J-11 Tiongkok vs Su-27 Rusia: Serupa tapi Tak Sama

Shenyang J-11 terbang di atas Lapangan Terbang Anshan, Tiongkok, Maret 2007.

Shenyang J-11 terbang di atas Lapangan Terbang Anshan, Tiongkok, Maret 2007.

Domain publik
Media AS menyoroti kekurangan pesawat tempur Shenyang J-11 buatan Tiongkok, yang merupakan salinan Su-27 "Flanker" Rusia. Meski identik dari segi penampilan, kemampuan J-11 dinilai jauh di bawah Su-27.

"Anda dapat mendengar Moskow tertawa", tulis Caleb Larson, mengawali artikel berjudul "Dicuri dari Rusia: Temui Imitasi Su-27 Flanker Tiongkok yang Tidak Dapat Diandalkan", yang ditulisnya di The National Interest.

Menurut penulis rubrik pertahanan itu, Tiongkok sudah mulai memproduksi J-11 sejak 2003. Larson menyoroti berbagai kekurangan J-11, di antaranya kemampuan "siluman" (menghindari deteksi radar) yang rendah dan tidak memiliki sistem pengisian bahan bakar di udara, yang merupakan fitur paling penting dari jet tempur abad ke-21. Jadi, meskipun memiliki desain luar yang sama persis, J-11 sangat tertinggal dalam hal teknis dan taktis dari "kembaran" Rusia-nya.

Beijing menerima 76 unit Su-27SK dari Moskow pada 1992, untuk menggantikan pesawat tempur tua mereka yang dipasok Soviet. Tiongkok sangat menyukai Su-27 dan merundingkan kesepakatan lisensi dengan Rusia. Setelah menandatangani perjanjian, Tiongkok bisa memproduksi 200 salinan resmi Su-27 dengan model kit yang disediakan Rusia. Tiongkok mulai memproduksi J-11 pada 2003, yang hampir keseluruhannya merupakan salinan dari Su-27, sebagaimana dilaporkan portal berita RG. 

Seperti yang dicatat Larson, desainnya benar-benar identik dengan Su-27. Namun, Tiongkok memiliki keterbatasan dalam mengintegrasikan peralatan elektronik dan mesin jet, yang merupakan bagian terumit dari pesawat tempur. Salinan pertama dari J-11 memiliki masalah besar dengan mesinnya, yang dinilai tak dapat diandalkan. Pada salinan berikutnya, Tiongkok setidaknya mencoba mengurangi kekurangan serius itu.

"Meskipun desain J-11 apik, kemampuan keseluruhannya tetap terbatas. Desainnya yang mendasarinya berasal dari akhir 1970-an sehingga menjadikannya berusia hampir 40 tahun. Selain mudah terdeteksi, pesawat itu juga tidak mendukung pengisian bahan bakar di udara, yang merupakan kekurangan yang sangat serius," tegas Larson.

Pada kesempatan berbeda, Larson yang memiliki latar belakang pendidikan Master Kebijakan Publik dan mencakup keamanan AS dan Rusia, masalah pertahanan Eropa, serta politik dan budaya Jerman, memuji Su-34 Rusia sebagai salah satu pesawat pengebom-tempur terbaik Rusia.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki