesengsaraan kehidupan keluarga. Tema ini sangat dekat dengan hati sang penulis sendiri. Terlebih lagi, Tolstoy sendiri "membintangi" novel ini: dalam diri Konstantin Levin (Lev adalah bahasa Rusia untuk Leo), seperti Tolstoy, menarik diri dari pergaulan kelas atas (bangsawan) demi membajak ladang bersama para petani.

27. ‘Voskreséniye’ (“Kebangkitan”) — Leo Tolstoy, (1889-1899)

Novel terakhir Tolstoy, yang dianggapnya sebagai karya terbaiknya. Ini adalah kisah tentang penebusan dosa seorang perwira yang dulunya suka bergaul secara bebas, yang merayu perempuan tak berdosa dengan bibinya dan kemudian meninggalkannya dalam keadaan hamil — dengan asumsi bahwa dia bisa membayarnya. Baginya, itu adalah hal sepele, tetapi kehidupan gadis itu hancur. Berjalannya waktu mereka bertemu lagi di pengadilan: laki-laki ini sebagai juri yang bosan, dan perempuan sebagai terdakwa. Setelah mendengar kisah yang mengerikan dari terdakwa, sang perwira mengalami kebangkitan batin. Dia mengikutinya ke koloni hukuman untuk menebus dosanya.... Novel ini mencerminkan pergulatan spiritual Tolstoy sendiri, dan dianggap sebagai puncak dari refleksinya tentang makna hidup dan sifat kebaikan. Baca lebih lanjut tentang buku-buku Tolstoy di sini.

28. ‘Groza’ (“Hujan Badai”) —  Aleksandr Ostrovsky, (1859)

Salah satu drama paling populer di Rusia, aksi ini terjadi di sebuah kota provinsi fiksi, rumah bagi keluarga Kabanov, sebuah keluarga pedagang yang sangat patriarki. Menantu perempuan muda, Katerina, menderita karena kekejaman ibu mertuanya, dan ketidakpedulian suaminya. Dia ingat suasana penuh kasih sayang dalam keluarganya sebelum menikah. Katerina jatuh cinta dengan pria lain, dan bertemu dengannya secara diam-diam. Namun, karena tidak tahan dengan tipu dayanya sendiri, ia mengaku kepada suaminya di hadapan ibu mertuanya. Bagi Katerina, hanya ada satu jalan keluar dari kesulitannya....

Seorang kritikus kontemporer menggambarkan sang pahlawan wanita sebagai "secercah cahaya dalam kerajaan kegelapan" — dia lebih visioner dari masyarakat di sekitarnya yang kaku, berani hidup sesuai dengan kata hatinya dan tidak dikendalikan oleh keadaan.

29. ‘Bespridannitsa’ (“Tanpa Mahar”) — Alksandr Ostrovsky, (1874-78)

Drama lain dari Ostrovsky yang berurusan dengan masalah sosial yang akut: pernikahan demi kenyamanan. Si cantik Larisa sangat populer di kalangan laki-laki, tetapi gadis yang tinggal bersama ibunya yang janda ini, tidak memiliki mas kawin untuk dibicarakan. Untuk mencari jodoh yang cocok, sang ibu menerima semua jenis tamu pria di rumah, dan Larisa memutuskan untuk menikahi orang pertama yang mendekatinya untuk menjauh dari itu semua ... Karena Larisa masih mencintai Paratov pemilik kapal yang kaya raya, dan dia, tidak dapat menahan diri, menghabiskan malamnya bersama Larisa. Namun,  keesokan paginya Paratov mengumumkan bahwa dia sudah memiliki pengantin lain yang kaya. Untuk menyelamatkan kehormatan Larisa, para pelamar yang diundang oleh ibunya melempar koin — pemenangnya akan membawanya pergi dari kota.

Drama ini diterima dengan dingin oleh para kritikus, yang menyebutnya hanya sebuah karya lain tentang "seorang gadis bodoh yang tergoda". Namun, drama ini memiliki dampak besar pada drama Rusia karena pemeran utama perempuannya yang kuat, yang tidak takut untuk melawan masyarakat, dan penggambaran masyarakat pria yang telah melupakan arti kehormatan dan martabat. Drama ini dipentaskan di Moskow dan Sankt Peterburg dengan sukses besar, dan kemudian diubah menjadi film "A Cruel Romance" yang dibintangi Eldar Ryazanov.

30. ‘Chto délat'?’ (“Apa yang Harus Dilakukan?”) — Nikolay Chernyshevsky, (1862-63)

Chernyshevsky menulis karya ini di sel penjara, di mana dia dipenjara karena menyebarkan sentimen revolusioner. "Apa yang Harus Dilakukan?" memberikan kejutan ke seluruh masyarakat (itu sangat menginspirasi Vladimir Lenin sehingga ia mengangkat gelar untuk politiknya sendiri). Di bawah kulit terluar sebuah novel, yang sebagian ditulis sebagai tanggapan terhadap "Ayah dan Anak" karya Turgenev, Chernyshevsky memaparkan pemikirannya yang mendalam tentang fenomena ekonomi dan sosial baru, tentang feminisme dan nihilisme. Dengan jelas mengisyaratkan keniscayaan revolusi di Rusia. Namun, alih-alih nihilis Turgenev, Bazarov, Chernyshevsky membumbui karyanya dengan "orang baru" yang menyimpan pandangan radikal tentang cara melayani masyarakat.

31. ‘Ledi Makbet Mtsenskovo Uyezda’ (“Perempuan Macbeth dari Distrik Mtsensk”) — Nikolai Leskov, (1864)

Leskov tidak begitu dikenal di luar Rusia, namun di Barat karya ini, yang didasarkan pada pahlawan perempuan pembunuh ‘Shakespeare’, telah dibuat menjadi sebuah film. Ini adalah kisah istri pedagang muda Katerina Izmailova, yang tinggal di distrik Mtsensk di wilayah Oryol. Suaminya terus-menerus pergi untuk urusan bisnis, dan dia mendapati dirinya sendirian dan bosan di rumah besar itu. Katerina sepatutnya jatuh cinta dengan manajer real tampan Sergey, dan mereka memiliki hubungan cinta badai, yang ayah mertua sengaja menemukan ... Untuk menyelamatkan kekasihnya, Katerina memutuskan pembunuhan, dan bukan hanya satu.

Kritikus kontemporer terpesona atas penggambaran Leskov tentang "kegelapan" kehidupan pedagang, terikat dalam uang dan gairah, dan bagaimana ia menggabungkannya ke dalam tragedi proporsi Shakespeare.

32. Lefty — Nikolay Leskov, (1881)

Tsar Rusia berkunjung ke Inggris, di mana ia diperlihatkan keajaiban rekayasa: mekanis seukuran kutu (sangat kecil). Kembali ke Rusia, para insinyur ditugaskan untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik untuk memukau orang Inggris. Di sebuah pabrik senjata di Tula, "orang kidal yang bermata juling" mencapai hal yang luar biasa: ia meletakkan sepatu kuda mini pada kutu. "Lefty" dihargai untuk pekerjaannya, di mana dia memulai pertarungan minum yang menyebabkan kematiannya. Pada masa Leskov, mabuk adalah momok nasional, dan kisah menyedihkan ini menyoroti karakter "Rusia".

33. ‘Prestupléniye i nakazániye’ (“Kejahatan dan Hukuman”) — Fedor Dostoevsky, (1865-66)

Siswa miskin Rodion Raskolnikov, hampir tidak mampu memenuhi kebutuhan, terpaksa meminjam uang dari seorang pegadaian tua. Bosan dengan keberadaannya yang pengemis, dia mengajukan pertanyaan filosofis pada dirinya sendiri: apakah saya makhluk yang gemetar atau apakah saya benar…? Untuk membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia adalah penguasa nasibnya sendiri, dia memutuskan untuk melakukan kejahatan — bukan kejahatan sembarang: membunuh pegadaian tua.

Dostoevsky merenungkan sifat kekerasan, dan keadaan yang dapat memaksa seseorang untuk mengambil tindakan ekstrim: pembunuhan atau pelacuran, seperti yang harus dilakukan oleh Sonya Marmeladova yang dicintai protagonis. Novel ini juga merupakan pernyataan mendalam tentang pencarian makna hidup.

34. ‘Idiót’ (“si Bodoh”) — Fedor Dostoevsky, (1868)

Dostoevsky dikenal karena menyelidiki kejahatan yang bersembunyi di dalam jiwa manusia, tetapi dalam novel ini ia tidak hanya menggambarkan karakter positif, tetapi juga orang yang hampir ideal, dengan karakteristik seperti Kristus. Pangeran Myshkin — naif, percaya, tidak terpengaruh — menemukan dirinya di pusat pusaran nafsu, tetapi naik di atas kerumunan pembohong dan di sekitar pemabuk. Bahkan di Nastasya Filippovna, yang dianggap oleh masyarakat sebagai wanita yang "jatuh", sang pahlawan hanya melihat keindahan dan kebaikan, menjadi diilhami oleh kasih sayang yang luar biasa untuknya.

35. ‘Bésy’ (“Iblis”) — Fedor Dostoevsky, (1871-72)

Setelah Byronic, setan Stavrogin pulang ke Rusia dari luar negeri, kota provinsi di mana aksi berlangsung dilanda pembunuhan, pembakaran dan intrik… "Iblis" adalah novel paling politik Dostoevsky dan mengungkapkan perasaannya (penghinaan) untuk suasana radikal baru di Rusia. Hal itu adalah waktu yang mudah berubah, dengan kelompok teroris yang bermunculan di mana-mana, dan ide-ide revolusioner menembus struktur masyarakat. Slavophile Dostoevsky yang diakui sangat terganggu oleh tren, yang ia tuduhkan pada orang Barat dan nihil. Mengingat Revolusi Oktober 1917, beberapa orang melihat novel itu sebagai kenabian.

36. ‘Brat'ya Karamazovy’ (“Karamazov Bersaudara”) — Fedor Dostoevsky, (1878-1880)

Novel terakhir dan terbesar dari Dostoevsky, dan intisari dari refleksi mendalamnya tentang iman, moralitas, tugas dan cinta. Karya monumental ini adalah bagian dari refleksi teologis, bagian dari cerita detektif: plot berkisar pada pembunuhan Fyodor Karamazov oleh salah satu putranya. Tema uang dan persaingan cinta ayah-anak yang mendahului Freud terjalin ke dalam narasi. Bagian akhir menampilkan adegan pengadilan yang dramatis, di mana kesaksian saksi membuat pembaca dalam ketegangan sampai akhir.

37. ‘Istoriya Odnogo Goroda’ (“Sejarah Sebuah Kota”) — Mikhail Saltykov-Shchedrin, (1870)

Saltykov-Shchedrin adalah salah satu satiris terbesar sastra Rusia, sering dibandingkan dengan Gogol. Dalam kronik kota fiksi Glpov ("Stupidville") ini, penulis menulis sindiran tentang keseluruhan Rusia dan sejarahnya. Novel ini menceritakan pemerintahan beberapa gubernur kota: semua penerima suap, orang bodoh, dan pendosa. Untuk memprovokasi rasa jijik yang klimaks pada pembaca, penulis memberikan semua karakter atribut aneh dan menggunakan alegori dan phantasmagoria secara ekstensif.

38. ‘Gospoda Golovlyovy’ (“Keluarga Golovlyov”) — Mikhail Saltykov-Shchedrin, (1880)

Tidak menunjukkan belas kasihan kepada karakternya, Saltykov-Shchedrin melukiskan gambaran suram tentang kehidupan bangsawan. Ini adalah novel tentang pemiskinan dan kematian satu keluarga bangsawan, dan tentu saja seluruh bangsawan Rusia. Penulis menyajikan “sarang orang-orang baik” yang sangat berbeda — bukan benteng nilai-nilai keluarga yang indah, tetapi pembusukan dan kehancuran (belum lagi sikap apatis dan kemunafikan) dari kehidupan tuan tanah. Mungkin contoh pertama dalam literatur "toxic" (seperti yang akan kita katakan sekarang) hubungan keluarga. Seorang ibu yang sombong dan cepat marah, seorang anak laki-laki pemalas yang menghambur-hamburkan uang keluarga, seorang anak perempuan yang kawin lari dengan seorang prajurit berkuda… Novel ini menjadi hit besar di kalangan orang-orang di zamannya.

39. ‘Komú na Rusí zhit' horoshó’ (“Siapa yang Bisa Bahagia dan Bebas di Rusia?”) — Nikolay Nekrasov, (1874)

Sebuah puisi yang agak Homer, tetapi berdasarkan cerita rakyat Rusia. Tujuh petani berdebat tentang siapa yang bahagia dan bebas di Rusia: seorang pendeta, pedagang, pemilik tanah yang kaya, atau tsar? dan mereka memulai perjalanan untuk mencari orang-orang yang bahagia. Namun, apakah mereka akan menemukannya? Karena karya tersebut mengungkap penderitaan buruk para petani, dan mengkritik perbudakan (serta reformasi yang menghapusnya pada tahun 1861, yang hanya membuat hidup lebih buruk bagi pemilik tanah dan petani), Nekrasov mengalami masalah dengan sensor, yang memaksanya untuk dibuat perubahan. Nekrasov juga prihatin dengan nasib perempuan Rusia, yang nasibnya tidak menyenangkan, ia gambarkan dengan tajam.

40. Cerita Pendek — Anton Chekhov, (1885-1903)

Chekhov dianggap sebagai master genre cerita pendek. Penulis pepatah "Ringkasnya adalah adik dari bakat" menulis lebih dari 500 cerita, yang dapat disejajarkan dengan artistik dengan novel hebat apa pun. Terlepas dari kesuksesannya sebagai penulis dan dramawan, Chekhov terus belajar kedokteran sepanjang hidupnya, menggambar banyak karakternya dari berbagai pasiennya. Chekhov menulis banyak cerita pendek yang bagus, terlalu banyak untuk disebutkan, tetapi ‘Palata nomer shest’ (“Bangsal No. 6”); tentang kegilaan individu dan, yang lebih berbahaya, kegilaan kolektif, “Dushechka” (‘Sayang”); tentang seorang wanita yang tunduk pada kepentingan suaminya, dan ‘Chelovek v futlyare’ (“Pria dalam Kasus”); tentang memagari diri dari dunia luar — sangat tidak bisa untuk dilewatkan.

41. ‘Tri Sestry’ (“Tiga Saudara Perempuan”) — Anton Chekhov, (1900)

Setelah keberhasilan drama ‘Cháyka’ (“Burung Camar”) dan ‘Dyádya Ványa’ (“Paman Vanya”), yang dipentaskan di Teater Seni Moskow, Chekhov menulis sebuah drama baru, yang masih menjadi pokok dalam repertoar banyak teater Rusia dan asing. Tiga saudara perempuan dari gelar tersebut adalah perempuan muda yang berpikiran progresif; ayah mereka telah meninggal, dan mereka yang tinggal bersama saudara laki-laki mereka dan menghabiskan sepanjang hari menerima tamu. Mereka membuat rencana untuk meninggalkan kota mereka menuju cahaya terang Moskow, di mana mereka akan bekerja dan melakukan perbuatan yang layak. Tapi impian tinggi mereka tetap seperti itu… Sangat Chekhovian.

42. ‘Vishnyovyi Sad’ (“Kebun Bunga Sakura”) — Anton Chekhov, (1903)

Drama terakhir Chekhov. Pemilik tanah Ranevskaya yang bangkrut terpaksa menjual rumahnya dengan kebun ceri yang indah. Tindakan yang membuatnya takut, pembeli baru mengusulkan untuk menebangnya, membagi tanah itu dan menyewakannya kepada pengunjung dacha musim panas. Lakon yang diakhiri dengan suara pohon yang ditebang ini menceritakan tentang kemerosotan aristokrasi. Dunia baru yang kejam menggantikan yang lama. Setahun setelah itu ditulis, sutradara dan produser teater besar Konstantin Stanislavsky dan Vladimir Nemirovich-Danchenko mementaskannya di Teater Seni Moskow dengan pujian luar biasa.

43. ‘Na dne’ (“di Dasar”) — Maxim Gorky, (1902)

Drama paling terkenal oleh penulis proletar Gorky dan sebuah himne untuk lapisan masyarakat yang lebih rendah. Setelah membaca drama itu, Tolstoy berseru kepada Gorky dengan heran: "Untuk apa kamu menulis ini?" Dia tidak bisa membayangkan bahwa penonton teater akan tertarik pada drama tentang tempat penampungan tunawisma, yang menggambarkan pelacur dan pecandu alkohol, kutil secara harfiah dan semuanya. Namun, Tolstoy terbukti salah, dan drama kehidupan nyata ini sukses besar di panggung Teater Seni Moskow, serta di Jerman.

44. ‘Mat' (“Ibu”) — Maxim Gorky, (1906)

Sebuah novel tentang revolusi, dan gerakan buruh. Dicengkeram oleh demam revolusioner, pekerja pabrik Pavel Vlasov mendiskusikan masalah sosial dengan teman-teman dan mulai membagikan selebaran tentang proletariat yang tertindas. Namun, dia ditangkap, di mana ibunya mulai membagikan selebaran menggantikannya… Pada tahun 1926, sutradara Soviet Vsevolod Pudovkin membuat film bisu berdasarkan novel tersebut, yang menjadi film klasik perfilman Soviet awal.

45. ‘Detstvo’ (“Masa Kecilku”) — Maxim Gorky, (1913–1914)

Seperti Tolstoy, Gorky menulis trilogi otobiografi. Bagian pertama, masa kecil, adalah kisah hidup dengan penuh warna, tentang kehidupan seorang anak laki-laki yang tumbuh di Nizhny Novgorod. Cinta ibu, pemukulan kakek, sekolah yang keras - Gorky mengalami semua ini dan menggambarkan kehidupan provinsi Rusia dengan cara yang sangat atmosferik.

46. ‘The Red Laugh’ (“Tawa si Merah”) —  Leonid Andreyev, (1904)

Gaya Andreyev seperti sidik jari: unik. Dunia sastranya yang neurotik dipenuhi dengan pikiran, kata-kata, dan metafora. Dalam The Red Laugh, yang ditulis pada puncak Perang Rusia-Jepang, Andreyev, salah satu penulis Rusia paling berbakat di Zaman Perak, membahas kengerian pertempuran. Sang narator, seorang perwira artileri, menemukan dirinya berada di tengah-tengah permusuhan. Dia dikejar oleh "tawa merah" yang menghantui, semacam metafora yang berhubungan dengan darah untuk perang yang tidak masuk akal. Perang sekaligus merupakan "es nekrotik yang mengerikan", "udara merah", "orang mati yang dibangkitkan", "tawa merah" dan, akhirnya, kegilaan yang tulus dan mematikan. Jika ada satu kisah antimiliteris yang mampu membangkitkan rasa jijik fisik yang mendalam terhadap perang, tidak diragukan lagi itu adalah Red Laugh.

47. ‘Rasskaz O Semi Poveshennykh’ (“Tujuh Orang yang Digantung”) — Leonid Andreyev, (1907)

Prosa Andreyev meledak seperti campuran molotov mistisisme, agama, eksistensialisme, dan simbolisme. "Bukan kematian yang mengerikan, tetapi tentang pengetahuan; dan akan sangat mustahil untuk hidup jika seseorang mengetahui jam kematiannya", tulis Andreyev dalam kisah suram dan pesimistis tentang kaum revolusioner yang dihukum di tiang gantung. Kisah ini adalah risalah yang kuat tentang kehidupan dan kematian, di mana keadaan batin penulisnya sejalan dengan perasaan protagonisnya yang dihukum.

48. Petersburg — Andrey Bely, (1913)

“Dia orang Rusia sampai ke inti keberadaannya; di dalam dirinya kekacauan Rusia bergerak”, kata filsuf Nikolay Berdyaev tentang Andrey Bely, menyebut penulis simbolis sebagai pewaris tradisi Gogol dan Dostoevsky. Boris Pasternak membandingkan Bely dengan Marcel Proust, dan menyebut James Joyce "murid Andrey Bely". Seperti Ulysses, Petersburg yang modern menggunakan teknik aliran kesadaran, mengacu pada pendirian kota oleh Pyotr I (yang Agung) pada tahun 1703; Sankt Peterburg sendiri menjadi unit artistik tersendiri dengan latar belakang Revolusi Rusia tahun 1905.

49. ‘My’ (“Kita”) — Yevgeny Zamyatin, (1920)

Dalam mahakarya dystopian profetiknya, Zamyatin secara artistik menggambarkan negara totaliter yang dibangun di atas prinsip-prinsip kontrol total atas individu. Novel ini berlatar belakang masa depan yang jauh, di sebuah kota di mana segala sesuatu diatur oleh ‘Tablet Waktu’, yang mendikte kehidupan mereka, dan nama-nama orang, seperti di kamp konsentrasi, digantikan oleh huruf dan angka, seperti, D-503 atau O-90. Semua warga ‘OneState’ harus mengikuti jadwal yang ketat siang dan malam; bahkan bercinta pun diatur dengan ketat.

Untuk semua realisme yang menakutkan, "Kita" karya Zamyatin menemukan ruang untuk ironi dan alegori. "Kita berjalan — tubuh berkepala sejuta; dan di dalam diri kita masing-masing bersemayam kegembiraan yang rendah hati yang dengannya semua molekul, atom, dan fagosit hidup". Novel Zamyatin membentuk weltanschauung setidaknya empat jenius sastra (George Orwell, Kurt Vonnegut, Aldous Huxley, Vladimir Nabokov), meskipun tidak pernah diterbitkan di Rusia selama masa hidup penulisnya. Distopia ini pertama kali diterbitkan secara keseluruhan dalam bahasa Inggris pada tahun 1924.

50. ‘Mi′tina Lyubo′v’ (“Cinta Mi’tina”) — Ivan Bunin, (1924)

Dalam kisah pedih tentang cinta yang menyiksa, Bunin melukiskan potret psikologis Mitya, seorang pemuda dengan "mata Bizantium" yang jatuh cinta dengan Katya, seorang siswa di sekolah teater swasta. Cinta, seperti yang diketahui semua orang, hanya selangkah (lebih tepatnya, satu tembakan) dari kecemburuan, terutama ketika bertepuk sebelah tangan, dan tanpa harapan. "Tidak ada sesuatu pun di bumi atau di surga yang lebih mengerikan, lebih menarik dan lebih misterius daripada cinta", tulis Bunin. Betapa benarnya dia!

51. ‘Tyomnyie Alleyi’ (“Jalan Gelap”) —Ivan Bunin, (1944–1949)

Ivan Bunin, master sempurna dari prosa pendek yang mudah dibentuk, adalah hal yang paling berani dari semua penulis Rusia dalam menggambarkan cinta sensual. "Masing-masing dari kita mungkin memiliki kenangan cinta yang sangat berharga atau dosa cinta yang sangat menyedihkan", tulisnya. Bunin mengangkat gairah, nafsu, dan cinta ke tingkat yang sama sekali baru dalam kumpulan cerita pendeknya yang terkenal, “Jalan Gelap”, yang didedikasikan untuk cara kerja cinta di belakang panggung, penanaman perasaan, dan benturan pandangan yang berlawanan.

52. ‘Tri Tolstyaka’ (“Tiga Laki-laki Gemuk”) — Yuri Olesha, (1924)

Setelah penerbitan "Tiga Pria Gemuk", "dongeng revolusioner" pertama dalam sastra Soviet, Yuri Olesha menjadi terkenal. Bagaimanapun, ia telah menulis sebuah karya yang benar-benar bernuansa Eropa: revolusioner dalam konsep, quixotic dalam semangat, ekspresif dalam konten. Novel ini terjadi di sebuah negara yang diperintah oleh aristokrasi yang serakah dan tak pernah puas, yang dipimpin oleh "Tiga Pria Gemuk". Seorang anak laki-laki kesepian bernama Tutti akan menjadi pewaris mereka. Anak itu tidak diizinkan bermain dengan teman sebayanya; satu-satunya teman hidupnya adalah boneka bernama Suok. Tapi tidak semuanya buruk. Seorang ilmuwan pemberani, yang juga seorang dokter, membawa harapan akan "masa depan yang cerah" selama pemberontakan yang dipimpin oleh Prospero si Pandai Besi dan Tibul si Akrobat.

Lebih dari satu generasi anak-anak dan orang dewasa telah dibesarkan dengan "Tiga Pria Gemuk". Diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, buku ini memiliki banyak pengagum di seluruh dunia.

53. ‘Zavist' (“Iri”) — Yuri Olesha, (1927)

‘Iri’ menandai puncak karya sastra Yuri Olesha. "Saya yakin bahwa saya telah menulis sebuah buku yang akan hidup selama berabad-abad", kata sang penulis sendiri dengan rendah hati. Tokoh utama novel ini, Nikolay Kavalerov, adalah seorang intelektual, pemimpi, dan penyair - orang luar dalam realitas Soviet. Kepala pabrik pengolahan daging setempat, Andrey Babichev, adalah kebalikannya. Kavalerov tidak memiliki harapan untuk meniru Babichev yang "membuat sosis". Iri hati adalah nasibnya dalam kehidupan. Dia memimpikan pujian, seperti narapidana yang memimpikan kebebasan. "Di negara kita, jalan kemuliaan terhalang oleh penghalang ... Orang berbakat harus layu atau menaikkan penghalang dan menghadapi penghukuman". Kavalerov adalah alter ego dari Olesha sendiri, yang tidak pernah berhasil beradaptasi dengan realitas yang dipaksakan oleh para pembangun komunisme.

54. ‘Odesskiye razzkazy’ (“Kisah Odessa”) — Isaac Babel, (1924)

"Babel menulis tentang orang Yahudi dengan cepat, terkadang dengan penuh cemoohan", komentar John Updike. Cerita Odessa Babel yang terkenal tentang gangster Yahudi yang "gagah" dan pemimpin mereka yang tak tergantikan, Benya Krik, mengilhami seluruh generasi penulis Amerika, termasuk Bernard Malamud, Saul Bellow, dan Philip Roth, untuk memulai pencarian sastra mereka sendiri dalam nada kriminal yang sama. Lahir di Odessa, Babel menghabiskan sebagian besar waktunya di antara palu dan landasan, mencoba untuk tetap berhubungan dengan akar Yahudinya sambil mempertahankan semacam status quo. Humor memungkinkan Babel untuk menjauhkan diri dari karakter-karakternya, tidak bersahabat dengan mereka, sambil tetap bersahabat.

55. ‘Sobachye serdtse’ (“Hati dari Seekor Anjing”) — Mikhail Bulgakov, (1925)

Ditulis pada tahun 1925, novel ini baru diterbitkan pada tahun 1987. Sensor Soviet melarangnya karena alasan ideologis. Di tengah-tengah karya yang berlatar pertengahan 1920-an ini, ada seorang ahli bedah brilian Profesor Preobrazhensky (yang namanya berarti "transformasi"), yang melakukan eksperimen yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia mentransplantasikan kelenjar hipofisis manusia ke dalam seekor anjing liar, yang di depan matanya berubah menjadi makhluk humanoid, yang mengadopsi nama absurd Poligraf Poligrafovich Sharikov. Dia primitif dan kasar secara ekstrim, minum, merokok, dan mengumpat seperti pelaut.

Sharikov segera pindah ke apartemen tujuh kamar sang profesor di Moskow sebagai pemilik baru - sebuah metafora untuk revolusi dan perampasan kaum borjuis pasca-1917. Meskipun dari sudut pandang ilmiah, eksperimen sang profesor merupakan keberhasilan yang fenomenal, Bulgakov, dengan anggukan pada "Metamorfosis" karya Kafka dan "Frankenstein" karya Mary Shelley, memperingatkan agar tidak melakukan "transformasi" semacam itu - lebih baik membiarkan anjing tidur berbaring, secara harfiah.

56. ‘Belaya Gvardiya’ (“Penjaga Putih”) — Mikhail Bulgakov, (1925)

Bulgakov was born in Kiev (then part of the Russian Empire) into a large family. The warm spiritual atmosphere of his childhood is reflected in his masterful play The Days of the Turbins, which he reworked into the epic novel “The White Guard.”

“The White Guard” is not only an outstanding historical novel written in the finest Tolstoyan traditions, but also a “Russian Forsyte Saga” – about a family of Russian intellectuals, and their friends and relatives, who find themselves caught up in the blood-soaked civil war that came hard on the heels of the October Revolution.

57. ‘Master i Margarita’ (“Tuan dan Margarita”) — Mikhail Bulgakov, (1940)

Novel terbesar Bulgakov baru terbit pada tahun 1966 setelah Khrushchev Thaw, 26 tahun setelah kematian sang penulis. Ini adalah kisah satir dan supernatural tentang bagaimana iblis dan rombongan iblisnya berkunjung ke Moskow tahun 1930-an. Dalam karya metafisik ini, Setan Bulgakov (disebut Woland, nama Jermanik kuno untuk iblis) adalah sosok yang ambivalen, "bagian dari kekuatan yang selamanya menginginkan kejahatan dan selamanya melakukan kebaikan." Woland menentang kejahatan baru: birokratis, impersonal, Soviet. Satu-satunya keselamatan dalam novel ini, seperti dalam kehidupan, adalah melalui cinta dan pengorbanan diri. Seperti Faust, Margarita menjual jiwanya dan menjadi penyihir untuk menyelamatkan sang Guru, pria yang dicintainya. Buku ini dikenal dengan pepatah: "Naskah tidak terbakar."

58. ‘Dvenadtsat Stulyev’ (“Dua Belas Kursi”) — Ilya Ilf dan Evgeny Petrov, (1927)

Ostap Bender yang nakal dan sahabat karibnya yang naif, Kisa Vorobyaninov, berangkat untuk mencari berlian Madame Petukhova, yang disembunyikan di salah satu dari 12 kursi dari set ruang makan keluarga yang hilang setelah revolusi. Dalam perjalanan yang sarat petualangan, mereka mengasah keterampilan mereka sebagai penipu ulung. Novel kultus ini adalah sumber yang kaya akan pepatah dan kata-kata mutiara, menjerumuskan lebih dari satu generasi pembaca ke dalam atmosfer tahun 1920-an di Rusia Soviet. Karya ini bukan hanya harta karun berupa sindiran dan humor rakyat, tetapi juga ejekan terselubung yang terampil terhadap kekuasaan dan ideologi Soviet.

59. ‘Zolotoy Telyonok’  (“Anak Sapi Emas Kecil”) — Ilya Ilf dan Evgeny Petrov, (1931)

Ostap Bender si penipu yang menyenangkan (hanya sekedar) masih hidup. Dalam sekuel "The Twelve Chairs" ini, ia berusaha menjadi jutawan dengan cara yang adil atau curang (kebanyakan curang) dan memenuhi impian masa kecilnya untuk pindah ke Rio de Janeiro. Yang harus dia lakukan adalah melacak jutawan Alexander Koreiko yang sulit dipahami dan memerasnya. Apa yang mungkin salah?

60. ‘Tikhiy Don’ (“Tenanglah Don”) — Mikhail Sholokhov, (1928-1940)

Penulis Soviet Mikhail Sholokhov menulis ‘And Quiet Flows the Don’ (“Keheningan Mengalir Don") pada usia 22 tahun. Pada 1965, ia dianugerahi Nobel Penghargaan Sastra untuk novel empat jilid ini, yang diakui sebagai salah satu karya paling signifikan dari sastra Rusia abad ke-20. Sebuah kisah sejarah yang luas tentang kehidupan Don Cossack selama Perang Dunia I dan Perang Saudara Rusia. Novel ini dipenuhi keringat dan darah, kekerasan dan kekejaman, penderitaan dan nafsu.

61. Chevengur — Andrey Platonov, (1928)

Penyair Joseph Brodsky, menempatkan Platonov setara dengan Proust, Kafka dan Beckett. Dalam karya ini dan karya lainnya, Platonov dengan cerdik menyindir rencana utopis Soviet untuk membangun masyarakat sosialis, mengungkap omong kosong birokrasi ideologi Soviet.

"Chevengur" (satu-satunya novel yang telah selesai dari Platonov) adalah tampilan di balik layar kehidupan Soviet selama periode NEP (Kebijakan Ekonomi Baru). Chevengur adalah kota utopis di mana komunisme sedang dibangun dengan kecepatan tinggi. Hasilnya adalah bencana yang akan datang, yang Platonov, yang menyaksikan kolektivisasi Stalinis, menggambarkan dengan kecerdasan jahat dan berdarah dingin.

Novel itu sebenarnya dijadwalkan untuk diterbitkan, tetapi dilarang oleh sensor pada menit terakhir karena alasan ideologis, yang menyatakan bahwa Platonov "mengguncang perahu" dengan membahayakan gagasan membangun sosialisme. Novel ini tidak diterbitkan secara penuh sampai tahun 1988.

62. ‘Kotlovan’ (“Lubang Pondasi”) — Andrey Platonov, (1930)

"Lubang Pondasi", sebuah novel yang suram dan mengganggu dari proporsi Kafkaesque, menceritakan tentang "manfaat" komunisme di Uni Soviet. Sekelompok orang di suatu tempat di hutan belantara sedang menggali pondasi "rumah proletar bersama", sehingga suatu hari semua orang akan hidup "bahagia selamanya" di kota masa depan. Platonov menggambarkan kelaparan dan kematian, dan pekerja, petani, dan pejabat dilucuti dari semua kebaikan, fokus siang dan malam pada proyek konstruksi tanpa akhir dan tidak masuk akal.

Ditulis pada tahun 1929-30, "Lubang Pondasi" adalah sindiran tajam dari ‘Stalinisme’ dan birokrasi yang menindas yang menghancurkan harapan dan kepercayaan pada kemanusiaan. Mendahului dan menggemakan "1984" karya George Orwell, Platonov menunjukkan wajah kolektivisme yang bengkok, tanpa emosi dan perasaan manusia.

63. ‘Kak Zakalyalas' Stal'’ (“Bagaimana Baja Ditempa?”) — Nikolay Ostrovsky, (1934)

Novel ini menjadi karya fiksi yang paling banyak diterbitkan di Uni Soviet. Sebagian otobiografi, itu memetakan kebangkitan negara Soviet melalui biografi protagonis Pavel (Pavka) Korchagin. Seorang pria dari akar sederhana, Pavka menonjol karena ketekunan, dan tidak mementingkan diri sendiri. Dia bergabung dengan Tentara Merah, lalu ‘Cheka’ (polisi rahasia).

Melalui peran protagonisnya, Ostrovsky menggambarkan semua aspek kehidupan di negara Soviet yang masih muda — termasuk yang paling mengerikan dan bermasalah. Namun, karena masalah ideologis, teks novel diubah berkali-kali, tidak selalu dengan persetujuan penulis. Baru pada akhir 1980-an teks asli Ostrovsky diterbitkan secara penuh.

64. ‘Nvitation to An Execution’ (“Undangan Pemenggalan Kepala”) — Vladimir Nabokov, (1936)

Novel terakhir Nabokov, yang ditulis di Jerman sebelum ia pindah ke Prancis pada tahun 1937. Meskipun realitas suram dari Nazi Jerman tercermin dalam premis novel tersebut, Nabokov keberatan dengan dekonstruksi sepihaknya sebagai pamflet politik. Penulis sendiri menganggapnya sebagai karya terbaiknya dan "satu-satunya puisi dalam bentuk prosa". Apa pun cara Anda mengirisnya, ‘Undangan Pemenggalan Kepala’ adalah novel tentang tirani hal-hal sepele, dan bagaimana melawannya melalui "seni menulis bawaan kuno".

65. ‘Dar’ (“Hadiah”) — Vladimir Nabokov, (1938)

Novel terakhir Nabokov dalam bahasa Rusia adalah ‘tour de force’, yang dianggap oleh banyak orang sebagai puncak karya seninya. Dari sudut pandang filosofis, ini adalah meta-novel, semacam kue pernikahan, di mana setiap lapisannya dipenuhi dengan makna eksistensial yang mendalam. Sebagai prasasti untuk "Hadiah", Nabokov menambil latihan yang tampaknya sederhana dari buku teks tata bahasa Rusia: “Ek adalah pohon. Mawar adalah bunga. Rusa adalah binatang. Burung pipit adalah seekor burung. Rusia adalah tanah air kita. Kematian tidak bisa dihindari”. Kehidupan, kita diberitahu dalam novel abadi Nabokov, adalah selingan singkat antara kelahiran dan kematian, terdiri dari seribu hal-hal sepele yang kontradiktif.

66. Lolita — Vladimir Nabokov, (1955)

Penguin, 2011

Nabokov menulis novelnya yang paling terkenal dalam bahasa Inggris dan menerjemahkannya sendiri ke dalam bahasa Rusia, dua belas tahun kemudian. Dalam cerita — di mana protagonis (Humbert Humbert) kehilangan kompas moralnya, dan jatuh cinta pada seorang gadis 12 tahun bernama Lolita, menghancurkan semua kanon, konvensi dan tabu. Konon, "Lolita" bukanlah novel tentang dosa, tetapi kisah obsesi, keinginan yang tak tertahankan, dan penghinaan diri.

67. ‘Stories about Lelya and Minka’ (“Cerita tentang Lelya dan Minka”) — Mikhail Zoshchenko, (1937-1945)

Zoshchenko, yang memiliki selera humor yang langka, menyamakan karya penulis dengan produksi timah putih: keduanya beracun. Kisah-kisah biografinya, yang ditulis antara tahun 1937 dan 1945, merupakan batu ujian dari semangat kedermawanan dan kehangatan hati salah satu penulis yang paling kurang dihargai pada periode Soviet. Meskipun kumpulan cerita Lelya dan Minka tampaknya terutama untuk anak-anak, setiap orang dewasa akan menemukan banyak kebijaksanaan dan kesedihan di dalamnya.

68. ‘Before Sunrise’ (“Sebelum matahari terbit”) — Mikhail Zoshchenko, (1943)

Dalam karyanya, "Sebelum Matahari Terbit" yang sangat pribadi, Zoshchenko bertindak sebagai psikoanalisisnya sendiri, dengan kejam membedah ketakutan, trauma, kecemasan, dan fobia masa kecilnya yang paling intim — termasuk ketakutan akan air, makanan, guntur, tubuhnya sendiri, kemiskinan, lawan jenis, dan lain-lain. Pengalaman pribadinya dijelaskan dengan realisme yang begitu keras sehingga pada tahun 1943, setelah penerbitan beberapa bab pertama, karya itu dilarang (diketahui, Stalin membencinya). Ensiklopedia ketakutan Zoshchenko pertama kali diterbitkan secara penuh hanya pada tahun 1973, di Amerika Serikat.

69. ‘The Old Woman’ (“Wanita tua”) — Daniil Kharms, (1939)

Selama hidupnya, Kharms tidak populer sebagai penulis dewasa (terutama dengan otoritas Soviet), dan dikenal sebagai penulis sajak anak-anak. Sebagian besar karyanya, yang hanya dikenal oleh kalangan kecil penikmat sastra, tidak dapat diterbitkan di Uni Soviet, karena Kharms adalah salah satu pendiri tradisi sastra Rusia tentang absurdisme dan surealisme. Kisahnya "Wanita Tua" mewakili puncak keahlian prosanya, salah satu karya paling misterius dan gaib dalam sastra Rusia, menggemakan tradisi eksistensialisme Eropa ‘la Camus dan Sartre’.

70. ‘The Dragon’ (“Naga”) — Yevgeny Schwartz, (1944)

This playwright wrote one of his most impactful plays during World War II. A cruel dragon terrorizes the inhabitants of a small town, who are forced to constantly appease the monster with sacrifices in the form of young nymphs. Eventually it is Elsa's turn, and the compliant townsfolk do not even try to protect the poor girl. Why challenge a system that has been in place for the past 400 years? And yet, someone disagrees with the herd. Born with an innate sense of justice, the fearless Lancelot is determined to slay the Dragon.

Schwartz's fantasy play has a cryptic message for those able to read between the lines: always fight evil monsters! Although on the surface it seems to be a “children's fairy tale/horror story”, “The Dragon” is a blatant attack on Stalin, the Soviet regime and totalitarianism. The play was first staged in 1943 and banned for many years thereafter.

71. ‘Son of the Regiment’ (“Putra Resimen”) — Valentin Kataev, (1944)

Valentin Kataev adalah penulis pertama dalam sastra Soviet yang menceritakan tentang perang melalui mata anak-anak. Selama tahun-tahun perang, sangat banyak anak yatim piatu yang bergabung dengan resimen Tentara Merah, beberapa di antaranya dikenal sebagai "putra resimen". Kisah-kisah beberapa anak diketahui, tetapi yang mana di antara mereka yang dinilai sebagai pahlawan Kataev tidak dapat diketahui. Dalam cerita, anak laki-laki Vanya Solntsev, yang telah kehilangan orang tuanya selama perang, ditemukan oleh kelompok pramuka, dan tidak ingin kembali ke belakang — lebih memilih untuk tetap bersama tentara di garis depan. Ketika dia dipaksa untuk kembali, dia melarikan diri. Pada akhirnya, anak-anak diperbolehkan untuk tinggal, dan bahkan mengambil bagian dalam misi tempur.

Baca selengkapnya:Bocah-Bocah Bernyali Besar, Pahlawan Perang Dunia II

72. ‘Doctor Zhivago’ (“Dokter Zhivago”) — Boris Pasternak, (1945-1955)

Perang Dunia Pertama adalah malapetaka bagi Rusia — mengubur impian seluruh generasi. Dalam novel modrnnya yang luar biasa, "Dokter Zhivago," Pasternak melukiskan tidak hanya perang yang menghancurkan, kekuatan revolusi yang merusak dengan harapan putus, tetapi juga ketahanan jiwa manusia.

"Dokter Zhivago", sebuah kisah cinta tak terpadamkan yang lebih kuat dari kematian, mungkin adalah novel Rusia abad ke-20 yang paling terkenal di Barat. Pasternak memerlukan waktu selama sepuluh tahun untuk menulis buku itu, di mana ia dianugerahi (tetapi dipaksa untuk menolak) Nobel Penghargaan dalam Sastra pada tahun 1958.

73. ‘The Young Guard’ (“Pengawal Muda”) — Alexander Fadeyev, (1946)

Edisi pertama novel ini diterbitkan segera setelah perang pada tahun 1946. Ini memetakan eksploitasi aktivis muda bawah tanah yang membentuk organisasi partisan rahasia “Pengawal Muda” di Krasnodon (sekarang Ukraina), dalam melawan Nazi. Hampir semua anggota Pengawal Muda yang sebenarnya disiksa dan dieksekusi secara brutal oleh tentara Jerman. Tentang mereka, berdasarkan laporan saksi mata, yang ditulis Fadeyev. Namun, ketika buku itu diterbitkan, ia dikritik keras oleh Stalin karena dianggap meremehkan peran Partai Komunis dalam perjuangan anti-fasis. Fadeyev harus menulis ulang novel itu, dan edisi kedua yang direvisi diterbitkan pada tahun 1951.

74. ‘Arkhipelag GULAG’ (“Kepulauan Gulag”) — Alexander Solzhenitsyn, (1958-68)

Buku paling terkenal di dunia tentang kamp-kamp Soviet membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk ditulis. Dibagi menjadi tujuh bagian, "Archipelago" menggambarkan sejarah dan praktik Gulag Soviet (akronim Rusia yang berarti "Direktorat Utama Kamp"). Buku ini didasarkan pada pengalaman pribadi penulis, yang menghabiskan sekitar delapan tahun di berbagai kamp, dan kisah lebih dari 250 narapidana yang berbicara dengannya. Tak lama setelah penerbitan volume pertama di Paris (Desember 1973), Solzhenitsyn dikeluarkan dari Uni Soviet, dan semua karyanya yang diterbitkan sebelumnya dihancurkan (setidaknya yang dapat ditemukan oleh pihak berwenang).

75. ‘Kolymskiye rasskazy’ (“Cerita Kolyma”) — Varlam Shalamov, (1954-1973)

“Cerita Kolyma” sangat berbeda dari prosa kamp lainnya, terutama ‘Arkhipelag GULAG’ (“Kepulauan Gulag”) karya Solzhenitsyn (kedua penulis mempertahankan korespondensi yang berapi-api). Fokus Shalamov adalah pada apa yang dapat terjadi pada tubuh dan jiwa manusia di kamp-kamp pemasyarakatan, yang bertujuan untuk menghancurkan individualitas dan kepribadian, dan seringkali menghancurkan seseorang secara fisik. Kesehatannya sendiri hancur selama 19 tahun di Gulag, namun ia meninggalkan untuk keturunannya sebuah kisah yang bruta,l dan sangat jujur tentang salah satu sistem represif paling kejam dalam sejarah.

76. ‘Life and Fate’ (“Hidup dan Takdir”) —Vasily Grossman, (1959)

“Semua orang merasa bersalah di hadapan seorang ibu yang kehilangan putranya dalam perang; sepanjang sejarah manusia, manusia telah mencoba dengan sia-sia untuk membenarkan diri mereka sendiri”, kutip penulis ‘Life and Fate’, sebuah novel luas yang terungkap dengan latar belakang Pertempuran raksasa Stalingrad dari September 1942 hingga Februari 1943. Life and Fate adalah kisah suram yang tak henti-hentinya tentang kesulitan perang, tanpa sedikit pun cahaya di ujung terowongan.

77. ‘Alisa's Adventures’ (“Petualangan Alisa”) — Kir Bulychev, (1965-2003)

Siklus (lebih dari 50!) buku, cerita, dan novel karya penulis fiksi ilmiah Kir Bulychev (nama asli Igor Mozheiko) ini akrab bagi semua anak Soviet tidak hanya di media cetak, tetapi juga sebagai miniseri TV Soviet yang populer Tamu dari Masa Depan. Karakter utama dalam siklus, Alisa Selezneva, hidup di dunia masa depan yang jauh yang dirancang sesuai dengan hukum yang tampak seperti steampunk Soviet. Komunisme utopis berkuasa: tidak ada otoritas, semuanya diatur oleh para ilmuwan dengan kekuatan gaib. Dalam banyak hal, ini adalah dunia yang ideal, di mana perjalanan antar planet dan perjalanan waktu dimungkinkan. Ini adalah kiasan sci-fi yang memungkinkan Alisa untuk memindahkan dirinya dari "dia" 2084 ke Soviet 1984.

78. ‘Moscow-Petushki’ (“Moskow ke Ujung Garis”) — Venedikt Yerofeyev, (1969)

Yerofeyev memiliki salah satu pemikir paling cemerlang dari generasinya: dia mengutip Kant dan Leibniz, serta dapat mengenali karya simfoni apapun dengan telinga. Pada saat yang sama, ia adalah orang buangan, dikeluarkan dari institutnya karena berpikir bebas dan dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan sampingan. Saat bekerja di sebuah lokasi konstruksi di luar Moskow, ia menyusun puisi prosa "Moscow-Petushki" (alias "Moskow ke Ujung Garis"), meskipun dalam bentuk prosa, merupakan jawaban sastra Rusia untuk "Komedi Ilahi" Dante.

Protagonis puisi itu mencoba melakukan perjalanan dari stasiun kereta api Kursk Moskow ke istri dan putranya di kota Petushki dekat ibu kota. Dengan sebotol vodka di tangan (bagian integral dari realitas Soviet pada masa itu), ia melakukan perjalanan melalui semua lingkaran neraka Soviet (sayangnya, tidak ada surga, atau bahkan api penyucian, dalam karya yang sarat kesuraman ini). Penyanyi berjalan terakhir dari sastra Rusia, Yerofeyev, melalui tawa dan air mata, menciptakan requiem yang mengerikan untuk era Soviet, sebuah puisi yang bertahan dan sebagian besar menghancurkan penciptanya: penulis meninggal karena efek alkoholisme hanya satu tahun sebelum runtuhnya Uni Soviet.

79. ‘Piknik Na Obochine’ (“Piknik Pinggir Jalan”) — Arkady dan Boris Strugatsky, (1972)

Novel Strugatsky yang paling populer (diterbitkan di 22 negara) adalah distopia ‘sci-fi’ yang berlatar dunia berbahasa Inggris, di kota fiksi Harmont. Beberapa tahun sebelum peristiwa buku, peradaban atau entitas asing mengunjungi Bumi, meninggalkan beberapa "Zona" — daerah yang penuh dengan fenomena yang tidak dapat dijelaskan dimana kejadian aneh terjadi. Seperti yang dikatakan salah satu karakter, itu menyerupai semacam piknik pinggir jalan di luar bumi, setelah fenomena dan benda aneh dibiarkan berserakan seperti botol kosong dan bungkus makanan. Penduduk bumi yang berani menjelajahi Zona disebut "penguntit" ("Piknik Pinggir Jalan" adalah sumber sastra dari film klasik tahun 1979 karya Andrey Tarkovsky "Penguntit"). Plot memutar buku ini mengikuti seorang penguntit yang menjelajah ke salah satu Zona untuk mencari keinginan yang sangat manusiawi namun tidak dapat diakses: kebahagiaan.

80. ‘Eto ya, Edichka’ (“Ini Aku, Eddie”) — Eduard Limonov, (1976)

Novel pertama dan paling terkenal Limonov adalah sensasi: ditulis dan pertama kali diterbitkan di New York, itu adalah buku berbahasa Rusia pertama yang berisi prosa grafis eksplisit dengan cara Charles Bukowski dan penulis Amerika lainnya pada paruh kedua abad ke-20. .

Limonov tanpa perasaan menggambarkan detail fisiologis tindakan seks hetero dan homoseksual dan membumbui pidato karakternya dengan kata-kata kotor. Tetapi lebih dari itu, ini adalah pernyataan otobiografi tentang perasaan seorang pahlawan liris, seorang imigran, sepotong puing manusia yang dibuang oleh kekaisaran Soviet dan oleh takdir dirinya sendiri ke dalam pelukan kehidupan baru yang tidak diketahui.

Bahkan di Rusia pasca-Soviet novel tersebut mengalami kesulitan menemukan penerbit, dengan banyak percetakan menolak untuk menangani teks "cabul". Selain isinya, karya ini merupakan monumen linguistik dan cara hidup untuk era paling penuh tantangan bagi para imigran Soviet.

81. ‘Rabbits and Boa Constrictors’ (“Kelinci dan Boa Konstriktor”) — Fazil Iskander, (1982)

“Saya seorang penulis Rusia, tetapi penyanyi Abkhazia”, kata Iskander kelahiran Sukhumi. Dia dinominasikan untuk Nobel Penghargaan untuk opus magnum-nya: “Sandro from Chegem,” sebuah epik sejati dalam perayaan Abkhazia. Namun, hit yang lebih besar di kalangan intelektual Soviet adalah "Kelinci dan Boa Constrictors," sebuah perumpamaan filosofis tentang hubungan antara lapisan masyarakat atas dan bawah, seperti yang dicontohkan oleh negara buatan kelinci dan ular boa ("model demagogik negara").

Banyak kutipan dari buku tersebut telah menjadi peribahasa Rusia ("Di mana ada pembicaraan tentang kemenangan, mereka telah melupakan, atau bersembunyi dari, kebenaran"), dan nama penulis kadang-kadang disebutkan dalam napas yang sama dengan orang-orang hebat seperti Anton Chekhov , Leo Tolstoy dan George Orwell. Dia juga digambarkan sebagai "Gabriel Garcia Marquez dari Rusia".

82. ‘Scaffold’ (“Perancah”) — Chingiz Aitmatov, (1986)

Seorang penulis Soviet yang berasal dari desa Kirgistan, Aitmatov yang dwibahasa memuliakan dua budaya sekaligus: ia menulis dalam bahasa Rusia, tetapi kata-katanya melukiskan Kirgistan dan Asia Tengah serta epos rakyat mereka. Kisah cinta yang indah Jamila, di mana seorang gadis dari desa Kirgistan jatuh cinta dengan seorang tentara yang terluka sementara suaminya berada di depan, membuatnya terkenal di seluruh dunia. Tetapi karyanya yang paling terkenal dan terbesar adalah Scaffold, sebuah kisah menarik tentang pengedar narkoba, pemburu liar, dan dunia keras "Timur liar" di akhir periode Soviet. Novel ini dimulai dan diakhiri dengan kisah dua anak serigala yang yatim piatu oleh pemburu liar yang melanggar "tabu serigala" dengan menyerang manusia. Ini adalah buku tentang manusia dan alam, kejujuran dan keserakahan, dan, tentu saja, baik dan jahat.

83. ‘Chemodan’ (“Koper”) — Sergey Dovlatov, (1986)

Pahlawan otobiografi akan pindah dari Uni Soviet ke Amerika Serikat. Dia hanya bisa membawa koper tua kecil bersamanya. Membukanya beberapa tahun kemudian, dia masuk ke dalam "kotak kenangan". Setiap item mengingatkannya pada situasi dari masa lalunya, kehidupan Soviet.

Koper adalah kumpulan cerita pendek yang masing-masing diberi judul berdasarkan salah satu item tersebut: "kaus kaki crêpe Finlandia" yang dibeli di pasar gelap dengan ancaman penangkapan; "sabuk perwira" yang membawa kembali kenangan akan pelayanan di penjaga kamp…

Dovlatov, dengan sikap sinisnya, tertawa di balik bayang-bayang melankolis, sekaligus bernostalgia dan kecewa tentang realitas Soviet di mana kehidupan harus dijalani. Palet gambar dan episode yang hidup ini adalah himne untuk emigrasi Rusia.

84. ‘Buddha's Little Finger’ (“Jari Kecil Buddha”) — Victor Pelevin, (1996)

Penyair Pyotr Pustota (yang nama belakangnya berarti "kekosongan") menemukan dirinya dalam dua waktu yang terkilir: di garis depan Perang Saudara Rusia pada tahun 1918-1919, dan di rumah sakit jiwa pada tahun 1990-an di Rusia. Novel ini mengeksplorasi persepsi Pustota tentang ruang dan waktu. Manakah dari dunia ini yang nyata, dan mana yang merupakan fantasi dari pikiran yang sakit? Atau mungkin keduanya tidak nyata?

Baca Selengkapnya:Penulis Paling Misterius di Rusia

Pada saat perilisnya, para kritikus menggambarkan buku itu sebagai novel ‘Zen Buddhist’ pertama di Rusia, sementara Pelevin sendiri menyebutnya "novel pertama dalam sastra dunia di mana aksi berlangsung dalam kekosongan total." Ini adalah salah satu novel pertama oleh penulis Rusia yang paling penuh teka-teki ini (Pelevin tidak muncul di depan umum selama 20 tahun, meskipun ia merilis sebuah buku setiap tahun, yang ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya sebagai wahyu dan ramalan baru).

85. ‘The Fandorin series’ (“Series Fandorin”) — Boris Akunin, (1998–2018)

Rusia pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Erast Fandorin muda bergabung dengan kepolisian kekaisaran, di mana ia menunjukkan kemampuan mental, deduktif, dan atletik yang luar biasa: sebagian Sherlock Holmes, serta James Bond. Selama siklus novel, kesulitan dan kemalangan pribadi mengubahnya dari seorang idealis muda yang bersemangat menjadi aristokrat sinis yang dingin (yang tidak dapat menolak pesona wanita). Peristiwa sejarah nyata menjadi latar belakang petualangan Fandorin, yang membawanya dari Moskow ke St. Petersburg, ke Bulgaria dan Perang Rusia-Turki, lalu ke Jepang, dan kembali lagi. Di sana, di Negeri Matahari Terbit, dia menyelamatkan nyawa seorang pemuda yakuza, yang menjadi valet dan sahabat karibnya yang setia. Bersama-sama mereka mengejar dunia kriminal, dan bahkan menyelamatkan kehormatan keluarga kerajaan Rusia!

Boris Akunin adalah nama samaran Grigory Chkhartishvili, yang telah menulis beberapa karya dengan nama aslinya, terutama sejarah serial Rusia. Tapi dia tetap lebih dikenal sebagai Boris Akunin. Novel-novelnya — bergaya, halus, ramah tamah — telah mencengkeram pembaca di seluruh dunia, dan beberapa telah diubah menjadi film. Penulis mengklaim bahwa petualangan pahlawannya telah berakhir. Namun, buku terakhir berjudul This Is Not Farewell, membuat banyak penggemar bingung.

86. ‘The Gold of the Rebellion’ (“Emas dari Pemberontakan”) — Alexey Ivanov, (2005)

Rusia abad kedelapan belas sedang memulihkan diri dari pemberontakan Pugachev (serangkaian pemberontakan populer yang terjadi di Kekaisaran Rusia setelah Catherine II berkuasa pada 1762). Di Ural, Ostasha muda berlayar menyusuri sungai dengan tongkang besar yang sarat dengan besi dari pabrik-pabrik lokal. Ayahnya telah meninggal secara misterius, dan dia berniat untuk mencari tahu alasannya dan bahkan membangkitkan pemberontakan terhadap pemerintah setempat. Selain itu, dia sedang mencari harta karun Pugachev… “'Emas dari Pemberontakan’ yang sebenarnya bukanlah harta Pugachev, tetapi jawaban atas pertanyaan: bagaimana melakukan hal yang mustahil tanpa kehilangan jiwamu?” kata penulis.

Karya penulis Ural Alexey Ivanov sangat beragam, dan para kritikus terkadang kesulitan menentukan genre novelnya. Dia membawa pembaca ke segala macam tempat: ke Rus Kuno, ke zaman Ksatria Teutonik, ke Rusia tahun 1990-an. Pagan, suku kuno, bangsawan kerajaan, dan perampok digambarkan sebagai gangster dari masa lalu dan bahkan vampir Soviet… Semua orang akan menemukan sesuatu yang mereka sukai di antara novel-novel Ivanov.

87. Metro 2033 — Dmitry Glukhovsky, (2005)

Moskow pasca-apokaliptik setelah perang nuklir. Orang-orang tinggal di stasiun kereta bawah tanah dan underpass, karena terlalu berbahaya untuk naik ke permukaan. Kereta bawah tanah telah dibagi menjadi wilayah pengaruh, negara bagian dalam negara: komunis mendiami satu jalur kereta bawah tanah, anarki berkuasa di jalur lain. Protagonis Artyom tinggal di stasiun yang diserang oleh mutan. Dia melakukan ekspedisi untuk mencari tahu apa yang terjadi, ketika hal-hal aneh mulai terjadi ...

Novel, yang menjadi klasik kultus, melahirkan seluruh dunia fiksi penggemar dan video game. Penulis muda Glukhovsky menjadi idola generasinya dan menulis dua sekuel, yang juga menjadi buku terlaris.

88. ‘Daniel Stein, Interpreter’ (“Daniel Stein, Juru Bahasa”) — Ludmila Ulitskaya, (2006)

Seorang penerjemah Yahudi-Polandia menyembunyikan asal-usulnya dan membantu orang-orang Yahudi melarikan diri dari ghetto. Dirinya bersembunyi dari Nazi di sebuah biara, ia dibaptis menjadi Katolik. Kemudian dia pindah ke Haifa, Israel, di mana dia melayani sebagai imam di sebuah gereja Katolik. Dia tampil sebagai orang suci, menghasilkan dan membelanjakan uangnya sendiri untuk memelihara gereja dan memberikan perlindungan kepada semua orang yang membutuhkannya. Dia berpikir di luar keyakinan dan kebangsaan, dan mencoba membangun jembatan antar agama. Pahlawan didasarkan pada Oswald Rufeisen kehidupan nyata, yang penulis temui secara pribadi.

Novel, yang terdiri dari surat, entri buku harian, dan potongan koran, sangat menyentuh, penuh dengan pidato langsung. Selain itu, ini adalah wacana penting tentang agama dan teologi, menekankan prioritas kehidupan manusia di atas ketatnya dogma.

89. ‘The Big Green Tent’ (“Tenda Hijau Besar”) — Ludmila Ulitskaya, (2011)

Buku tentang samizdat (sastra yang diterbitkan sendiri) dan kehidupan di Uni Soviet pada 1960-an dan 70-an ini menampilkan karakter dan takdir yang tersebar luas: beberapa dipaksa untuk mengadu pada teman-teman mereka; yang lain dipecat dari pekerjaan dan tidak dapat bekerja; yang lain lagi dipaksa untuk tidak mengakui orang tua mereka sendiri karena mereka tidak sesuai dengan cita-cita Partai Komunis.

Ulitskaya menampilkan bagian masyarakat yang mengesankan pada saat, setelah pencairan singkat, Uni Soviet kembali turun ke jurang totalitarianisme, dan kehidupan apapun dapat dihancurkan hanya dengan menjentikkan jari KGB.

90. ‘Den' oprichnika’ (“Hari Oprichnik”) — Vladimir Sorokin, (2006)

Berlatar di tahun 2028. Monarki telah dipulihkan di Rusia, dan negara itu dipisahkan dari dunia oleh Tembok. Tentara oprichnik pribadi tsar, kelas istimewa, melakukan kekejaman dan pembersihan. Mereka menanamkan rasa takut pada "bangsawan"dan rakyat biasa, mengendarai mobil mahal dan tidak dihukum.

Dalam konteks sejarah, oprichnik adalah polisi rahasia dan pengawal pribadi Ivan the Terrible. Berbakti dan tanpa ampun, mereka melaksanakan perintah penguasa yang lalim itu tanpa bertanya. Sasaran dari sindiran politik yang kejam ini diyakini adalah siloviki (sekurokrat) yang sangat berkuasa di Rusia saat ini. Namun, penulis menolak interpretasi sepihak seperti itu. Akhir yang tak terduga menambahkan elemen fantastik ke dalam cerita.

91. ‘Doctor Garin’ (“Dokter Garin”) — Vladimir Sorokin, (2021)

Vladimir Sorokin adalah raja prosa dunia bawah Rusia. Di dunia yang ia ciptakan, realitas sehari-hari terjalin dengan keajaiban gaib dan teknologi masa depan. Dalam novel "Doctor Garin," Sorokin menyajikan seluruh alam semesta karyanya dalam bentuk yang mungkin paling lengkap. Judul buku ini merujuk langsung ke "Dokter Zhivago" (lihat di atas), dan "Dokter Garin" memang memiliki banyak kesamaan dengan mahakarya Pasternak, dan bukan hanya itu. Perjalanan dengan dokter cyborg melalui Rusia dari masa depan yang jauh, dibagi menjadi kerajaan seperti di abad pertengahan, pembaca perjalanan melalui gaya yang berbeda, era dan genre sastra Rusia, di mana Sorokin adalah master sempurna.

92. ‘Cranes and Dwarfs’ (“Bangau dan Kurcaci”) — Leonid Yuzefovich, (2008)

Plot berpusat pada dua karakter: sejarawan Shubin dan mantan ahli geologi Zhokhov. Kami bertemu mereka pada tahun 2004, tetapi mereka mengingat pengalaman mereka di awal 1990-an, ketika Rusia hancur. Zhokhov berusaha memenuhi kebutuhan dengan cara apapun yang ia bisa, dan terlibat dalam berbagai goresan. Shubin menulis artikel tentang penipu dalam sejarah dunia, yang perilakunya mencerminkan perilaku Zhokhov. Mereka juga mencari keuntungan dari situasi apapun dalam kondisi apa pun, tanpa terlibat dalam refleksi yang tidak perlu.

Yuzefovich, seorang sejarawan sendiri, dengan terampil menangani materi sejarah, di mana ia menerima hadiah Buku Besar, penghargaan sastra top Rusia. Judul novel ini mengacu pada perumpamaan kuno dari Yunani dan mitologi lainnya tentang perjuangan antara bangau dan pigmi. Berdasarkan kisahnya, penulis mengingatkan bahwa sejarah adalah perjuangan antara bangau dan kurcaci, "yang bertarung di antara mereka sendiri melalui media Cossack dan Polandia, Venesia dan Turki, Lutheran dan Katolik, Yahudi dan Kristen." Setelah pertempuran, orang-orang itu sendiri tidak dapat menjelaskan mengapa dan untuk apa mereka berperang.

93. ‘The Gray House’ (“Rumah Abu-abu”) — Mariam Petrosyan, (2009)

Di sini kami memiliki “Soviet Hogwarts” — sekolah asrama untuk anak-anak penyandang disabilitas. Didirikan 100 tahun yang lalu, penuh dengan rahasia dan misteri. Seorang pendatang baru di sekolah, berkeliaran di aula dan koridor, menemukan halaman-halaman gelap yang berlumuran darah dari sejarahnya. Rumah itu ternyata memiliki bagian bawah yang ajaib, dunia paralel.

Terlepas dari panjangnya, novel postmodern setebal 700 halaman ini dibaca dalam satu tarikan napas dan menjadi buku terlaris jauh melampaui perbatasan Rusia. Surat kabar Inggris ‘The Guardian’ menyamakan suasana buku itu dengan karya JK Rowling, Salman Rushdie, dan Donna Tartt.

94. ‘The Light and the Dark’ (“Terang dan Gelap”) — Mikhail Shishkin, (2010)

An epistolary novel in the form of two lovers' correspondence. Here, however, time and space do not coincide: he writes from a distant war, the Battle of Peking in 1900 during the Boxer Rebellion, while she answers him over the span of the 20th century. And he is probably no longer alive. The author hints that, as far as love is concerned, years and distance are no barrier.

The novel is effectively a ready-made scripted drama, and has been staged by several theaters already. Shishkin, who lives in Switzerland, is well-known in the West, including for his previous book "Maidenhair". "The Light and the Dark" has been translated into multiple languages.

95. Laurus — Eugene Vodolazkin, (2012)

Rusia Abad Pertengahan. Kekasih muda Arseny meninggal saat melahirkan yang sulit. Dia percaya bahwa kesalahan ada padanya, karena mereka tidak menikah, jadi dia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk mengucapkan doa untuk keselamatan jiwanya. Arseny mengambil nama baru (pertama Ustinius, lalu Laurus), berziarah ke Yerusalem, dan akhirnya menjadi biarawan pertapa di hutan, menerima dan menyembuhkan orang sakit.

Vodolazkin adalah penulis modern pertama yang mengangkat tema orang bodoh yang suci, yang merupakan tokoh penting dalam sejarah Rusia abad pertengahan. "Umat Tuhan" ini lolos dengan bertingkah aneh dan bahkan kurang ajar kepada tsar. Pada rilis buku itu, Vodolazkin, seorang filolog dan ahli abad pertengahan Rusia dengan pelatihan, seorang murid Dmitry Likhachev, dipuji sebagai "Umberto Eco Rusia." Namun terlepas dari pengaruh yang terakhir yang jelas, Laurus sepenuhnya orisinal, penuh dengan pidato Rusia Kuno yang bergaya dan refleksi mendalam tentang nilai-nilai moral.

96. ‘The Women of Lazarus’ (“Wanita Lazarus”) — Marina Stepnova, (2012)

Lazar Lindt, seorang jenius matematika Yahudi, tidak tersentuh oleh Revolusi Rusia, Perang Saudara Rusia, pembersihan Stalinis dan bahkan Perang Dunia Kedua. Penulis menceritakan kisah pahlawan melalui prisma orang-orang yang dicintainya. Pertama adalah Marusya, istri bosnya, yang 20 tahun lebih tua darinya dan memandang Lazar sebagai anaknya. Kemudian istrinya Galina, 40 tahun lebih muda darinya, tetapi Lindt dengan jelas melacak ciri-ciri Marusya. Kemudian kita melihat betapa anehnya kejeniusannya tercermin dalam karakter cucunya, balerina Lidochka, yang tidak pernah dilihatnya.

Kisah keluarga yang menarik ini, yang membentang sepanjang abad ke-20, dengan mahir menunjukkan bagaimana kehidupan biasa dipengaruhi oleh pergolakan politik di negara ini, bagaimana orang beradaptasi dengan kondisi kehidupan yang baru. Stepnova dianggap sebagai penerus tradisi novel besar Rusia.

97. ‘The Monastery’ (“Biara”) — Zakhar Prilepin, (2014)

Latarnya adalah kamp penjara Solovki pada awal Gulag Soviet pada 1920-an. Belum ada Teror Besar; kamp ini penuh dengan penjahat yang sangat berbahaya. Protagonis Artyom melakukan semua yang dia bisa untuk meningkatkan posisinya di kamp, hingga dan termasuk perselingkuhan dengan penjaga wanita… Dan, tentu saja, dia merenungkan konsekuensi dari “memperdagangkan hati nuraninya”.

Ini bukan novel biasa tentang kengerian Gulag, tetapi kisah mendalam tentang cobaan berat salah satu dari jutaan orang yang berakhir di kamp. Sebelum karya monumental ini, Prilepin dikenal sebagai penulis cerita biografi dan novella tentang bertugas di polisi anti huru hara Rusia dan perang di Chechnya, tentang penjaga klub malam, tentang masalah sehari-hari para pemuda dari kota-kota provinsi. Untuk The Abode, penulis dengan cermat mempelajari sumber-sumber dokumenter untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang sipir kamp yang ambigu secara moral dan para narapidana, yang menjalani kehidupan paradoks di sel penjara biara mereka dengan impian kebebasan.

98. ‘Zuleikha otkrivaet glaza’ (“Zuleikha Membuka Matanya”) —  Guzel Yakhina, (2015)

Zuleikha, seorang perempuan Muslim dari desa Tatar, hidup di bawah kuk suami dan ibu mertuanya yang otoriter. Pemerintahan Soviet mengkalibrasi ulang seluruh hidup mereka: komunis merampas keluarga, membunuh suaminya, mengambil rumah tangga mereka dan membuangnya ke Siberia. Dalam putaran yang aneh, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia mendapatkan kepercayaan diri dan rasa identitas.

Debut sastra penulis Kazan Guzel Yakhina menjadi buku terlaris dan sensasi sastra. Buku itu didasarkan pada memoar neneknya, yang menghabiskan bertahun-tahun di pengasingan di Siberia, dan memoar Tatar lainnya yang direbut pada 1920-an.

99. ‘The Petrovs In and Around the Flu’ (“Petrov Di Dalam dan Sekitar Flu”) — Alexey Salnikov, (2016)

Saat itu musim dingin, Malam Tahun Baru yang sibuk, di luar terbentang embun beku dan salju kotor. Di keluarga Petrov, ayah, ibu dan anak semuanya terserang flu dan mengalami halusinasi karena demam tinggi dan obat-obatan dengan tanggal kadaluwarsa yang meragukan. Akibatnya, mereka menjadi seperti doppelgänger gelap dari diri mereka sendiri, melakukan bisnis sehari-hari mereka, dengan kelambanan, seperti zombie.

Novel debut Salnikov menyenangkan pembaca dan kritikus. Di dalamnya, penulis tidak hanya membenamkan Anda dalam pikiran fantasi penderita flu, tetapi juga menciptakan kenangan nostalgia masa kecil Soviet. Salah satu sutradara top Rusia, Kirill Serebrennikov, mengubah buku itu menjadi sebuah film, ‘Petrov's Flu’, yang dirilis pada 2021, yang menyajikan versi peristiwa yang bahkan lebih hiperbolik.

100. ‘June’ (“Juni”) — Dmitry Bykov, (2017)

Novel ini terdiri dari tiga bagian, berlatar tahun 1930-an Uni Soviet. Protagonisnya adalah mahasiswa dan anggota Komsomol (Pemuda Komunis), Yahudi dan sastrawan melamun, menjalani hidup sebaik mungkin. Tapi di atas mereka semua tergantung ancaman bersama: perang yang tak terhindarkan dengan Nazi Jerman.

Bykov melukiskan gambaran atmosfer periode Stalinis yang akan hampir nyaman jika bukan karena latar belakang pembersihan dan perang yang akan datang. Menariknya, ada banyak kesejajaran antara waktu itu dan masa kini, yang dengan hati-hati dilacak oleh Bykov, tanpa membuat analogi langsung. Dalam oeuvre multifaset penulis, kata kritikus, ini mungkin novel terbaiknya.

Selanjutnya, kami telah merekomendasikan buku-buku Rusia yang menarik untuk Anda baca saat berlibur. Simak selengkapnya!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut: