resimen udara Distrik Militer Selatan berlatih dengan Sukhoi Su-25 di Primorsko-Akhtarsk.
Vitaliy Timkiv/RIA NovostiModifikasi terakhir dari Sukhoi Su-25SM3 telah diberi lampu hijau. Unit dukungan udara untuk Angkatan Darat Rusia ini telah sukses diuji coba selama kampanye Rusia melawan ISIS di Suriah bersama dengan ‘kakak-kakaknya’, Su-34 dan Su-35S.
Tapi berbeda dengan para pendahulunya, Su-25SM3 dapat dimobilisasi dua kali sehari dengan muatan yang lebih sedikit, yang berarti lebih murah untuk dikerahkan.
“Ini seperti mengirim ‘parsel’ ke dalam mobil, bukan truk militer. Skuadron kecil yang terdiri dari petarung garda depan biasanya lebih efektif dibanding berton-ton bom yang disembunyikan di dalam bunker,” ujar Dmitry Litovkin, analis militer harian Izvestia, kepada Russia Beyond.
Pesawat yang dijuluki ‘Burung Gagak’ ini seharusnya sudah mulai digunakan militer sejak tahun lalu, tapi produsennya dan jenderal-jenderal memutuskan untuk menguji cobanya terlebih dahulu di Suriah sebelum akhirnya membangun pesawat baru dan memperbarui seluruh 200 Su-25s yang ada.
Ia telah ditingkatkan kualitasnya di Suriah dengan sistem penargetan baru yang dinamai SVP-24 Gefest. Inovasi ini meningkatkan akurasi peluncuran bom tak berpandu.
“Secara praktik, sistem penargetan ini membuat bom-bom tak berpandu sama akuratnya dengan misil atau bom berpandu. Yang lebih penting lagi, sistem komputer ini dapat digabung dengan Su-25 yang sudah ada, meningkatkan efektivitas mereka dalam pertempuran,” Litovkin menjelaskan.
Su-25SM3 juga menerima sistem optik-elektronik SOLT-25 yang meningkatkan navigasi pesawat, sehingga ia dapat beroperasi di segala cuaca baik malam atau siang hari.
“Sekarang jet ini sudah punya sistem penangkapan citra termal serta alat pengukur jarak laser. Sistem optik-elektronik ini mencari dan mengikuti target (personel musuh, kendaraan lapis baja, tank, benteng, dan lain sebagainya) di medan perang, meski kondisinya berkabut dan hujan deras. Pilotnya hanya perlu menekan tombol dan SOLT-25 akan terkunci untuk menghancurkan target secara otomatis,” kata Vadim Kozulin, profesor di Akademi Ilmu Militer, kepada Russia Beyond.
Satu sistem lagi yang digunakan Su-25SM3 adalah “Vitbsk”. Ia telah diintegrasikan ke beberapa mesin perang Rusia seperti helikopter tempur Mi-28. Ia dapat melumpuhkan listrik dari sistem misil antipesawat milik musuh.
Menurut Kozulin, tiga sistem komputer ini akan dipasang di semua Su-25 yang ada, dan sepuluh pesawat pertama yang dimodernisasi akan bergabung ke jajaran militer Rusia sebelum 2017 berakhir.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda