Tiga Senjata Top Rusia di Pameran Militer Internasional IDEX 2021

Aleksei Ivanov/Global Look Press
Untuk pertama kalinya, senjata-senjata ini dibawa ke Timur Tengah dengan tujuan untuk menjadi bagian tak terpisahkan dari militer asing.

Rusia memamerkan sistem persenjataan tercanggihnya di Pameran dan Konferensi Pertahanan Internasional ‘IDEX’ 2021 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 19—23 Februari lalu.

Perlengkapan militer tersebut telah diadopsi oleh unit militer negara itu dan kini diharapkan dapat menarik perhatian komando militer Timur Tengah, yang tengah berburu perangkat keras dan perlengkapan terbaru untuk militer mereka.

“Saat ini, Moskow sedang mencoba menggoda salah satu mitra utama Amerika, Uni Emirat Arab, untuk beralih dari perlengkapan militer NATO ke perlengkapan Rusia. Tahun lalu, Abu Dhabi telah menghabiskan hampir $3 juta untuk memboyong kendaraan tempur pengangkut personel lapis baja ringan BMP-3 Rusia dan kini tengah mempertimbangkan untuk membeli tank dan senjata api baru kita,” ujar Aleksandr Lesnih, pengamat ekonomi majalah Izvestia. 

Berikut tiga senjata top Rusia yang dipamerkan untuk pertama kalinya di satu-satunya pameran dan konferensi pertahanan internasional di kawasan MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) ‘IDEX 2021’.

T-14 'Armata' 

Ini adalah pertama kalinya Rusia memboyong tank generasi keempat T-14 'Armata' ke luar negeri.

Mesin tempur ini memiliki sejumlah inovasi yang belum pernah digunakan oleh tank-tank lain. Pertama-tama, tank ini memiliki menara tak berawak dengan meriam smoothbore ‘laras halus’ 2A82-1M 125 mm, yang menurut para ahli merupakan meriam tank modern terkuat dan memiliki kemampuan melebihi tank asing sekelas.

Energi moncongnya lebih kuat daripada Leopard 2 tank utama Jerman yang dibuat pada awal abad ke-21. Meriam 2A82-1M 125 mm Armata mampu mengenai target yang berada jauh melebihi garis cakrawala, karena jangkauan tembaknya yang mencapai 8 kilometer,” jelas Vadim Kozulin, profesor di Akademi Ilmu Militer Rusia.

Armata mampu memuntahkan 12 tembakkan per menit dan memiliki berbagai macam amunisi, seperti peluru penekan lapis baja standar hingga peluru dart (berbentuk panah), yang mampu menembus perlindungan lapis baja yang lebih tebal dan lebih berat.

Daya tembaknya dianggap sebagai salah satu keunggulan utama, dibandingkan para pesaingnya. Meski para insinyur Amerika telah membenamkan teknologi termutakhir ke dalam tank Abrams, saingan utama Armata, belum tentu bisa mengungguli tank generasi keempat Rusia ini.

AK-19

Sama seperti Armata, ini juga merupakan penampilan perdana senapan serbu AK-19 di luar negeri.

Sederhananya, AK-19 yang dilengkapi dengan amunisi standar NATO 5,56x39 mm adalah pengembangan lanjutan dari model AK-12 terbaru Rusia, dengan sejumlah keunggulan. Keduanya memiliki jangkauan tembak yang sama, yaitu berkisar 250300 meter, tetapi perbedaan utamanya adalah amunisi yang digunakan.

“AK-19 utamanya dibuat untuk pasar Timur Tengah dan militer asing yang memiliki persediaan jutaan amunisi 5,56x39 mm. Senapan ini memiliki konstruksi yang sangat berbeda dengan AK-12: lebih ringan dan saya tidak takut untuk mengatakan, lebih halus, serta lebih memuaskan secara estetika dengan berbagai penyesuaian,” ujar Vladimir Onokoy, Juru Bicara Kalashnikov Concern.  

Menurut Onokoy, tolak balik AK-19 lebih rendah daripada model-model AK sebelumnya, bahkan jika dibandingkan senjata-senjata Amerika dan Eropa sekelas yang menjadi saingannya.

Senapan ini juga dilengkapi dengan bilah pembidik standar NATO dan rel Picatinny untuk pemasangan optik asing standar dan titik merah. 

Senapan baru ini juga dapat dilengkapi dengan peredam dan kompensator dengan fungsi rem moncong, yang berada di bawahnya (yang berfungsi mengurangi tolak balik dan goncangan senjata saat menembak). 

“AK-19 adalah model universal, yang dapat dipasangi semua jenis peredam asing dengan sistem bongkar pasang cepat,” tambah Onokoy. 

TSVL-8 'Stalingrad'

Senapan runduk TSVL-8 yang menggunakan peluru Lapua Magnum .338 digunakan untuk menyerang target pada jarak hingga 1,5 kilometer. Sama seperti dua senjata di atas, penampilan perdananya di luar negeri ini juga penting bagi Rusia untuk bisa merebut minat pasar senjata Timur Tengah. Senapan runduk ini dibuat untuk mengungguli senapan presisi Amerika dan Finlandia di segmen tersebut. 

"Senapan yang kami buat harus lebih tinggi dan lebih pendek dari model yang ada, karena senjata besar tidak baik untuk operasi pendaratan dan di ruang sempit," kata Kepala Insinyur Lobaev Arms, Yuri Sinichkin. 

Menurutnya, laras 500 mm 'Salingrad' mampu memuntahkan peluru dengan kecepatan hampir 1 kilometer per detik. Bobot senjata ini adalah 5 kilogram (hampir 1,5 kali lebih ringan dari senapan sekelas buatan Amerika) dan dapat menempatkan tiga peluru dengan selisih 14,5 mm antara satu sama lain pada jarak tembak 100 meter.

Sebagai perbandingan, pada jarak tersebut, senapan 'Steyr Mannlicher' buatan Austria menempatkan tiga peluru dengan selisih 35 mm antara satu sama lain. Sederhananya, penyimpangan pelurunya lebih besar sehingga kemungkinan gagal pun menjadi lebih tinggi,” jelas salah seorang insinyur Lobaev Arms.

Hingga akhir tahun ini, tentara Rusia akan menerima 4.700 senjata dan sistem pendukungnya. 

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki