Pada akhir Oktober lalu, Pavel Durov, pendiri aplikasi layanan pengirim pesan instan multiplatform Telegram, mengumumkan peluncuran pesan iklan resmi. Sejak dirilis pada 2013 lalu, aplikasi tersebut belum secara resmi dimonetisasi sekalipun selama ini ada pasar takresmi untuk beriklan yang dijual di saluran-saluran aplikasi tersebut.
Telegram kini menyediakan fitur iklan mini dengan batas 160 huruf tanpa tautan atau foto eksternal. Namun, pengiklan dapat menautkan konten tersebut ke saluran Telegram tertentu. Iklan muncul dalam saluran-saluran yang memiliki lebih dari 1.000 pengikut. Iklan itu muncul tiap kali pengguna selesai melihat semua pesan baru — letaknya di bagian paling bawah feed. Setiap konten iklan ditandai dengan label sponsored di sudut pesan.
https://promote.telegram.org
Iklan tidak akan muncul dalam daftar obrolan, pesan pribadi, atau grup. Durov juga berjanji tidak akan menggunakan data pribadi pengguna untuk menargetkan iklan dan semua pesan iklan tidak akan mengganggu.
“Di saluran-saluran Telegram kini ada iklan yang dibagikan oleh para pemilik saluran Telegram dalam bentuk pesan biasa. Pesan iklan resmi yang diperkenalkan Telegram akan jauh lebih nyaman bagi pengguna. Pendapatan dari iklan semacam itu akan memungkinkan Telegram untuk terus menyediakan layanan gratis dan tidak terbatas kepada para pengguna,” tulis Durov melalui saluran Telegram-nya.
Biaya iklan per seribu tayangan di Telegram hanya dua euro (sekitar 32 ribu rupiah). Namun, jumlah minimum yang dibutuhkan untuk mengisi lemari iklan adalah €2 juta (sekitar 32,9 miliar rupiah) — €1 juta (sekitar 16,4 miliar rupiah) dari jumlah tersebut merupakan deposit yang tidak akan dikembalikan, kecuali si pengiklan menghabiskan €10 juta (sekitar 164 miliar rupiah) dalam 12 bulan. Regulasi dengan nominal yang luar biasa besar tersebut menimbulkan sejumlah spekulasi. Sejumlah saluran industri di Telegram menduga menduga bahwa langkah tersebut dilakukan demi menarik biro-biro iklan raksasa yang nantinya akan menjual kembali kuota mereka kepada pengiklan yang lebih kecil.
Selain itu, perusahaan-perusahaan global dan raksasa Rusia diasumsikan ingin membeli iklan secara langsung. Namun, yang terjadi adalah iklan saluran-saluran tematik di Telegram mulai bermunculan di saluran-saluran utama aplikasi tersebut. Iklan-iklan ini baru dibuat beberapa hari lalu dan hanya berhasil mendapatkan beberapa lusin atau ratusan pelanggan. Saluran-saluran tematik ini biasanya merupakan saluran berita, kesehatan, investasi, dan mata uang kripto.
Alhasil, para pengguna dan pemilik saluran berbahasa Rusia tidak puas, bahkan marah terhadap “inovasi” tersebut. Menurut mereka, iklan-iklan di Telegram justru terasa mengganggu dan tidak pantas.
“Mengapa hanya (iklan) mata uang kripto, mengapa tidak piramida keuangan sekalian?” tulis jurnalis, pembawa acara TV, dan mantan kandidat presiden Rusia Ksenia Sobchak.
“Rasanya seperti seseorang membuat daftar tentang saluran tematik paling populer dan ia lalu mengiklankannya. Meskipun, saya ingatkan sekali lagi bahwa, bahkan sebelum peluncuran iklan resmi, pengguna dijanjikan kriteria seleksi yang ketat. Namun, pada akhirnya, ini sepertinya tidak berhasil,” kata administrator saluran Pemasaran Rusia.
“Iklan Telegram, anggaran minimal 10 juta euro per tahun. Harapan: Apple, Samsung, BMW. Realitas: mata uang kripto dan saluran berita sayap kiri,” keluh @amima di Twitter.
Pakar industri Fedor Skuratov menduga bahwa jaringan saluran yang baru dibuat yang dipromosikan sebenarnya dibeli oleh seseorang dari biro iklan besar yang telah melakukan setoran yang diperlukan.
Menanggapi keluhan tersebut, Durov berjanji bahwa sepanjang November 2021, Telegram akan meluncurkan fitur untuk menonaktifkan iklan. Tarif iklan memang belum diumumkan, tetapi layanan tersebut nantinya akan hadir dalam dua varian.
Dalam kasus pertama, pengguna dapat berlangganan sehingga mereka tidak perlu melihat iklan dalam aplikasi Telegram. Dalam kasus kedua, para pemilik saluran dapat menempatkan iklan “tidak terlihat” di saluran mereka, yang akan tumpang tindih dengan pesan iklan lainnya, jika biaya iklan yang lain lebih mahal daripada milik mereka. Omong-omong, iklan “tidak terlihat” semacam itu dapat ditempatkan di saluran mana pun, bukan hanya di saluran Anda sendiri.
“Kami akan terus memperbaiki fitur-fitur yang memungkinkan Telegram menjadi proyek yang sama-sama menguntungkan. Kami tetap memprioritaskan kepentingan pengguna dan pembuat konten,” kata Durov.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda