Di akhir era Kekaisaran, insinyur Rusia Pyotr Balinsky dan Eugen von Knorre bermimpi untuk membangun metro pertama di Moskow dan Rusia. Mereka mengusulkan impian itu kepada gubernur jenderal kota, Adipati Agung Sergei Alexandrovich, untuk membangun jaringan kereta cepat di Moskow.
Metro akan menjangkau jarak sepanjang 105 kilometer, termasuk stasiun di atas tanah dan bawah tanah. Lapangan Merah akan menjadi pusat transportasi terbesar, dengan stasiun pusat terletak di Vasilievsky Descent, bersebelahan dengan Katedral St. Basil, dan stasiun bawah tanah — di bawah Lapangan Teatralnaya. Untuk membangun metro, para insinyur menyarankan untuk menghancurkan semua "penghalang" — seperti banyak gereja di sekitarnya.
Gagasan radikal, bertemu dengan penolakan — dengan penduduk lokal Kekaisaran Moskow yang menjulukinya sebagai "perambahan yang kurang ajar pada apa yang disayangi oleh semua orang Rusia di kota". Namun, ide tersebut terus berjalan.
Setelah Revolusi 1917, operator Kereta Api Moskow mulai merancang metro pada 1920-an, dan meminjam ide Balinsky dan Knorre untuk membangun stasiun di jantung ibu kota: terletak tepat di bawah Lapangan Merah.
Dirancang oleh arsitek V. Vladimirov dan insinyur A. Boldyrev dengan gaya Konstruktivis yang inovatif, stasiun ini akan memiliki tiga tingkat dan beberapa lorong bawah tanah agar orang dapat mengubah jalur. Sayangnya, rencana ini tidak pernah membuahkan hasil.
Stasiun yang dirancang oleh Boldyrev dan Vladimirov terlihat sangat berbeda dari yang kita lihat sekarang. Tampilan mereka agak mirip dengan kereta bawah tanah Paris, dengan tampilan sederhana, pendek, yang jauh berbeda dari tembok marmer metro Moskow saat ini.
Misalnya, dalam sketsa desain mereka, Stasiun Teatralnaya berubin (Stasiun Sverdlov di era Soviet) memiliki peron di sisi terowongan dan rel kereta api di tengah yang tampak seperti salah satu dari banyak perhentian bawah tanah di beberapa kota Eropa. Pada akhirnya, desain bertema teater dari arsitek Ivan Fomin yang akhirnya diwujudkan.
Arsitek paling menonjol mengerjakan interior stasiun metro Moskow — termasuk Vesnin bersaudara. Arsitek konstruktivis ini menghasilkan sebanyak tiga proyek calon stasiun Donbass (inilah nama awal Paveletskaya).
Mereka berencana akan mengangkat perkembangan industri di kawasan itu, penambangan sumber daya alam, dan lain-lain. Keluarga Vesnin mengusulkan penggunaan mozaik kecil sebagai dekorasi langit-langit, mendesain stasiun agar tidak terlihat terlalu berornamen.
Menurut salah satu proyek, lampu di tengah platform akan membantu mengatur ritme tertentu dalam keseluruhan desain. Namun, karena perang, tidak ada rencana yang benar-benar dibangun, meskipun proyek Vesnins memenangkan persaingan. Namun, mozaik yang sudah jadi (yang dirancang oleh Alexander Deyneka), kemudian digunakan untuk mendekorasi stasiun lain — Novokuznetskaya.
Di awal abad ke-20, orang-orang seharusnya merasakan kenyamanan dari alat transportasi baru — metro. Mereka benar-benar lupa, bahwa mereka berada di kereta api yang menderu-deru di bawah kedalaman tanah. Ini adalah pertanyaan yang paling memprihatinkan saat stasiun pertama dirancang.
Misalnya, arsitek Konstantin Dzhus-Danilenko mengusulkan lukisan hitam langit-langit Stasiun Biblioteka Imeni Lenina (Stasiun Perpustakaan Lenin). Konsep itu untuk memberi kesan kepada penumpang yang menunggu kereta layaknya berada di bawah langit malam. Efeknya akan ditingkatkan dengan bangku dan lampu jalan di sepanjang peron. Namun, proyek tersebut menarik perhatian pihak berwenang.
Desain yang berbeda akhirnya dipilih — di mana satu-satunya yang memberi kesan berada di atas tanah adalah aspal pada platform. Hanya beberapa tahun kemudian diganti dengan granit.
Sebagai salah satu stasiun paling singkat, tetapi sekaligus salah satu stasiun termegah di Metro Moskow, Oktyabrskaya adalah penghormatan sejati atas kemenangan militer Soviet selama Perang Dunia II.
Desain arsitek Leonid Polyakov langsung mengingatkan gambar gereja kuno: marmer berwarna terang, bertema ‘bas-relief' (ukiran yang sedikit menonjol dari dasar permukaan dinding), lampu berbentuk obor, dan yang tak kalah pentingnya, ceruk mirip altar yang tersembunyi di ujung aula platform. Bahkan pintu masuknya menyerupai pelengkung kemenangan.
Sementara itu, proyek Pyotr Revyakin menyampaikan gambaran yang sama sekali berbeda. Dia melihat stasiun dibangun dengan gaya Rusia Kuno. Sketsa Revyakin menggambarkan Oktyabrskaya lebih seperti kamar boyar yang dicat cerah, dengan garis kubah yang mengalir mengingatkan pada Kremlin.
Metro kota melihat berbagai bentuk ide — arsitektur dan teknis — yang diterapkan, antara lain persimpangan transportasi besar, fasilitas pertukaran dan pilihan gaya yang tidak biasa. Ada juga ide-ide yang muncul jauh lebih maju.
Arsitek Ivan Taranov mengerjakan proyek stasiun dua lantainya selama bertahun-tahun. Proyek tersebut menyarankan agar empat terowongan kereta api mengarah ke satu aula di stasiun transfer. Penumpang harus mencapai platform mereka menggunakan eskalator pendek: persimpangan vertikal diharapkan dapat mencegah kerumunan besar.
Ide inovatif ini terbukti sangat menginspirasi, dan diwujudkan saat Kievskaya dibangun. Pada tahun 1947, stasiun canggih ini dirancang sebagai hadiah khusus pada ulang tahun ke-70 Stalin. Namun, setelah membayangkan konsekuensi yang mungkin terjadi jika ada yang salah dengan konstruksi, Metrostroy akhirnya memilih untuk tidak melaksanakan proyek tersebut.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda