Anak anjing ini mati sekitar 18 ribu tahun yang lalu. Usianya saat itu baru dua bulan. Ia ditemukan pada sebongkah tanah beku (disebut permafrost) di dekat Sungai Indigirka di Yakutia, Siberia. Lapisan permafrost ternyata melindungi tubuh, moncong, kumis, bulu mata, dan hidung, dan bahkan gigi susu pertama anak anjing itu.
Sampel genom (perangkat kromosom yang terdapat dalam setiap inti sel satu jenis tumbuhan atau hewan tertentu) anak anjing tersebut telah dikirim ke Pusat Palaeogenetika Swedia (CPG). Pusat tersebut menyimpan bank DNA segala spesies anjing, sekaligus yang terbesar di Eropa. Namun yang mengejutkan, asal-usul genetik anak anjing itu justru tak ditemukan pada percobaan pertama.
Sergey Fedorov, peneliti di Universitas Federal Timur Laut di Yakutsk, orang pertama yang memeriksa temuan luar biasa itu (dan mengambil foto-foto ini), mengungkapkan kegembiraannya. “Ini menarik, bagaimana jika itu memang seekor anjing? Kami tak sabar mendapatkan hasil tes lebih lanjut,” kata Fedorov.
Karena hasil DNA belum bisa dipastikan, para peneliti menduga anak anjing itu mungkin berhubungan dengan apa yang disebut wolfdog, satu spesies transisi dari serigala ke anjing.
Sekitar 250 tahun lalu, mamalia air raksasa yang berwajah seperti anjing laut dan berekor seperti lumba-lumba diburu hingga punah. Pada 2017, kerangka makhluk purba ini ditemukan di sebuah pulau terpencil di dekat Kamchatka, Timur Jauh Rusia.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda