Rusia Gunakan Teknologi Seluler untuk Lacak Pergerakan Pasien COVID-19

Tekno&Sains
VIKTORIA RYABIKOVA
Rusia mulai memantau pergerakan pasien COVID-19 dan memperingatkan siapa pun yang berhubungan dengan mereka supaya mengarantina diri. Kami akan menjelaskan cara kerja sistem tersebut dan apakah hal semacam itu melanggar privasi seseorang.

Apa rencananya?

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin menginstruksikan Kementerian Komunikasi dan Media Massa Rusia untuk menciptakan sebuah sistem yang bisa melacak orang-orang yang telah berhubungan dengan pasien virus corona. Orang-orang nantinya akan menerima pesan teks yang meminta mereka untuk mengarantina diri. Sesuai arahan, sistem itu harus mulai beroperasi per 27 Maret 2020.

Bagaimana caranya?

Sistem tersebut akan memantau pergerakan orang-orang sebagai berikut:

Mungkinkah?

Dari sudut pandang teknis, membuat sistem semacam itu sangat memungkinkan, kata operator seluler Rusia Megafon kepada Kommersant. Solusi serupa digunakan, misalnya, oleh Kementerian Situasi Darurat Rusia untuk memperingatkan masyarakat akan keadaan darurat.

“Namun, mekanisme implementasi yang diusulkan Kementerian Komunikasi dan Media Massa Rusia belum sepenuhnya jelas, dan mungkin memerlukan revisi di tingkat legislasi,” kata Megafon meyakini.

Seorang karyawan operator seluler Rusia lainnya yang menolak disebutkan namanya menjelaskan bahwa ada kemungkinan untuk melacak pengguna layanan seluler di daerah padat penduduk dengan tingkat keakurasian sekitar 50 meter. Namun, margin kesalahan jauh lebih tinggi di desa dan permukiman pedesaan.

Apakah ini legal?

Juru Bicara Kepresidenan Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa sistem ini sama sekali tidak melanggar privasi warga.

Pandangan ini didukung sebagian oleh pengacara di organisasi hak asasi manusia Agora. Menurutnya, pelacakan pergerakan warga legal, tetapi hanya jika si pasien menyetujuinya. Jika yang bersangkutan menolak, hukum hanya bisa dijatuhkan di bawah operasi pencarian atau kasus kriminal.

Pelacakan juga dikatakan melanggar hukum bila geodata yang diambil mencakup nama, nomor telepon, atau alamat individu yang bersangkutan. Begitu pula jika tim khusus dikirim ke lokasi — ini berarti telah melanggar privasi seseorang, kata sang pengacara.

Sudah berjalan

Pada 24 Maret, saluran Telegram Mash memublikasikan peta persebaran virus corona di Moskow. Data tersebut mengekspos alamat semua bangunan tempat orang yang terinfeksi dibawa ke rumah sakit.

“Kenapa tak ada yang peduli bahwa kita memiliki orang-orang terkasih dan kehidupan pribadi? Tak ada yang meminta izin kepada saya untuk memublikasikan alamat saya di jejaring sosial. Saya benar-benar tidak mau ibuku dilecehkan atau dikucilkan. Saya akan menghubungi organisasi hak asasi manusia,” kata Maria Mukhina, yang alamatnya tertera dalam daftar tersebut.

Menanggapi keluhan tersebut, Agora mendirikan pusat bantuan hukum untuk menangani masalah yang berkaitan dengan virus corona pada pada 19 Maret.

“Pada 23 Maret, lebih dari seratus orang telah menghubungi pusat tersebut,” tulis Kepala Agora Pavel Chikov dalam halaman Facebook-nya. Menurutnya, masalah yang paling mendesak adalah rawat inap paksa dan ketidakmungkinan mendapatkan hasil tes virus corona.

Selain itu, orang-orang mengeluhkan larangan masuk ke Rusia, bahkan untuk pemegang izin tinggal sementara, serta agen-agen yang menolak mengembalikan biaya tur dan penerbangan yang dibatalkan.

“Pusat bantuan hukum juga menerima pertanyaan terkait cuti sakit, bekerja di rumah, dan downtime (penghentian pabrik) sementara. Pengacara-pengacara Agora melayani semua orang yang terdampak,” tulis Chikov.

Lebih dari separuh pengguna internet Rusia mengalami ‘cyberbullying’ atau perundungan siber. Apa yang harus Anda lakukan ketika Anda menerima pesan penuh kebencian setiap hari, sementara polisi dan hukum tak bisa berbuat apa-apa?