Putin: Islam Bagian Tak Terpisahkan dari Kehidupan Spiritual di Rusia

Islam adalah agama dengan jumlah penganut terbesar kedua di Rusia. Sejak berabad-abad silam, masyarakat Muslim telah hidup berdampingan secara damai dengan para pemeluk Ortodoks.

Islam adalah agama dengan jumlah penganut terbesar kedua di Rusia. Sejak berabad-abad silam, masyarakat Muslim telah hidup berdampingan secara damai dengan para pemeluk Ortodoks.

Moscow agency/ Tereshenko Mikhail
Rusia secara resmi menganggap Islam dan agama lainnya sebagai bagian tak terpisahkan dari kebudayaan mereka. Namun demikian, pemerintah akan mengawasi secara ketat agar umat Islam di Rusia tetap patuh kepada otoritas berwenang. Pemerintah akan menindak tegas bahkan melarang aktivitas organisasi yang menentang ataupun yang melakukan serangan secara langsung terhadap negara.

Islam tradisional merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual Rusia, tutur Presiden Rusia Vladimir Putin pada pembukaan Masjid Agung Moskow bulan September 2015 lalu. Putin menekankan bahwa selama berada-abad lamanya, ‘tradisi Islam telah berkembang di Rusia’ dan pemerintah akan terus membantu pengembangan teologi Islam.

Ucapan Putin tersebut secara tidak langsung mencerminkan posisi resmi pemerintah Rusia yang menilai bahwa Islam merupakan agama yang cinta damai dan bersahabat yang tidak ada sangkut pautnya dengan pemahaman sesat kelompok radikal atau teroris. Pada konferensi pers yang berlangsung 23 Desember lalu, Putin mengatakan bahwa ia menentang penggunaan kata ‘Islam’ dan ‘teror’ secara bersamaan.

Islam Tradisional

Istilah ‘Islam tradisional’ telah digunakan sejak tahun 1990-an yang mengacu pada bentuk Islam yang tertulis dalam sejarah Rusia. ‘Islam tradisional’ dinilai memiliki pandangan keislaman yang moderat serta setia kepada otoritas sekuler. Istilah ini digunakan secara luas, tetapi sulit untuk mengartikannya karena memiliki sejumlah konotasi.

Keyakinan Multidimensi

Baik otoritas sekuler maupun perwakilan para ulama muslim Rusia menentang perkembangan ‘Islam radikal’ yang berpotensi membahayakan dan memprovokasi umat Islam untuk melakukan aksi terorisme. Selain menjunjung tinggi toleransi, ‘Islam tradisional’ tak hanya berpedoman kepada Alquran, tetapi juga pada tradisi muslim yang hidup rukun secara berdampingan antarumat beragama.

‘Islam tradisional’ tak hanya berpedoman kepada Alquran, tetapi juga pada tradisi muslim yang hidup rukun secara berdampingan antarumat beragama.
“Pemahaman mengenai ‘Islam tradisional’ di setiap daerah di Rusia berbeda-beda,” kata Igor Zagarin, seorang teolog sekaligus profesor di Akademi Kepresidenan Rusia untuk Ekonomi Nasional dan Administrasi Publik (RANHiGS). Menurutnya, setiap daerah atau republik muslim di Rusia, seperti Tatarstan, Bashkiria, Kaukasus, atau daerah lainnya, memiliki tradisinya masing-masing.

Berbeda dengan Gereja Ortodoks Rusia, komunitas muslim di Rusia tidak mempunyai suatu kepemimpinan spiritual yang terpusat. Jadi, di setiap daerah terdapat lembaga dan pemimpin atau pemuka agamanya sendiri, yang mungkin saja tidak diakui di luar daerah itu.

“Di Rusia terdapat puluhan struktur dan pusat spiritual muslim yang bersaing satu sama lain,” kata sang ahli kepada RBTH.

Mayoritas muslim Rusia menganut Islam Sunni yang berpedoman pada Alquran.
Di sisi lain, di Rusia sesungguhnya berlaku nilai-nilai umum Islam tradisional, kata Zagarin. Mayoritas muslim Rusia menganut Islam Sunni yang berpedoman pada Alquran dan berbagai tradisi yang telah mengakar. Ini adalah pengertian tentang Islam yang lebih lunak jika dibandingan dengan prinsip-prinsip yang konservatif yang lebih mendominasi, misalnya, seperti di Arab Saudi.

‘Islam Tradisional’ dan ‘Islam Murni’

Pesaing ‘Islam tradisional’, menurut Zagarin, adalah Salafiyah. Salafiyah adalah metode yang menekankan penerapan syariat Islam secara murni dan mengajak umat untuk kembali ke norma-norma yang dipraktikkan pada era Nabi Muhammad SAW serta menjalani hidup yang sesuai dengan hukum Islam.

Islam Salafiyah ‘tidak terlalu diterima’ di Rusia. Konferensi Islam yang berlangsung di Grozny menetapkan Salafiyah, Wahabisme, dan kelompok radikal lainnya sebagai ‘sekte’ dan unsur yang tidak diterima di wilayah Rusia.
Islam Salafiyah ‘tidak terlalu diterima’ di Rusia, kata Zagarin. Secara khusus, Konferensi Islam yang berlangsung di Grozny, Chechnya, pada Agustus lalu mengeluarkan fatwa bahwa Salafiyah, Wahabisme, dan kelompok radikal lainnya sebagai ‘sekte’ dan unsur yang tidak diterima di wilayah Rusia.

Di sisi lain, kelompok Salafiyah secara resmi tidak dilarang keberadaannya dan tetap eksis di Kaukasus Utara. Dalam laporan hak asasi manusia oleh organisasi ‘Memorial’ mengenai situasi di Kaukasus Utara pada 2015 – 2016, sebagian masyarakat yang mengikuti aliran Salafiyah justru sangat setia kepada aturan negara dan menentang kekerasan

Namun, berdasarkan laporan tersebut pemerintah sering kali memberikan tekanan kepada kelompok Salafiyah dan kerap berupaya menutup masjid Salafiyah.

“Pihak berwenang menduga kelompok Salafiyah sebagai masyarakat yang tidak loyal, atau dianggap berpotensi menjadi pemberontak pada suatu waktu,” kata Direktur Ilmiah dari Pusat Studi Islam Yayasan Marjani Ilshat Saetov kepada RBTH.

Agama dalam Panggung Politik

Berbeda dengan Salafiyah, sejumlah aktivitas organisasi Islam lainnya benar-benar dilarang di wilayah Rusia karena masuk dalam daftar organisasi teroris dan ekstrimis.

Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin masuk dalam daftar organisasi teroris di Rusia sejak 2003.
Selain ISIS atau al-Qaeda, daftar ini juga memuat gerakan-gerakan yang tidak menunjukkan agresi secara terang-terangan terhadap Rusia, seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin — keduanya masuk dalam daftar organisasi teroris di Rusia sejak 2003.

Pelarangan aktivitas organisasi atau gerakan tersebut berkaitan dengan tanggapan negatif dari pihak berwenang terhadap campur tangan agama dalam politik, kata Ilshat Saetov (mendirikan partai atas dasar agama dilarang di Rusia).

Mendirikan partai atas dasar agama dilarang di Rusia.
Ideologi Hizbut Tahrir menjunjung pendirian kekhalifahan, sedangkan Ikhwanul Muslimin mencoba untuk memadukan demokrasi dengan syariat, kata Saetov menjelaskan. Karena itu, kedua organisasi tersebut dianggap menentang ketentuan negara.

“Di mana pun, negara akan bermusuhan dengan agama yang mempertanyakan legitimasi pemerintah, misalnya dari sudut pandangan syariat, bukan konstitusi,” kata Saetov.

Sang pakar mengatakan, di tengah keragaman Islam di Rusia, negara tidak keberatan dengan manifestasi yang hanya berada dalam lingkup sosial dan budaya, selama tidak menyinggung isu-isu politik.


Seperti apa Islam di Rusia?

Ada peraturan tentang mengenakan jilbab

Di Chechnya, PNS perempuan bahkan wajib mengenakan jilbab

Biaya haji Rusia adalah yang termurah di dunia

Dalam 20 tahun, lebih dari 8.000 masjid dan sekolah muslim dibangun di Rusia

Lima koleksi naskah Alquran terpenting bahkan disimpan dengan baik di Rusia

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki