Mitos vs Fakta AK-47

Mikhail Kalashnikov memegang AK-47 di sebuah museum senjata di Suhl, Jerman, 2002.

Mikhail Kalashnikov memegang AK-47 di sebuah museum senjata di Suhl, Jerman, 2002.

AP/Jens Meyer
Banyak mitos yang beredar seputar AK-47. Oleh karena itu, kami kira perlu meluruskan fakta tentang senapan serbu otomatis paling terkenal di dunia ini.

Insinyur dan perancang senjata Mikhail Kalasnikov menciptakan AK-47 pada tahun 1940-an. Senapan serbu otomatis itu kemudian menjadi senjata andalan tentara Soviet, simbol nasional Negeri Beruang Merah, dan menjadi senapan serbu paling terkenal di dunia.

Saat ini, ada lebih dari 100 juta unit yang tersebar di seluruh dunia, dan itu pun hanya berdasarkan data resmi. Pada saat yang sama, banyak mitos dan legenda yang menyelubunginya. Melalui artikel ini, kami akan menghapus tiga yang teratas.

Diciptakan oleh Satu Orang

Sersan Senior Mikhail Kalashnikov saat sedang mengerjakan proyek senapan serbu AK-47.

Pada awal 1940-an, pembuat senjata Eropa dan Amerika menciptakan jenis senjata baru, yaitu senapan serbu dengan mode tembakan otomatis (disingkat secara elegan dalam bahasa Rusia menjadi avtomat). Senjata baru itu telah mengubah wajah perang dengan dramatis, menggantikan senapan standar dan karabin yang digunakan oleh tentara di seluruh dunia.

Di Uni Soviet, senjata avtomat pertama dikembangkan pada 1943 oleh insinyur Alexei Sudaev. Namun, kreasinya dianggap terlalu kasar untuk menggantikan senjata utama tentara Soviet saat itu. Ketika perang berakhir pada 1945, Kalasnikov mengambil konsep Sudaev, membangunnya, dan mengajukan versi modifikasi kepada militer Soviet. Senapan modifikasi Kalasnikov akhirnya diterima sehingga pada 1947 senapan itu mencatatkan diri dalam sejarah sebagai AK-47.

Dalam bentuk aslinya, senapan itu jauh dari sempurna — senapan itu dibuat lebih akurat, lebih ringan, dan lebih sederhana untuk diproduksi secara massal dengan paduan logam yang lebih baik dan lebih sedikit cacat produksi. 

Selama 12 tahun berikutnya, Kalasnikov bersama dengan tim insinyur Soviet dan Jerman (setelah Perang Dunia II, para insinyur Jerman yang ditangkap dipekerjakan di perusahaan-perusahaan Soviet, termasuk dalam industri senjata) merekayasa ulang AK-47 dengan standar yang sesuai di Biro Desain Schmeisser.

Jadi, faktanya adalah AK-47 tidak dibuat oleh satu orang.

Satu-satunya dari Jenisnya

Selain salinannya, apakah ada senapan serbu yang menyamai AK-47 di dunia?

Pada pertengahan 1950-an, militer Denmark mengusulkan "AK-47" milik mereka sendiri sebagai senjata utama bagi pasukan NATO. Senjata itu disebut Madsen LAR (senapan otomatis ringan).

Senjata itu memiliki prinsip kerja yang sama, yaitu berdasarkan penggunaan energi gas propelan yang diperluas di silinder atas laras. Selain itu, amunisi yang digunakan juga sama, yaitu peluru kaliber 7,62 x 39 mm.

Akan tetapi, Madsen LAR kalah bersaing dari pesaing Eropa-nya — FN Belgia dan Heckler & Koch G3 Jerman — dalam pertempuran untuk menjadi senapan serbu pilihan NATO.

Saat ini, satu-satunya spesimen Madsen LAR yang ada disimpan di Royal Danish Armory Museum di Kopenhagen.

Kesimpulannya, AK-47 bukan satu-satunya dari jenisnya.

Senjata yang Sempurna

AK-47 (bawah) dan AR-15.

Terlepas dari keunggulannya dalam berbagai hal, terumata keandalannya, AK kalah dalam hal ergonomi dan akurasi dari senjata sejenis buatan AS dan Jerman.

Seorang sumber dari spetznaz (pasukan khusus Rusia) yang tak ingin namanya disebutkan, mengatakan kepada Russia Beyond bahwa semua prajurit di unitnya lebih memilih AR-15 dan M4 AS atau HK416 dan HK417 Jerman untuk pertempuran perkotaan. 

Terlebih lagi, senapan AS dan Jerman memiliki jauh lebih banyak aksesoris taktis untuk membantu penembak, termasuk pembidik kolimator, genggaman, popor, dan lampu senter.

Oleh karena itu, meski unggul dalam berbagai hal, terutama keandalannya, AK bukanlah senjata yang sempurna.

Mikhail Kalasnikov terkenal terampil sejak kecil. Ia adalah anak ke-17 dari pasangan petani. Setiap penemuannya diproduksi secara massal dan digunakan bahkan sebelum Perang Dunia II dimulai. Baca kisah selengkapnya di sini!

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki