Bagaimana Tentara Merah Berhasil Menghentikan 'Serangan Kilat' Jerman pada Tahun 1941 (FOTO)

Sejarah
BORIS EGOROV
Kekalahan besar pasukan Soviet pada awal perang meyakinkan Jerman bahwa kemenangan melawan Soviet sudah dekat. Namun, alih-alih meraih kemenangan, mereka justru mengalami kekecewaan yang pahit.

Pada pukul 4 pagi tanggal 22 Juni 1941, pasukan Nazi Jerman menginvasi pasukan Soviet dalam operasi Barbarossa, mereka bergerak maju ke arah tiga kota utama: Moskow, Leningrad, dan Kiev. Meski mendapat perlawanan sengit dan serangan balasan terus-menerus dari Tentara Merah, musuh membuat kemajuan pesat hingga jauh ke dalam Uni Soviet. Setelah memberikan pukulan kuat pada lapangan terbang Soviet, Luftwaffe memastikan supremasi udara sejak hari pertama perang.

“Serangan kami yang tidak terduga dibuktikan dengan fakta bahwa beberapa unit tertangkap basah di barak mereka, pesawat-pesawat yang berada di lapangan terbang yang ditutupi terpal, dan garda terdepan diserang oleh pasukan kami tanpa peringatan...” tulis Franz Halder, kepala staf Komando Tinggi Angkatan Darat Jerman, dalam buku hariannya.

Pada 24 Juni, pasukan Jerman mengambil alih Vilnius, pada 28 Juni, Minsk, dan pada 1 Juni, Riga, setelah pengepungan dan kekalahan pasukan utama Front Barat Soviet dalam pertempuran Bialystok-Minsk (lebih dari 420,000 dari 625,000 tentara terbunuh, terluka atau ditawan), panglima mereka, Jenderal Angkatan Darat Dmitry Pavlov, kepala stafnya, Mayor Jenderal Vladimir Klimovskikh, dan beberapa komandan lainnya ditangkap dan dieksekusi.

Di Ukraina, pasukan lima korps mekanik Front Barat Daya Soviet bentrok dalam pertempuran sengit dengan Grup Panzer pertama Jerman di daerah Brody
-Lutsk-Rovno. Keunggulan jumlah tank Tentara Merah yang sangat besar (2.500 melawan 800) dinegasikan oleh kurangnya komunikasi radio yang memadai, pengorganisasian pengintaian yang buruk, koordinasi aksi yang cacat oleh formasi dan kesalahan taktis oleh para komandan.

Akibatnya, dalam salah satu pertempuran tank terbesar dalam sejarah, pasukan Soviet mengalami kekalahan besar: Korps mekanik kehilangan 70 hingga 90 persen tank mereka. Pada kenyataannya, banyak dari tank-tank itu sebenarnya bisa diperbaiki, tetapi ditinggalkan, karena mundurnya pasukan. Pada saat yang sama, Jerman juga mengalami cedera dalam pertempuran: Laju serangan mereka melambat dan mereka gagal mengepung dan mengalahkan pasukan Front Barat Daya.

Tidak semua sektor di front Soviet-Jerman menggunakan pasukan Wehrmacht untuk menimbulkan "perang kilat" secara efektif. Di Kutub Utara, musuh hanya maju beberapa puluh kilometer ke dalam wilayah Soviet, dan gagal merebut pelabuhan utama Soviet, Murmansk.

“Kami berjanji akan merebut Kandalaksha dalam duabelas hari dan mencapai Laut Putih, tapi sejauh ini kami belum berhasil, walaupun enam bulan telah berlalu. Para prajurit merasa tertekan, mereka tidak menyangka akan mendapat perlawanan yang begitu gigih dari Rusia," keluh seorang kopral Jerman yang tertangkap pada Januari 1942.

Selama dua bulan dari 10 Juli sampai 10 September pertempuran berdarah berskala besar terjadi di dekat Smolensk, yang mengakibatkan lebih dari 750.000 orang Tentara Merah terbunuh, terluka, hilang, atau ditawan. Efektivitas tempur pasukan Soviet yang melindungi garis gerak maju Jerman menuju Moskow menjadi terganggu.

Pada saat yang sama, bertentangan dengan rencana awal, Wehrmacht sendiri, yang telah mengalami kerugian yang cukup besar, yaitu 100.000 prajurit, tertahan di dekat Smolensk selama dua bulan penuh.

Komando Jerman mulai ragu bahwa mereka akan mampu merebut ibu kota Uni Soviet sebelum cuaca dingin. "Seluruh situasi ini semakin memperjelas bahwa kami telah meremehkan Raksasa Rusia, yang secara konsisten mempersiapkan diri untuk berperang dengan tekad yang sangat kuat yang menjadi ciri khas negara totaliter," tulis Halder dalam buku hariannya.

Pasukan Grup Angkatan Darat Selatan terus bergerak maju menuju Kiev, ibu kota Soviet Ukraina, yang kehilangannya tak pernah terpikirkan oleh Stalin. Pada 11 Juli, Markas Besar dan Dewan Militer Front Barat Daya menerima telegram dari Kremlin: "Saya memperingatkan kalian, jika kalian mengambil satu langkah pun untuk menarik pasukan ke tepi kiri Dnieper dan tidak mempertahankan daerah-daerah yang dibentengi di tepi kanan Dnieper hingga akhir, kalian semua akan menerima hukuman yang berat, seperti para pengecut dan pembelot." Georgy Zhukov, yang memprediksi kemungkinan pasukan Soviet di sekitar Kiev berakhir di sebuah "kantong", dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Staf Umum pada 29 Juli.

Kota ini bertahan hingga akhir Agustus, atas keputusan Hitler, Grup Panzer ke-2 Heinz Guderian ditarik dari garis gerak maju Jerman menuju Moskow dan dikirim ke selatan. Setelah menerobos pertahanan Soviet, pada 15 September, dekat kota Lokhvitsa, sebelah timur Kiev, pasukan ini bergabung dengan Grup Panzer 1 Ewald von Kleist, dengan demikian melengkapi pengepungan empat pasukan Soviet.

Sekitar setengah juta pasukan Tentara Merah ditawan oleh Jerman. Kolonel Jenderal Mikhail Kirponos, komandan Front Barat Daya, Mayor Jenderal Vasily Tupikov, kepala stafnya, dan sejumlah komandan tinggi lainnya terbunuh saat mencoba melarikan diri.

Dorongan cepat melalui Wilayah Baltik Soviet oleh pasukan Grup Utara Angkatan Darat memungkinkan Wehrmacht mencapai pantai Teluk Finlandia pada awal Agustus dan memotong pangkalan Armada Baltik utama di Tallinn dari pasukan Tentara Merah. Pada 27 Agustus, kapal-kapal melancarkan operasi untuk melakukan blokade dari kota yang terkepung menuju Leningrad.

Armada tersebut menghabiskan tiga hari untuk melewati jaringan ranjau Finlandia yang padat di bawah serangan kapal torpedo Finlandia yang bertubi-tubi dan pesawat Jerman. "Kami bergerak dari Tallinn ke Kronshtadt di bawah perlindungan kapal selam pengebom Jerman," canda para pelaut Soviet. Dalam apa yang disebut ‘Penyeberangan Tallinn’ (kata dalam bahasa Rusia untuk evakuasi), sebanyak 60 kapal dan hingga 15 ribu nyawa melayang: pelaut, warga sipil, dan anggota Korps Senapan ke-10.

Sementara pertempuran sengit melawan Nazi dan sekutunya terjadi di bagian Eropa negara itu, kepemimpinan Soviet memutuskan untuk mengamankan perbatasan selatannya. Operasi Sokongan Anglo-Soviet untuk menginvasi Iran, yang saat itu berada dalam lingkup pengaruh Reich Ketiga, dimulai pada 25 Agustus.

Sekutu menggulingkan Reza Shah Pahlavi yang pro-Jerman dan menguasai bagian utara dan selatan negara itu. Salah satu rute utama yang akan digunakan untuk menyalurkan pasokan militer ke Uni Soviet dari negara-negara Barat di bawah program Lend-Lease yang akan di kembangkan melalui Iran dalam waktu singkat

Pada 8 September, pasukan Jerman merebut kota Shlisselburg di tepi danau Ladoga, yang menjadi akhir dari pengepungan Leningrad. Dari utara, kota terpenting kedua Uni Soviet itu diblokade oleh tentara Finlandia. Sekitar setengah juta tentara Soviet, hampir semua pasukan angkatan laut Armada Baltik, dan penduduk sipil yang jumlahnya mencapai tiga juta orang terperangkap.

Satu-satunya jalur yang masih menghubungkan Leningrad yang terkepung dengan “daratan” adalah jalur air sepanjang danau Ladoga yang disebut ‘jalan kehidupan’. Jalur ini digunakan untuk membawa pasokan makanan dan mengevakuasi penduduk. Namun, baik jalur penyelamat maupun pesawat pengangkut tidak mampu memenuhi kebutuhan kota yang berpenduduk jutaan orang itu, dan selama musim dingin penduduk Leningrad mengalami kelaparan yang mengerikan.

Hancurnya Front Barat Daya di Uman dan Kiev memungkinkan Jerman untuk melancarkan serangan ke Donbass yang kaya akan batu bara dan Krimea yang penting secara strategis, seperti yang digambarkan Hitler sebagai kapal Soviet yang tidak dapat ditenggelamkan dan mengancam minyak Rumania.

Pada 26 September, formasi Angkatan Darat ke-11 Jenderal Erich Von Manstein menerobos pertahanan Soviet di Perekop Isthmus (Tanah Genting Perekop) dan bertempur hingga ke pedalaman semenanjung. Namun, perlawanan sengit dari pasukan Soviet dan kerugian yang cukup besar membuat Jerman tak bisa merebut Sevastopol dengan mudah. Pengepungan pangkalan utama Armada Laut Hitam, yang dimulai pada 30 Oktober, berlangsung selama 250 hari.

Pertempuran utama pada tahun 1941- pertempuran Moskow- meletus pada awal Oktober. Pada awalnya, Tentara Merah mengalami bencana yang mengerikan. Karena kesalahan komando Soviet yang gagal mengantisipasi arah serangan utama musuh, pasukan utama di front Barat dan Cadangan dikepung dan dihancurkan dekat Vyazma. Pasukan Soviet kehilangan lebih dari 900 ribu prajurit yang terbunuh, terluka, tertangkap, atau hilang. Namun, pasukan yang terkepung terus bertempur hingga 13 Oktober, dan berhasil menguasai 28 divisi Jerman.

Jerman menemukan jalan menuju Moskow yang tanpa halangan. Semua pasukan yang tersedia, termasuk taruna akademi militer, harus segera dikirim ke garis pertahanan sampai pasukan cadangan tiba. Ibu kota dilanda kepanikan selama beberapa hari, disertai dengan perginya penduduk dari kota secara massal, serta penjarahan dan perampasan.

Namun, bagi Wehrmacht jalan menuju ke jantung Soviet bukanlah jalan yang mudah. Akibat perlawanan gigih selama berbulan-bulan dan serangan balasan terus-menerus dari Tentara Merah, pasukan Jerman menjadi lelah. Personel yang terlatih dengan pengalaman tempur yang berharga dari Polandia dan Prancis tewas dalam pertempuran berdarah. Penambangan besar-besaran di jalur-jalur menuju kota menghambat pergerakan pasukan, sementara cuaca dingin membunuh kuda-kuda dalam skala besar dan menyebabkan gangguan pasokan.

Jerman berencana melakukan serangan ke arah Moskow, tanpa menyadari bahwa cadangan Tentara Merah yang cukup besar pada saat itu terkonsentrasi di ibu kota. Pada tanggal 5 dan 6 Desember, beberapa pasukan front Soviet mengejutkan musuh dengan melancarkan serangan balasan berskala besar. Wehrmacht yang terkejut terdesak sejauh 100-250 km ke belakang dari ibu kota. Sementara itu di beberapa sektor, pasukan mereka dilanda kepanikan karena penarikan mundur pasukan.

Panglima tertinggi angkatan darat Jerman, Walther von Brauchitsch, dan komandan Pusat Grup Angkatan Darat, Fedor von Bock, diberhentikan oleh Hitler. Heinz Guderian, yang juga dibebastugaskan dari komandonya, kemudian menulis dalam bukunya Memories of a Soldier: "Serangan ke Moskow runtuh. Semua pengorbanan dan upaya pasukan kami yang gagah berani terbukti sia-sia."

Kemenangan di luar Moskow memiliki arti yang sangat penting bagi Uni Soviet sendiri dan negara-negara anggota koalisi anti-Hitler. Kepemimpian Soviet percaya bahwa musuh telah hancur dan sudah tiba saatnya untuk melakukan serangan besar-besaran di sepanjang garis depan Soviet-Jerman. Terlepas dari kekalahan strategi “blitzkrieg” (serangan kilat) hal selanjutnya adalah untuk menunjukan bahwa masih terlalu dini untuk mengesampingkan Jerman.

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut: