Carnivac-Cov: Vaksin COVID-19 untuk Hewan Pertama di Dunia Buatan Rusia

Legion Media
Vaksin COVID-19 yang sudah terdaftar dalam Daftar Obat Negara ini ditujukan untuk anjing, kucing, dan hewan peliharaan berbulu lainnya.

Rusia telah mendaftarkan Vaksin COVID-19 untuk hewan pertama di dunia ke dalam Daftar Obat Negara. Produksi massal vaksin yang diberi nama Carnivac-Cov ini telah dimulai bulan ini. Inilah yang kami ketahui sejauh ini.

Apa jenis vaksinnya?

Vaksin Carnivac-Cov terbuat dari virus COVID-19 yang telah "dibunuh" menggunakan bahan kimia, panas atau radiasi. Virus seperti itu tidak lagi dapat menggandakan diri, tetapi protein virusnya dapat dikenali dan ditanggapi oleh sistem kekebalan tubuh. Teknologi pengembangan vaksin ini cukup umum, seperti yang juga diterapkan pada vaksin influenza dan polio.

Carnivac-Cov, yang telah diuji secara klinis mulai Oktober 2020, dikembangkan oleh Pusat Federal untuk Kesehatan Hewan di bawah yurisdiksi Badan Pengawasan Hewan dan Fitosanitasi Federal Rusia, Rosselkhoznadzor. 

Untuk hewan apa saja?

Pertama-tama, vaksin ini diprioritaskan untuk hewan-hewan yang rentan terhadap COVID-19, seperti anjing, kucing, dan hewan peliharaan berbulu lainnya. Berdasarkan kasus yang terjadi pada 2020, hewan peliharaan dapat terpapar COVID-19 (kasus seperti itu telah tercatat di seluruh dunia), sama seperti yang terjadi pada hewan-hewan di peternakan industri bulu, yang salah satu kasusnya berakhir dengan pemusnahan massal cerpelai di Denmark.

Pengujian pertama Carnivac-Cov dilakukan terhadap musang yang kurang rentan terhadap COVID-19. Dengan hasil yang positif, penelitian dilanjutkan pada hewan-hewan yang rentan, seperti kucing dan hewan berbulu lainnya.

Berapa lama masa kekebalan yang dihasilkan?

Menurut Rosselkhoznadzor, semua hewan uji yang divaksin membentuk antibodi terhadap COVID-19 dan semua standar keamanan juga terpenuhi. Namun, kepastian masa kekebalan masih belum diketahui dan pengamatan terhadap hewan uji terus dilakukan. Meski demikian, kami dapat mengatakan dengan pasti bahwa masa kekebalannya setidaknya berlangsung selama enam bulan.

Masa kekebalannya tidak mungkin bisa bertahan lebih lama dari itu, mengingat sifat vaksin yang dibuat dari virus yang telah dibunuh, yang biasanya diberikan setiap tahun.

Apakah hewan berisiko menularkan COVID-19 pada manusia sehingga perlu divaksinasi?

Tidak! Hewan tidak harus divaksinasi. Namun, hal itu masuk akal.

Menurut WHO, saat ini tidak ada bukti ilmiah bahwa infeksi baru ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, penularan dari manusia ke hewan memang mungkin terjadi. Sementara, menurut ilmuwan Rusia, vaksin dapat mencegah perkembangan mutasi virus, yang paling sering terjadi selama penularan patogen (agen penyebab penyakit) antarspesies, seperti dari anjing ke kucing atau dari manusia ke kucing.

Akan tetapi, para ilmuwan sejauh ini melihat tidak perlu dilakukan vaksinasi massal pada hewan peliharaan. Di Rusia, misalnya, hanya ada dua kasus kucing yang tercatat terinfeksi virus corona, dan tidak ada satu pun kasus di peternakan produsen bulu. Meski demikian, para ilmuwan meyakini bahwa ancaman belum berlalu sehingga lebih baik mempersiapkan diri untuk skenario berbeda. 

“Virus COVID-19 masih belum menyadari potensi patogennya dan sementara kita menghabiskan setahun belakangan untuk berupaya melindungi manusia dengan vaksin yang baik, pada saat itu hewan peliharaan akan terinfeksi,” ujar Aleksandr Gintsburg, Direktur Gamaleya Center (yang mengembangkan vaksin Sputnik V) dan profesor di Akademi Sains Rusia.

Perusahaan dari Yunani, Polandia, dan Austria sudah merencanakan untuk membeli Carnivac-Cov. Sementara, Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura juga telah menunjukkan minatnya.

Inilah semua yang perlu Anda ketahui tentang 'EpiVacCorona', vaksin COVID-19 kedua buatan Rusia.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki