Sistem pertahanan udara S-400 saat Parade Kemenangan di Moskow, Rabu (24/6).
Russia Beyond/Panca SyurkaniSenat Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Whip John Thune mengusulkan perubahan undang-undang yang akan memungkinkan AS untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia dari Turki, dilansir Sputnik. Hal itu dilakukan menyusul ketegangan antara Washington dan Ankara terkait pembelian senjata pertahanan Rusia itu oleh Turki.
Usulan Thune yang diajukan dalam amandemen Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA) 2021 memungkinkan Washington untuk membeli senjata buatan Rusia yang kini memperkuat pertahanan Turki itu melalui anggaran pengadaan tentara AS.
"Biaya yang dibutuhkan untuk pembelian sistem pertahanan rudal S-400 mungkin dapat digunakan oleh tentara AS untuk 'Pengadaan Rudal', bunyi amandemen yang diusulkan itu.
Amandemen itu juga menyarankan bahwa hasil dari pembelian S-400 "tidak akan digunakan untuk membeli atau mendapatkan peralatan militer yang dianggap AS tidak sesuai dengan NATO".
Ketua komite Hubungan Luar Negeri AS, Senat Jim Risch, mengusulkan amandemen yang lebih keras, yang akan mendesak pemerintah Trump menjatuhkan sanksi kepada Turki di bawah Undang-Undang Penentangan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA), 30 hari setelah usulan NDAA disahkan.
"Saya kira pembelian S-400 dari Turki adalah cara yang cerdas untuk mengeluarkan Erdogan dari masalah yang ia buat sendiri. Kami hanya ingin mengeluarkan sistem (pertahanan — red) itu dari Turki ... dan jika itu mungkin membuat Turki dapat terlibat kembali dalam (produksi — red) F-35, maka semua akan menjadi lebih baik," kata Jim Townsend, mantan pejabat Pentagon untuk kebijakan Eropa dan NATO, yang dikutipDefense News.
Berdasarkan CAATSA, semua negara yang membeli peralatan pertahanan utama dari Rusia akan dijatuhi sanksi. Oleh karena itu, selain didepak dari program bersama F-35, Turki yang telah membeli dua unit S-400 pada 2019 juga akan menghadapi sanksi dari Negeri Paman Sam. Tidak hanya itu, AS juga menekan Turki untuk menyerahkan senjata Rusia itu kepada mereka. Alih-alih menuruti permintaan AS, Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan malah mempertimbangkan untuk menjalin kerja sama berkelanjutan dengan Rusia terkait sistem pertahanan udara itu, meskipun saat ini masih tertunda akibat pandemi virus corona yang sedang berlangsung.
AS mengklaim bahwa sistem pertahanan S-400 dapat membahayakan operasi jet tempur F-35 dan tidak sesuai dengan standar NATO. Namun, pernyataan itu dibantah oleh Ankara.
S-400 adalah mahakarya pertahanan udara Rusia yang tak tertandingi di dunia. Sistem ini diciptakan untuk mempertahankan struktur penting militer dan pemerintah dari semua ancaman udara musuh, termasuk jet dan pesawat pengebom berteknologi ‘siluman’, rudal jelajah yang terbang dengan kecepatan supersonik tepat di atas permukaan, rudal strategis balistik yang terbang di jarak dekat dengan target mereka, dan lain sebagainya.
Setiap peluncur rudal S-400 dapat menembak jatuh sasaran dari segala arah pada jarak hingga 200 kilometer. Selain itu, sama seperti sistem pertahanan udara Rusia lainnya, S-400 juga dapat beroperasi dalam kondisi cuaca apa pun, mulai dari hujan deras hingga badai pasir yang parah, dan masih dapat menembak jatuh jet generasi kelima dengan tingkat keberhasilan serangan seratus persen.
Produksi massal pesawat tempur AS generasi kelima F-35 Lightning II tersendat gara-gara masalah pengiriman suku cadang dari Turki. Klik di sini, untuk membaca selengkapnya!
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda