Dalam politik, Nesselrode menganut jalur pro-Austria: hubungan dekat dengan kanselir Austria, Metternich, memiliki peran yang penting di dalamnya. Selain itu, sebagai seorang konservatif, Nesselrode menganjurkan perjuangan melawan revolusioner di negara-negara Eropa. Kesalahan utamanya adalah penilaiannya yang salah tentang keadaan hubungan luar negeri sebelum perang lain dengan Turki — kekalahan Rusia dalam konflik ini mengakhiri karir orang Jerman itu.
Heinrich Johann Friedrich Ostermann
Domain publikWestphalian Heinrich Johann Friedrich Ostermann memulai karirnya di bidang diplomatik sebagai juru tulis sederhana — fasih dalam bahasa Latin, Jerman, Prancis, Belanda, Italia, dan Rusia, ia terlibat dalam korespondensi dan penerjemahan asing. Tugas pertama (dan serius) Osterman adalah menginformasikan raja Polandia tentang penangkapan Riga selama Perang Rusia-Swedia. Setelah penugasan ini, dilanjutkan dengan perjalanan ke Prusia dan Denmark: negara-negara ini harus dibujuk untuk lebih aktif bergabung dalam konflik.
Selanjutnya, Jerman menjalankan tugas di berbagai negara Eropa dan berpartisipasi dalam beberapa penandatanganan perjanjian damai — khususnya dengan Turki dan Swedia. Perjanjian terakhir ini berlangsung selama bertahun-tahun. Pada 1718-1719, Kongres Aland berlangsung, di mana Osterman secara resmi menjadi orang kedua, dan kemudian, wajah pertama delegasi Rusia, dengan terampil menjalin kontak dengan pihak Swedia selama pertemuan informal. Pada 1721, Kongres Nystad mengakhiri perang, di mana Osterman berhasil mendapatkan syarat perdamaian yang lebih menguntungkan bagi Rusia — misalnya, kota Vyborg akan tetap menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia.
Karir Osterman benar-benar berkembang selama masa kudeta istana — berhasil bertahan dari empat pergantian kekuasaan (lima, jika menghitung tidak hanya tahta yang dipindahkan dari satu raja ke raja lain, tetapi juga pergantian bupati). Untuk waktu yang lama, Osterman secara praktis memimpin kebijakan luar negeri negara itu, dari 1734 hingga 1740 — sebagai kepala Kolegium Luar Negeri. Dia menjadi penulis aliansi dengan Austria, yang menentukan arah kebijakan luar negeri Rusia selama bertahun-tahun yang akan datang dan juga menandatangani Perjanjian Beograd dengan Turki. Pada saat yang sama, Osterman mempertahankan aliansi dengan negara-negara Eropa lainnya — Prusia, Inggris, dan Denmark.
Perlu dicatat bahwa, di masa depan putra Osterman, Ivan Andreevich, juga mengepalai kebijakan luar negeri Rusia (di bawah kepemimpinan Ekaterina yang Agung). Namun, kepemimpinannya selama 16 tahun tidak begitu berhasil: menurut orang-orang di zaman itu, Osterman junior melakukan lebih banyak fungsi dekoratif, tidak memiliki pengaruh nyata atas hubungan luar negeri.
Karl Nesselrode
Yegor Botman/HermitageBanyak orang di zaman itu yang tidak menyukai Nesselrode, menuduhnya kurang patriotik terhadap Rusia, sera dinai bodoh dan memiliki kekurangan lainnya. Hingga pada akhirnya, pandangan itu juga didukung dengan catatan sejarah. Namun saat ini, kami mendengar seruan untuk merevisi pendapat ini terhadapnya. Beberapa peneliti menunjukkan kurangnya perhatian terhadap umpan balik yang positif tentang Nesselrode dan juga fakta bahwa dalam surat-suratnya: misalnya, politisi itu selalu mengungkapkan perasaan yang cukup hangat terhadap negaranya.
Sebelum memimpin kebijakan luar negeri kekaisaran, Nesselrode secara aktif menjalankan fungsi diplomatik di bawah kepemimpinan Tsar Aleksandr I (dan, setelah kematiannya, di bawah saudara laki-lakinya, Nikolay I) selama Perang Koalisi Keempat 1806–1807 dan kampanye Rusia di luar negeri pada 1813–1814. Gagasan untuk memulai kampanye semacam itu sebelum akhir perang dengan Napoleon dan pembebasan Eropa Barat adalah ide dari Nesselrode. Tanda tangannya ditampilkan di banyak perjanjian saat itu, terkait dengan perjuangan negara-negara Eropa melawan Prancis, serta Perjanjian Paris. Selain itu, Jerman ikut serta dalam Kongres Wina tahun 1814–1815 dan di semua kongres Aliansi Suci.
Pada tahun 1816, Nesselrode menguasai Kolegium Luar Negeri. Selama masa jabatannya, Nesselrode menciptakan keseimbangan antara posisi politik yang berbeda, politisi lain memiliki kendali atas hubungan luar negeri — Ioannis Kapodistrias, presiden pertama Yunani di masa depan. Namun, Nesselrode-lah yang memenangkan hati kaisar, tetap menjadi satu-satunya kepala Kolegium. Rekornya (40 tahun di posisi itu) belum terkalahkan oleh Menteri Luar Negeri mana pun.
Dalam politik, Nesselrode menganut jalur pro-Austria: hubungan dekat dengan kanselir Austria, Metternich, memiliki peran yang penting di dalamnya. Selain itu, sebagai seorang konservatif, Nesselrode menganjurkan perjuangan melawan revolusioner di negara-negara Eropa. Kesalahan utamanya adalah penilaiannya yang salah tentang keadaan hubungan luar negeri sebelum perang lain dengan Turki — kekalahan Rusia dalam konflik ini mengakhiri karir orang Jerman itu.
Vladimir Lamsdorf
Ilya Repin/Museum Rusia NegaraSeiring berjalannya waktu, sosok Vladimir Lamsdorf yang merupakan Menteri Luar Negeri di bawah Nikolay II dari tahun 1901–1906 (periode yang relatif standar untuk Kekaisaran Rusia pada awal abad ke-20), juga tak luput dari evaluasi. Kembali di bawah mentornya (Nikolay Girs), Lamsdorf memiliki akses penuh terhadap semua informasi tentang kebijakan luar negeri negara — bahkan informasi rahasia. Karena ilmunya yang luas, ia bahkan dijuluki sebagai “arsip berjalan” oleh kementerian.
Menurut orang-orang di zaman itu, dalam ranah politik, orang Jerman "lebih memilih ketulusan dan keterbukaan daripada Machiavellianisme (filsafat tentang kenegaraan dan pemerintahan)". Menteri Keuangan Rusia, Sergei Witte (yang merupakan teman dekatnya), mencatat kualitas yang sama pada rekannya: “Pria itu adalah orang yang paling mulia, dan dalam segala hal, pria yang baik. Cerdas, sangat rajin… dia tahu keahliannya dengan sangat baik. Dia bukan elang yang terbang tinggi, tapi dia orang yang baik. Dia menikmati rasa hormat dari semua diplomat, karena jika dia mengatakan sesuatu, itu adalah kebenaran”.
Dalam hubungannya dengan Eropa, Lamsdorf berpegang pada prinsip keseimbangan, berusaha menyeimbangkan antara Jerman, Prancis, dan Inggris. Di Timur Jauh, yang saat ini menjadi salah satu wilayah yang mendapat perhatian khusus, ia juga menganjurkan kebijakan moderat yang bertentangan dengan pandangan tsar sendiri — pada akhirnya, pengaruh Lamsdorf di Rusia jadi terbatas. Peringatannya tentang risiko jalan yang diambil oleh Nikolay II dianggap sudah terlambat; pada saat itu, Perang Rusia-Jepang (1904-1905) sudah tak terelakkan. Yang tersisa bagi Lamsdorf hanyalah menetapkan pekerjaan Kementerian Luar Negeri dalam keadaan baru dan kemudian memuluskan efek kekalahan tersebut.
Orang Jerman itu juga secara aktif terlibat dalam masalah Balkan, memulihkan pengaruh Rusia di wilayah tersebut dan mengatasi beberapa krisis lokal berbahaya yang dapat berkembang menjadi perang. Namun, kebijakan Lamsdorf di wilayah Balkan dan di Timur Dekat (yang diduga terlalu pasif), serta kekalahan Rusia atas perang Rusia-Jepang itu sendiri (yang coba dihindari oleh Jerman), menjadi sumber kritik menteri di media Rusia. Akibat perebutan kekuasaan di kalangan tertinggi, Lamsdorf mengundurkan diri beberapa saat setelah pengunduran diri sekutunya, Witte.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda