Evgeny Volgin, Tukang Bangunan
Saya tinggal di sebuah kota kecil di Chelyabinskaya oblast (1.782 km dari Moskow). Saya bekerja di industri konstruksi sebagai pekerja upahan, melakukan pekerjaan perbaikan sesuai permintaan. Saya mendapat sekitar 35.000 rubel (Rp7,4 juta — dengan kurs Rp213 per rubel) per bulan. Itu cukup untuk hidup di Rusia.
Karena virus corona, tak ada yang menggunakan jasa saya. Jika orang membutuhkan perbaikan, mereka lebih suka menunggu daripada memanggil seseorang. Mereka takut, kalau-kalau orang yang mereka panggil terinfeksi.
Istri saya juga tidak bekerja sekarang. Dia mengambil pinjaman dari bank. Hari ini saya pergi untuk mendapatkan surat keterangan pengangguran. Dengan surat itu, saya berhak menerima uang tunjangan 1.750 rubel (Rp374.000) per bulan.
Untuk pinjaman yang diambil istri saya, kami harus mencicil sekitar 10.000 rubel (Rp2,1 juta) per bulan. Bank tidak peduli bagaimana kami melakukannya. Mereka langsung menolak saat kami mengajukan penundaan pembayaran. Namun, saya tak memiliki keinginan untuk membayar pinjaman bank atau biaya layanan komunal sekarang, karena bukan saya yang memberlakukan karantina.
Kami tidak memiliki tabungan, tetapi memiliki dacha (rumah pedesaan). Kami mungkin akan mulai menanam makanan kami sendiri untuk bertahan hidup.
Artyom Sikorsky, Tukang Las
Pada 25 Maret, Putin mengumumkan minggu nonkerja dengan bayaran penuh dari 30 Maret hingga 5 April. Hari berikutnya, bos saya memanggil para karyawan untuk menghadiri rapat perencanaan. Kami diberi sisa gaji kami untuk bulan Maret, sekitar 10.000 rubel (Rp2,1 juta), dan diminta untuk mengambil cuti tanpa bayaran untuk waktu yang tidak terbatas. Dia melakukannya dengan alasan kami tidak memiliki pesanan dan oleh karena itu tidak ada pekerjaan.
Secara resmi, tidak ada yang memecat saya, tetapi saya telah kehilangan pemasukan dengan cara yang sepenuhnya legal. Saya langsung teringat pinjaman saya dan bergegas ke bank untuk meminta penundaan pembayaran cicilan. Bank langsung menolak. Saya telah mengajukan permintaan tertulis dan sedang menunggu tanggapan. Namun, saya sempat diberitahu bahwa permintaan itu tidak mungkin dikabulkan. Lagi pula, ada banyak orang seperti saya, dan bank tidak dapat memberikan keringanan kepada semua orang. Namun, tidak ada keadaan darurat yang diumumkan secara resmi di Rusia. Jadi, seolah-olah tidak ada yang terjadi selain menghilangnya setengah dari populasi selama setidaknya satu bulan.
Saya tidak peduli dengan pinjaman saya. Saya akan membayarnya, meski entah bagaimana. Jika saya tidak punya uang, saya tidak akan mencetak uang sendiri. Saya lebih peduli tentang apa yang dilakukan orang-orang yang memasuki masa pensiun atau usia prapensiun. Mereka tidak memenuhi syarat untuk menerima tunjangan, dan mencari pekerjaan pun pastinya sulit dengan kondisi saat ini.
Saya memiliki tetangga yang berusia 61 tahun. Dia belum bisa mengambil pensiun (usia pensiun di Rusia adalah 65 tahun). Dia menghabiskan sepanjang hidupnya bekerja keras di pabrik lokal dan sekarang tidak bisa lagi bekerja karena memiliki masalah jantung dan tekanan darah tinggi. Namun, dia juga tidak bisa digolongkan sebagai penyandang cacat. Kemarin dia bertanya kepada saya bagaimana dia akan bertahan hidup. Saya tidak tahu jawabannya, tidak ada yang tahu.
Diana Avetisyan, Manajer Penjualan
Saya bekerja sebagai manajer penjualan dan menerima gaji sekitar 20.000 rubel (Rp4,2 juta) per bulan. Untuk Kota Kazan (822 km dari Moskow), tempat saya bekerja, itu adalah gaji standar dan cukup untuk hidup.
Saya menganggur pada 20 Maret. Karena pendapatan perusahaan yang kecil, kami diminta mengambil cuti yang tidak dibayar. Kami semua dipaksa menandatangani pernyataan yang menyatakan bahwa kami berlibur dengan biaya sendiri. Bahkan gaji bulan Maret kami pun tidak dibayarkan. "Tidak ada uang" adalah alasan yang dikatakan perusahaan.
Saya berencana menggunakan gaji dua minggu terakhir bulan Maret untuk memenuhi keperluan bulan April. Ditambah lagi, saya menyewa apartemen dengan sahabat saya, yang entah bagaimana, saya juga harus membayarnya. Saya berharap pemilik apartemen dapat memberi kami keringanan.
Sekarang saya aktif mencari pekerjaan lain. Saya mungkin bisa mendapat kerja di call center.
Anna, Spesialis Epilasi
Tidak ada yang benar-benar memecat saya. Saya telah bekerja di industri kecantikan selama lebih dari sepuluh tahun dan terdaftar sebagai pengusaha perseorangan. Saya punya dua anak yang berusia 14 tahun dan yang baru saja menginjak empat tahun.
Karena pekerjaan saya terhubung dengan orang-orang, tiga minggu belakangan saya tidak punya penghasilan sama sekali. Tak satu rubel pun yang masuk ke kantong saya sebulan ini. Kami semua mengasingkan diri di rumah seperti yang diharuskan, karena saya tidak ingin mengambil risiko terhadap kesehatan saya sendiri atau pun anak-anak saya.
Namun, tidak ada yang membatalkan uang sewa atau pinjaman kami. Saya mengambil pinjaman senilai 200.000 rubel (Rp42,5 juta), dan sejujurnya saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan selanjutnya. Saya berhasil membeli makanan, yang seharusnya cukup untuk dua minggu. Uang tunjangan anak saya tak dapat membantu sama sekali. Saya tidak tahu, apakah saya bisa mendaftar sebagai pengangguran atau tidak. Apa yang terjadi ketika makanan habis, saya juga tidak tahu. Semuanya kabur untuk saat ini.
Elizaveta, Administrator Tag Laser
Kami sudah mulai mendapatkan lebih sedikit pengunjung sejak awal Maret, ketika berita tentang virus corona menjadi lebih serius. Gaji kami sangat bergantung pada jumlah pengunjung. Beberapa karyawan memutuskan keluar pada 10 Maret, karena menyadari bahwa tidak ada yang bisa didapat di sini.
Saya harus bekerja 12 jam sehari untuk menutupi semua sif karyawan yang keluar dan itu berlangsung sampai 19 Maret. Setelah itu, perusahaan meminta saya mengambil cuti tanpa batas waktu.
Mereka berjanji akan membayar gaji bulan Maret saya, tetapi tidak menjelaskan kapan akan melakukannya. Bisnis itu rugi besar dan telah menjual peralatannya untuk bertahan hidup. Itu terjadi sebelum Putin mengumumkan minggu nonkerja dengan upah penuh. Jadi, pada dasarnya saya dibiarkan tak berdaya tanpa kejelasan.
Untuk saat ini, saya hanya diam di rumah bersama orang tua saya dan menggantungkan hidup dari uang pensiun mereka. Saya berusaha mencari pekerjaan daring paruh waktu, tetapi sejauh ini tidak ada yang muncul. Semua wawancara ditunda atau dibatalkan.
Di rumah, saya merasa seperti seorang tahanan yang menunggu mukjizat, yang entah kapan terjadi atau mungkin tak akan pernah terjadi.
Salah satu pendiri layanan konseling daring YouTalk, Anna Krymskaya, berbagi kiat untuk menenangkan diri di tengah pandemi virus corona.