Sempat Fenomenal, Akankah Duet ‘Lesbian’ t.A.T.u. Bersatu Kembali?

Yurii Zheludev/Global Look Press
Lebih dari 15 tahun lalu, dua gadis remaja asal Rusia menghebohkan dunia musik internasional dengan lagu cinta mereka yang penuh hasrat terhadap .... sesama jenis. Satu dekade telah berlalu sejak grup itu bubar dan selama itu pula mereka telah menemui psikolog, pindah ke luar negeri, melawan kanker, dan kehilangan suara.

Selalu ada yang menarik dari lagu “All the Things She Said” yang dipopulerkan t.A.T.u., duet pop asal Rusia yang terdiri dari Yulia Volkova dan Elena Katina, pada 2002 silam. Bagi sebagian orang, video musik lagu itu sangat sensional. Dengan mengenakan seragam sekolah ala Britney Spears (bayangkan rok pendek dan kaus kaki setinggi lutut), kedua gadis yang baru berusia 16 tahun itu berciuman, bercumbu, sambil sesekali bernyanyi.

Namun, kita semua tertipu. Mereka bukanlah pasangan lesbian. “Saya melihatnya sebagai peran ... seperti di film. Saya tidak pernah menjadi lesbian. Saya tidak pernah tertarik pada perempuan,” kata Katina kepada The Daily Beast pada 2003.

Itu semua adalah ide dua produser mereka yang meyakinkan kedua remaja itu supaya berpura-pura sebagai pasangan lesbian. Kedua produser melihat potensi besar dalam mengeksploitasi tema homoseksualitas. Ternyata, strategi itu cukup jitu.

Lagu “All the Things She Said” bertahan di tangga lagu Inggris selama 15 minggu, dan bahkan sempat naik ke posisi teratas. Di AS, lagu itu masuk dalam Billboard Top 20. Duet Yulia Volkova dan Elena Katina sukses menjual jutaan album di seluruh dunia. Mereka bahkan meraih penghargaan “Gold” di tujuh negara dan “Platinum” di lima negara. Keuntungan yang mereka raih selama konser di Jepang mencapai setengah juta dolar. “Di Asia, kami populer karena kebanyakan. konten porno di sana menampilkan anak-anak sekolah yang berpakaian seperti kami di video musik,” kenang Volkova. Begitu pulang ke Moskow, mereka langsung membeli apartemen masing-masing.

Itu semua adalah ide dua produser (laki-laki) yang meyakinkan kedua remaja itu untuk berpura-pura sebagai pasangan lesbian.

Namun pada 2009, di puncak popularitas, t.A.T.u. bubar. Setelah sepuluh tahun berkolaborasi, Katina dan Volkova memutuskan untuk berkarier solo.

Kanker, Operasi, dan Kehilangan Suara

Media tak henti-hetinya membahas mengenai apa yang terjadi pada duet sensasional itu. Dalam sebuah wawancara, mantan produser t.A.T.u., Boris Rensky, mengatakan bahwa Volkova berulang kali membatalkan konser, termasuk konser di California yang persiapannya menghabiskan waktu enam bulan. Pada saat terakhir, Volkova menolak terbang karena tiba-tiba terserang aerofobia. Akibatnya, t.A.T.u. masuk ke dalam daftar hitam oleh promotor AS.

Pada saat terakhir, Volkova menolak terbang karena tiba-tiba terserang aerofobia. Akibatnya, t.A.T.u. masuk ke dalam daftar hitam oleh promotor AS.

Apa pun masalahnya, Katina dan Volkova mengaku sama-sama kelelahan. Meski begitu, selama beberapa tahun berikutnya, mereka masih menggelar satu konser dengan keuntungan yang besar dan bahkan membintangi iklan cokelat, sekali lagi, di Jepang.

Saat itu, mereka berusia 23 dan 24 tahun. Volkova memiliki dua anak dari laki-laki yang berbeda dan tak tinggal bersama salah satunya. “Saya melahirkan, mengumpulkan barang-barang saya, dan terus bekerja,” katanya.

Tak lama, Volkova merekam beberapa lagunya sendiri (awalnya, ia masih berusaha untuk menjaga citra lesbiannya). Selain itu, ia juga berperan dalam film horor Rusia dan meluncurkan merek sepatu bersama para perancang Italia.

Aktivitas Volkova di dunia hiburan terhenti pada 2012. Ia ternyata menderita kanker tiroid dan perlu menjalani operasi. Namun, Volkova sama sekali tidak mengumumkan hasil diagnosisnya. Karena itu, orang-orang mengira bahwa suaranya menjadi serak karena rokok, alkohol, dan obat-obatan. “Saya menyembunyikannya karena ada hal-hal yang seharusnya tak perlu menarik perhatian publik. Saya tak mau orang-orang mengasihani saya,” kata Volkova yang akhirnya buka suara di acara TV Secret for a Million pada 2017.

Volkova ternyata menderita kanker tiroid dan perlu menjalani operasi.

Selama operasi, kelenjar tiroid dan tumornya diangkat sepenuhnya, tetapi pita suaranya rusak, sehingga dia kehilangan suaranya. Pemulihannya memakan waktu tiga tahun dan itu termasuk operasi di Israel dan Jerman. Para dokter mengatakan bahwa pita suara yang rusak tak bisa diperbaiki. Pada akhirnya, ia menjalani operasi di Korea. “Setelah operasi, ada satu bulan ketika saya tidak bisa mengeluarkan suara. Bahkan 2 – 3 bulan kemudian, saya masih takut untuk mulai berbicara,” katanya. Namun, ia akhirnya mulai berbicara dan bahkan bernyanyi lagi.

“Saya Yakin Mereka Berbaris Mengantre, tapi Itu Tak Pernah Terjadi”

Tak seperti rekannya, kehidupan Katina pasca-t.A.T.u. tersingkap tanpa drama. Meski begitu, dia benar-benar mengalami krisis pribadi. “Saya benar-benar mengira kami (t.A.T.u.) adalah bintang yang sangat keren. Saya yakin bahwa bahkan jika kami berpisah, produser-produser akan berbaris mengantre untuk bekerja dengan saya dan Yulia, tapi itu tidak pernah terjadi,” kata Katina kepada majalah OK versi Rusia. “Kenyataan itu betul-betul sebuah tamparan dan pelajaran yang berharga. Itu sangat sulit, saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya bahkan berpikir untuk kembali kuliah. Saya memiliki ijazah dalam bidang Psikologi, tetapi tak ingin bekerja di bidang itu.” Akhirnya, ia mulai menemui psikolog dan kemudian memutuskan untuk tinggal bersama teman-temannya di Los Angeles selama dua bulan, tapi tidak pernah kembali dan malah menetap.

Katina melahirkan bayi laki-laki, merekam album mini dalam bahasa Spanyol, dan melakukan tur Amerika Latin.

Pada 2013, Katina menikah dengan musikus rok Serbia Sasho Kuzmanovich. Pasangan itu menggelar dua pesta pernikahan (satu bergaya Serbia di Slovenia, dan satunya lagi bergaya Rusia di Moskow). Dia melahirkan bayi laki-laki, merekam album mini dalam bahasa Spanyol, dan melakukan tur Amerika Latin. Remix lagu berbahasa Inggrisnya “Never Forget” oleh Dave Aude bahkan sempat menduduki puncak tangga lagu Billboard AS.

Pada 2017, ia pindah ke Rusia untuk meraih kembali popularitasnya di tanah air, dan mulai bernyanyi dalam bahasa Rusia lagi.

Kurish — kuri! Kurish — kuri!
Kalau kau merokok, merokoklah! Kalau kau merokok, merokoklah!

No ne zabyvay dyshat. Chto khotela ya tebe skazat.
Tapi jangan lupa bernapas. Itulah yang ingin kukatakan kepadamu.

Kogda lyubish — lyubi. Lyubish — lyubi. Lyubish — lyubi.
Saat kau cinta, cintailah. Kau cinta, cintailah. Kau cinta, cintailah.

No ne zabyvay letat.
Tapi jangan lupa terbang.

Chto khotela ya tebe skazat.
Itulah yang ingin kukatakan kepadamu.

Mungkinkah t.A.T.u. Bersatu Kembali?

Yulia Volkova dan Elena Katina tampil sebelum upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin XXII di Sochi, 2014.

Sejak t.A.T.u. bubar, media telah berulang kali mengabarkan kemungkinan Volkova dan Katina bersatu kembali. Setiap kali rumor itu muncul ke permukaan, orang-orang langsung berkomentar dengan penuh antusias, berharap bahwa itu bukan sekadar kabar burung.

Namun, sebagaimana yang dijelaskan oleh Katina sendiri, “Pintu (untuk bersatu kembali) telah tertutup.” Mereka memang pernah berupaya membangun t.A.T.u. kembali, tetapi itu hanya berujung pada kesedihan. Pada konferensi pers bersama, keduanya mengaku lebih suka membangun karier masing-masing. Kalaupun t.A.T.u. bangkit kembali, aksi panggung bergaya lesbian tak akan masuk dalam daftar menu mereka.

Pada 2014, Volkova mengatakan, “Bagi saya, lesbian secara estetika terlihat lebih indah daripada dua pria yang berpegangan tangan atau berciuman. Saya tidak menentang kaum homoseksual, saya hanya ingin anak saya menjadi lelaki sejati, bukan seorang gay.” Padahal, Volkova sendiri telah lama menjadi ikon komunitas LGBT di Rusia.

Adapun Katina, ia menulis di laman Facebook-nya, “Saya bisa mengatakan satu hal: cinta adalah perasaan yang indah!”

Ajang pencarian bakat vokal Rusia ‘Golos’ (The Voice) dinilai sebagai acara musik televisi terbaik di negara itu pada 2015 dan hingga kini masih mempertahankan popularitasnya. Berikut beberapa penampilan paling menarik dan berkesan pilihan Russia Beyond.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki