Bagaimana Umat Ortodoks Rusia Menjalankan Puasa Prapaskah?

Discover Russia
ALEXANDRA GUZEVA
Prapaskah, periode khidmat sebelum Paskah, adalah masa ketika jemaat Gereja Ortodoks Rusia berpuasa dan mempersiapkan tubuh dan pikiran mereka untuk perayaan yang paling penting.

Setelah sepekan bersuka ria selama Festival Maslenitsa (perayaan Slavia kuno yang menandai akhir musim dingin), Gereja Ortodoks Rusia memulai Prapaskah. Berlangsung selama tujuh minggu, sekitar dua persen warga Rusia (hampir tiga juta orang) berniat untuk mematuhi sepenuhnya aturan puasa yang ketat selama Prapaskah, lapor Interfax, mengutip jajak pendapat Levada Center.

Menjalani Prapaskah berarti meninggalkan segala macam produk hewani, seperti daging, telur, ikan, makanan laut, dan termasuk semua produk susu. Pada hari pertama dan terakhir Prapaskah, umat Ortodoks dianjurkan berpuasa penuh. Pada hari kedua, hanya roti dan air yang boleh dikonsumsi. Pada hari-hari lain, seluru jemaat diharapkan mampu menahan diri dari minuman beralkohol (sedikit anggur diperbolehkan selama akhir pekan), merokok, berhubungan seks, bersumpah serapah, dan berburuk sangka.

Sekitar 18 persen responden mengatakan mereka berniat menjalani Prapaskah sebagian. Mereka, misalnya, hanya menghindari daging dan alkohol. Secara keseluruhan, hingga 30 persen responden siap untuk mengurangi konsumsi alkohol selama masa Prapaskah, sekitar 15 persen akan membatasi kehidupan seks mereka, dan 19 persen lainnya akan mengurangi waktu bersenang-senang.

“Saya mencoba untuk melaksanakan puasa Natal dan puasa Prapaskah karena ini adalah waktu untuk merenung dan mengintrospeksi, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, dunia, dan Tuhan,” kata Tatyana Shramchenko. “Sebelumnya, saya kesulitan menjalani seluruh aturan Prapaskah karena saya lebih senang mengisi perut daripada memikirkan kebutuhan spiritual batin saya. Jadi, tahun ini saya tidak akan membatasi diri terhadap semua hal yang dilarang, melainkan hanya pada makanan yang saya suka, seperti permen, kue kering, dan keju. Sementara, saya sendiri jarang memakan daging dan susu.”

Bukan Diet

Gereja memperingatkan supaya jemaatnya tidak melihat Prapaskah sebagai periode diet. “Kita tak semata-mata menyingkirkan daging, produk susu, dan ikan selama masa Prapaskah. Dengan melatih hasrat kita pada hal-hal kecil, kita tunjukkan pengabdian kita kepada Tuhan dan kesiapan untuk cobaan yang mungkin menimpa di masa depan,” kata Imam Agung Maxim Kozlov pada situs web pravmir.ru atau Dunia Gereja Ortodoks.

“Pada saat yang sama, karena orang yang menjalani puasa Prapaskah menghabiskan lebih sedikit waktu untuk makan atau menonton TV, ia harus memanfaatkan waktunya yang berlebih tersebut untuk meningkatkan kualitas kehidupan spiritualnya atau bahkan membantu orang lain,” katanya menambahkan.

Pada forum pravmir.ru, orang-orang bertanya apakah makanan atau minuman yang terbuat dari kedelai diperbolehkan selama masa Prapaskah, dan para pemuka gereja menjelaskan bahwa produk semacam itu tak dilarang selama tak ada masalah medis. Selain itu, kantin gereja dan biara sering kali menjual produk kedelai, bahkan sosis. Namun para pendeta memperingatkan bahwa seseorang harus “menahan diri, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, menghindari suguhan atau kesenangan pribadi.”

Tak banyak perbedaan antara Paskah Ortodoks dengan umat Kristen lainnya. Sekalipun ada perbedaan, itu bukanlah sesuatu yang prinsipil. Umat Kristen Ortodoks, Katolik, dan Protestan sama-sama percaya pada kebangkitan Kristus.