Surat kabar Krasnaya Zvezda membagikan gagasan tersebut dan menunjukkan sejumlah kecelakaan yang merenggut nyawa korban karena bantuan tak sampai tepat waktu. Kasus serupa terakhir kali terjadi pada akhir tahun lalu. Angin kencang menghantam Laut Barents dan menenggelamkan perahu nelayan Onega. Kejadian itu menewasakan 17 orang tewas. Para nelayan sebetulnya memiliki peralatan penyelamat, tetapi mereka tidak dapat menggunakannya karena terbawa ombak.
Dalam situasi semacam itu, drone dapat mengambil alih fungsi penyelamat, tulis surat kabar tersebut. Ketika drone mendekati lokasi kecelakaan, pesawat nirawak itu dapat mengirimkan gambar dari tempat kejadian ke operator dan menurunkan kapal swagerak dengan perahu karet dan balon dengan pemancar radio.
Kapal swagerak dilengkapi dengan sinyal cahaya dan pengeras suara. Setelah diturunkan ke air, balon digembungkan dan diangkat ke ketinggian yang diatur oleh tali yang diikat pada jangkar apung. Dengan menggunakan pemancar radio dan perangkat video, operator dapat mengontrol kapal swagerak dan proses penyelamatan dari jarak jauh.
Metode pengiriman wahana penyelamat ini telah dipatenkan. Proyek ini dipresentasikan pada Pameran Penemuan dan Teknologi Inovatif Internasional Moskow ke-23 “Archimedes 2020”. Proyek ini bahkan berhasil mendapatkan medali perak dan dimasukkan ke dalam basis data Layanan Kekayaan Intelektual Federal (Rospatent).
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda