‘Trash Streaming’: Tempat Orang Sudi Dilecehkan dan Disiksa Demi Uang

Discover Russia
VIKTORIA RYABIKOVA
Berdiri di pojok untuk 150 rubel (Rp30.000), mengisap jari kaki untuk 2.500 rubel (Rp490.000), duduk di atas botol untuk 3.000 rubel (Rp585.000) — orang-orang dalam tayangan video langsung ini siap dipermalukan dan mengerjakan apa saja asalkan pemirsanya bersedia membayar. Kematian salah satu pesertanya menjadi berita nasional, tetapi para pemirsa konten tersebut tampaknya tak heran atau terkejut.

Peringatan: Artikel ini berisi penjelasan tentang tindak kekerasan dan pelecehan. Russia Beyond sama sekali tidak memaafkan perilaku seperti ini. Penerbitan artikel ini adalah usaha kami untuk berkontribusi pada perdebatan seputar 'trash streaming' (lansiran sampah).

Seorang pria mabuk dengan lengan bertato duduk bersama dua gadis di sebuah ruangan kecil yang cukup terang di sebuah rumah di Moskovskaya Oblast. Di atas meja terdapat sebotol wiski yang yang belum habis diminum. Sang streamer (orang yang melansir video) memasang tanda bertuliskan: "Minum wiski — 200 rubel (Rp39.000), ciuman Prancis — 1.000 rubel (Rp195.000).” 

"Siapa yang terbaik di antara kami?" tanya salah satu gadis dengan rambut yang dicat merah muda cerah kepada pria itu.

"Pastinya, Marinka yang terbaik," jawabnya sambil menunjuk kepada gadis yang satunya.

Tak puas dengan jawaban yang didengarnya, gadis berambut merah muda itu pun bergegas menghampiri sang pria dengan tinjunya. Akan tetapi semenit kemudian dia jatuh ke lantai dan menghilang dari layar. Selang beberapa menit, dia berteriak, "Pesankan saya taksi!" Setelah itu, lansiran video pun mati selama beberapa jam.

Saat lansiran video kembali dihidupkan, sang pria terlihat tengah menyeret gadis tadi dalam keadaan setengah telanjang dan tak sadarkan diri. Dia mengguncang-guncangkan badan sang gadis, membelai rambutnya, dan menyuruhnya bangun dengan mata berkaca-kaca. Dia lalu menjawab pertanyaan dari pemirsanya, sementara di belakangnya terlihat sang gadis masih terbujur tak sadarkan diri di lantai. Pria itu merekam percakapan dengan petugas medis yang datang.

"Masalahnya, dia buang kotoran di celananya. Saya tidak tahu mengapa dia melakukannya ... Itu sangat bau," ujarnya kepada petugas medis.

"Jadi, karena itulah Anda mengusirnya?" tanya sang petugas medis.

"Ya!" jawab sang pria.

"Beri tahu semua orang bahwa Anda mengusirnya dan karena itulah dia meninggal," ujar petugas medis.

Peristiwa itu terjadi pada malam 1—2 Desember 2020, selama lansiran video yang dilakukan oleh Reshetnikov, yang dikenal sebagai Reeflay atau Panini, vloger berbahasa Rusia yang membuat dan memonetisasi siaran yang dikenal di rusia sebagai 'trash streaming' (lansiran sampah).

Menurut penyelidikan polisi, sang gadis mengalami cedera tertutup pada kepalanya dan juga beberapa memar. Pada 4 Desember 2020, pengadilan di Distrik Ramensky Moskow menjatuhkan hukuman penjara dua bulan kepada sang vloger tersebut. Pengacaranya, Yevgeny Kulagin, mengatakan kepada kantor berita RIA Novosti bahwa Reshetnikov tidak bersalah atas kematian sang gadis dan mengeklaim bahwa kematiannya disebabkan oleh pendarahan spontan pada otak.

Setelah insiden tersebut, Dewan Federasi (majelis tinggi parlemen Rusia) mengusulkan larangan untuk lansiran sampah. Bagaimanakah sebenarnya lansiran sampah bekerja, hal-hal mengerikan apa saja yang terjadi, dan siapa yang bersedia membayar untuk menontonnya secara langsung?

Pesta Daring yang Penuh Kekerasan

Kebanyakan lansiran sampah berbahasa Rusia muncul di layanan streaming Twitch dan kemudian di YouTube pada awal 2010-an. Awalnya, hampir semua menayangkan lansiran gim, tetapi karena angka penayangan dan donasi yang rendah, para streamer pun memutuskan untuk mengubah formatnya.

Kirill Zyryanov (alias Vjlink) dari Odintsovo, Moskovskaya Oblast, adalah salah satunya. Selama lansiran pada 2013, ia kehilangan gigi saat bertengkar dalam keadaan mabuk dengan seorang temannnya. Namun, setelahnya, dia menjadi sangat populer sehingga memutuskan untuk melanjutkan lansiran video saat berada di bawah pengaruh alkohol. Dia juga mulai melakukan tantangan demi uang dari pemirsa, termasuk menyiarkan operasi memperbesar penisnya (dengan bagian penis yang dikaburkan). Sang vloger bersikeras bahwa video itu dibuat khusus untuk tujuan penelitian medis, tetapi rekamannya tetap ada di YouTube hingga hari ini. Tayangan langsungnya sendiri ditonton oleh 90.000 orang.

Streaming sampah biasanya disiarkan dari pesta-pesta dengan gaya film Project X 2012, tetapi dengan tindakan mempermalukan dan kekerasan ekstra. Selama "pesta" seperti itu, pemirsa membayar 50200 rubel (Rp9.000Rp40.000) untuk meminta peserta melakukan sesuatu. Untuk bayaran yang lebih tinggi, streamer bahkan bersedia untuk memukuli seseorang, mengecat diri mereka sendiri dengan warna hijau terang, menyiram diri mereka dengan air seni, atau mematikan rokok di tubuh mereka.

Streamer berbagi penghasilan dengan peserta lain yang tampil di dalam lansirannya. Itulah yang dilakukan vloger Andrei Burim (alias Mellstroy): dia mengundang wanita ke pesta di Kota Moskow dan menawarkan uang untuk menyelesaikan berbagai tugas. Selama lansiran pada Oktober 2020, dia berulang kali membanting seorang wanita ke meja. Namun, setelah itu, YouTube memblokir salurannya dan polisi membuka kasus kriminal. Sang vloger terus melakukan lansiran di saluran cadangannya, serta mempublikasikan konten (kebanyakan foto dan video bersama gadis setengah telanjang) di Telegram.

Streamer sampah lainnya, Ivan Pozharnikov, mengolok-olok dan mengerjai para tunawisma: dia memukul mereka dengan sendok di atas kepala, memberi mereka makanan hewan, dan membuat mereka berkelahi satu sama lain. Dalam deskripsi salurannya, Ivan mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk mendidik kembali para tunawisma. Dari sejumlah streamer sampah yang disebutkan dalam artikel ini, hanya dia yang menanggapi permintaan wawancara dari Russia Beyond. Namun, dia hanya mau melakukannya jika mendapat bayaran.

Salah satu "korban" yang paling populer adalah Valentin Ganichev, 32. Penduduk asli Yaroslavl itu mengambil bagian dalam berbagai lansiran dibombardir dengan telur, disiram dengan air dingin, dipaksa makan limbah makanan, dan bahkan dikubur hidup-hidup. Selama lansiran, Valentin sebagian besar dalam keadaan mabuk atau kehilangan akal karena mengonsumsi narkoba, dan acap kali menangis serta memohon bantuan. Pemirsa sangat yakin bahwa para streamer memaksa Valentin melakukan hal-hal itu sehingga polisi pun menyelidikinya. Namun, Valentin sendiri mengakui bahwa dia melakukannya secara sukarela, sebagaimana dilaporkan oleh RIA Novosti.

YouTube dan Twitch kadang-kadang memblokir saluran yang menunjukkan hal-hal seperti itu, tetapi para streamer mahir menggunakan saluran cadangan, dan para penggemar mereka mengunggah konten ke Telegram dan berbagai layanan daring.

Satu lagi streamer sampah, Andrei Yashin dari Chelyabinsk, melakukan lansiran di YouTube bersama ibunya Lyudmila, dengan banderol 20.000 rubel (Rp3,9 jugat) per siaran. Dalam lansirannya, dia pernah mencium bibir sang ibu dan pada akhir 2019, selama pertengkaran, dia bahkan meninju wajah ibunya. Setelah polisi datang, Yashin merekam video permintaan maaf dan menjelaskan bahwa perkelahian itu hanya untuk tujuan humas semata. Alhasil, polisi pun tidak melanjutkan kasus itu.

Pandangan yang Kontras

"Mereka semua harus dikurung, kecuali Valentin yang sakit jiwa. Itu tak ubahnya sadisme di tingkat tertinggi," ujar Anton, seorang penjaga keamanan berusia 25 tahun, mengomentari tentang lansiran sampah. Dia sendiri mulai menonton lansiran sampah saat sedang bosan selama sif kerjanya.

"Saya tertarik dengan emosi yang nyata, bukan yang dipalsukan. Anda bisa menontonnya tanpa henti, seperti dalam kehidupan nyata," ujar Anton.

Polina, siswi berusia 16 tahun, juga mengkritik lansiran sampah karena menampilkan kekejaman yang berlebihan. Menurutnya, terlepas dari selera yang buruk, dahulu mereka lebih lucu.

"Dua tahun lalu, banyak sekali lelucon-lelucon lucu, misalnya kematian salah satu ibu peserta. Lansiran seperti itu mengungkapkan sifat asli orang, apa yang siap mereka lakukan demi uang," kata Polina. Ibu yang meninggal tersebut adalah orang tua Valentin Ganichev, yang telah disinggung di atas.

Pemirsa lansiran sampah mengirim sumbangan dengan komentar yang mengatakan bahwa itu adalah ibunya yang berkomunikasi dari dunia lain, menyebabkan Valentin menangis tersedu-sedu. Menurut Polina, itu lucu.

Penonton lain, Nikita, 19, mengeklaim bahwa menonton lansiran membuatnya merasa menjadi bagian dari sebuah pesta besar — ​​dia dapat bertanya atau memberi tahu apa pun kepada streamer, dan mereka kemungkinan besar akan menanggapi.

Seorang penggemar lansiran sampah bernama pengguna xbpm_music, yang berlokasi di Jerman, mengaku bahwa dia merasakan sesuatu yang "bersifat Rusia" pada peserta lansiran sampah, dan bahwa siaran langsung semacam itu membantunya untuk tidak terlalu merindukan tanah airnya.

“Sangat menyenangkan bagi saya untuk melihat tipikal orang idiot Rusia. Terkadang, saya melihat mereka dan berpikir: 'Sial, saya benar-benar harus melakukan sesuatu yang baik. Kalau tidak, saya akan menjadi seperti mereka.' Motivasi atau apa?” dia berfilsafat.

Gangguan Mental dan Masa Depan Lansiran Sampah

Mendapatkan kesenangan dari menonton kekerasan adalah gangguan mental, kata psikolog Alena Al-As. Menurutnya, para streamer memuaskan kebutuhan mereka sendiri dan dan juga kebutuhan penonton mereka akan kebiadaban.

“Para penontonnya rata-rata adalah seorang petinju sofa (orang yang merasa tahu banyak akan sesuatu tanpa mengalaminya secara langsung -red) yang mungkin ingin memukuli istrinya, tetapi tidak pernah mereka lakukan karena tahu bahwa sang istri akan melapor ke polisi. Ditambah lagi, orang-orang yang berada di sisi lain layar (para penonton -red) sering kali adalah orang-orang yang pernah dipukuli dan dipermalukan dalam kehidupan nyata. Memahami bahwa 'Saya bukan satu-satunya yang memiliki keluhan' membantu banyak orang untuk keluar dari lubang keputusasaan,” jelas sang psikolog.

Menurut psikolog lain, Lyubov Kalinovskaya, pemirsa merasa ambisi mereka terwakili melalui lansiran sampah. Ia yakin, pelaku utama dalam lansiran sampah sebenarnya adalah penonton, karena mereka dapat mengontrol tindakan vloger populer dengan sumbangan yang mereka berikan.

“Bagi banyak orang, lansiran sampah itu unik karena menjamin kenyataan, dan tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya. Itu menciptakan sensasi bagi pemirsa, seperti orang Romawi kuno yang senang menentukan nasib gladiator yang kalah,” kata Kalinovskaya.

Adapun psikolog dan konsultan bisnis Alex Ayvengo, dia yakin bahwa siaran semacam itu tidak memiliki efek terapi, dan hanya membuat pemirsa dan streamer menjadi lebih kejam.

“Lansiran sampah memikat pemirsa dan membuat mereka menuntut lebih dan lebih. Akhir 'ideal' adalah kematian brutal, pemerkosaan, atau ejekan publik terhadap mayat dalam tayangan langsung. Tidak lama lagi, bisa saja hal ini akan melibatkan produksi studio profesional, dengan mengambil sudut pandang orang pertama sehingga memungkinkan pemirsa untuk 'mencoba' peran pembunuh atau korban, alih-alih hanya menjadi penonton,” ujar Ayvengo.

Untuk melindungi para pelapor tentang ancaman terhadap keamanan Rusia, Intelijen Rusia membuat portal daring di darknet.