FOTO: Suasana Jumatan di Masjid Agung Moskow

Discover Russia
PANCA SYURKANI
Islam adalah agama terbesar kedua di Rusia setelah Ortodoks. Untuk mengetahui bagaimana komunitas muslim beribadah di ibu kota Rusia, Russia Beyond mengunjungi salah satu dari empat masjid di Moskow, yang merupakan salah satu masjid terbesar di Rusia, bahkan di Eropa.

Jumlah pemeluk Islam di Rusia mencapai 25 juta orang, dua juta di antaranya tinggal di Moskow. Setiap Jumat, lebih dari sepuluh ribu orang melaksanakan salat di Masjid Agung Moskow, masjid terbesar dari empat masjid yang ada di Moskow. Alhasil, jamaah selalu meluber ke luar karena kapasitas masjid hanya dapat menampung sepuluh ribu ribu orang.

Umat muslim yang hendak salat ke Masjid Agung sebagian besar datang dari Stasiun Metro Prospekt Mira. Mungkin itu yang menjadi salah satu alasan mengapa masjid yang dalam bahasa Rusia bernama Moskovskaya Sobornaya Mechet ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Prospekt Mira, yang merujuk pada akses utamanya. Lokasi masjid ini sendiri terletak di Durova ulitsa, tepatnya di Vypolzov pereulok No. 7.

Beberapa jam sebelum pelaksanaan salat Jumat, jalan menuju masjid, kira-kira 450 meter dari sekitar Shchepkina ulitsa No. 36, ditutup. Di sepanjang trotoar dipasangi pagar pembatas yang dijaga anggota kepolisian dan berakhir di alat pendeteksi logam saat akan memasuki kawasan masjid. Siang itu, Jumat (29/3), sekitar pukul 12 lewat, rintik hujan membasahi bumi. Saya menyempatkan diri mengambil gambar sebelum melintasi pendeteksi logam dan menunjukkan isi tas saya kepada polisi yang berjaga. Selepas pemeriksaan, saya memasuki halaman masjid yang telah dipenuhi jamaah. Saya mencoba mendekat ke pintu masjid, tapi hanya bisa mencapai sekitar 10 meter dari pintu.

Rintik hujan berpadu suhu musim dingin di bawah nol derajat yang masih tersisa di musim semi tak menyurutkan semangat jamaah yang tak tertampung di dalam masjid. Para jamaah tetap berdiri sambil mendengarkan khutbah. Sekitar pukul 13.20 salat pun dimulai dan sebagian besar jamaah salat dengan mengenakan jaket dan sepatu, beralaskan plastik, koran dan sebagainya. Namun banyak juga yang melapisi lagi dengan sajadah.

Saya cukup beruntung dapat beranjak ke bagian teras masjid saat salat akan dimulai. Sempat terlintas dalam benak saya, bagaimana para jamaah beribadah ketika musim dingin di tengah kepungan suhu minus dan salju.

Menurut informasi yang saya terima, untuk bisa menunaikan salat Jumat di dalam masjid, setidaknya jamaah harus datang satu jam lebih awal. Saya pun mencoba datang kembali pada minggu berikutnya, Jumat (5/3). Setelah melapor pada petugas keamanan, saya pun berwudu dan memasuki masjid sekitar pukul 11.00, tapi lantai utama masjid telah penuh. Akhirnya, saya beranjak ke lantai dua yang juga sudah sesak. Saya menyapu pandangan di lantai dua untuk mencari lokasi yang bagus untuk mengambil gambar.

Pilihan saya jatuh di baris terdepan bagian sayap kiri, karena memiliki pemandangan ke seluruh lantai. Jaraknya sekitar 30 meter dari tempat saya berdiri setelah memasuki pintu lantai dua. Dengan melangkah perlahan sambil membungkukkan badan, saya meminta jalan kepada orang yang saya lewati. Setibanya di tujuan, saya membongkar peralatan dan kemudian mengambil gambar. Tak lama berselang, saya ditegur oleh seorang jamaah yang melarang saya mengambil gambar. Untungnya setelah saya jelaskan bahwa saya memiliki izin, ia pun maklum dan mempersilakan saya melanjutkan mengambil gambar.

Sekali waktu saya beranjak ke bagian belakang untuk dapat mengambil sudut lain. Saya kembali harus membungkuk-bungkuk dan meminta izin saat melewati para jamaah yang kian padat.

Memasuki waktu salat, saya harus melewati rakaat pertama agar bisa mendapatkan gambar yang diperlukan. Barulah pada rakaat kedua saya ikut melaksanakan salat berjamaah. Saat imam mengucapkan salam diikuti para jamaah, saya pun melanjutkan salat untuk membayar utang rakaat yang terlewatkan.

Setelah salat, sebagian kecil jamaah tak segera meninggalkan masjid. Ada yang melakukan salat sunnah, berdoa, mengaji, bercengkrama dengan jamaah lain dan berfoto. Seorang remaja asal Tajikistan bernama Ibrahim mendekati saya dan meminta saya memotretnya berdua dengan temannya — Ali. Ibrahim mengatakan ia selalu melaksanakan salat Jumat di Masjid Agung.

Jika pelaksanaan shalat Jumat saja jamaah meluber ke luar masjid, bisakah Anda bayangkan bagaimana pelaksanaan salat Idul Fitri atau Idul Adha? 

Jika Anda menerjemahkan Moskovskaya Sobornaya Mechet maka arti yang muncul adalah Masjid Katedral Moskow. Namun katedral yang dimaksud tidak ada kaitannya dengan Gereja Katedral. Katedral adalah terjemahan dari kata ‘sobor’ yang berati tempat ibadah utama atau besar. Untuk itulah istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Masjid Agung Moskow. Untuk mengenal lebih jauh, berikut 15 fakta menarik tentang Masjid Agung Moskow.